Prolog

2.9K 45 7
                                    

Deru nafas yang terengah-engah mengusik suara binatang malam yang bersenandung dikedalaman hutan, sembari sesekali tangannya menyibakkan dedaunan dan ranting yang menutupi jalan didepannya, sedikit menambahkan kecepatannya masih dengan deru nafas yang memburu, lelaki tersebut menerjang lebatnya pepohonan mengejar suatu sosok hitam yang dengan cepatnya berlari didepannya, seolah tidak mau mengalah dia terus mempercepat langkah kakinya hingga sesekali tersandung akar-akar pohon yang bermuncul kepermukaan tanah.

Akibat sering kalinya terjatuh sehingga pria tersebut tampak kehilangan arah dari sosok yang dikejarnya, sembari melemparkan pandangannya ke segala arah hanya tampak pepohonan besar dengan jalan kecil diantaranya yang tampak sama pada setiap sudutnya. Pria tersebut tampak mencoba menenangkan deru nafasnya hingga matanya tertumpu pada suatu silauan kecil dari suatu benda diantara lebatnya semak diantara pepohonan akibat pantulan cahaya bulan purnama malam itu, lalu tiba-tiba sekelebat sosok hitam kembali bergerak cepat kedalam hutan, seolah tidak ingin kehilangan kesempatannya lagi, pria tersebut kembali memacu langkahnya dengan cepat bahkan masih dengan deru nafas yang belum teratur.

Heningnya suasana hutan dengan suara binatang malam yang bersahutan terusik dengan deru nafas dan langkah kaki yang menginjak ranting-ranting pohon dan serasah yang berserakan ditanah. Dengan kecepatan penuh kali ini dia tidak akan kehilangan jejak lagi, batin pria tersebut, akibat fokusnya pada incaran yang dikejar, tanpa disadarinya sebuah dahan yang cukup besar menghalangi jalannya, sehingga kepalanya membentur keras dahan pohon tersebut membuat tubuhnya tersentak dan jatuh terlentang dengan kerasnya ke tanah.

Berusaha dengan sekuat tenaga untuk menjaga kesadarannya, pria tersebut menggerakkan kepalanya kekanan dan kekiri untuk menghilangan efek pusing yang keras akibat benturan tadi, namun tampaknya usaha tersebut sia-sia, pandangannya semakin kabur dan serasa berat, dari kejauhan sosok hitam yang dia kejar tampak perlahan-lahan menuju ketempatnya terbaring, kepala sosok tersebut berhimpitan dengan cahaya bulan yang menembus dedaunan menghasilkan siluet gelap disekitarnya, tangan sosok tersebut perlahan mendekat seperti mencoba menggapainya, dengan sekuat tenaga yang tersisa pria tersebut mencoba menggerakkan tubuhnya untuk mundur, namun kali ini kesadarannya telah sampai titik batasnya, dengan siluet dari tangan sosok tersebut mencoba untuk menggapainya matanya terpejam dan dia kehilangan kesadarannya.

Silaunya cahaya mentari menyusup masuk kedalam kelopak matanya, secara refleks pria itu mengangkat tangannya untuk menghalau masuknya cahaya itu ke matanaya, samar-samar pandangannya menangkap bayangan semu orang-orang yang berada disekitarnya, dia telah berada di salah satu rumah penduduk tidak jauh diseberang hutan, beberapa wajah yang dia kenal tampak ikut berkerumun dibanyaknya para warga yang berdesakan memandanginya, wajah rekan kerjanya yang terlibat dalam ekspedisi besar dihutan hujan tropis sumatera ini, dari penjelasan rekannya dia mengetahui bahwa dia ditemukan tidak sadarkan diri bersandar disebuah batang pohon dengan ditutupi oleh banyak dedaunan oleh warga setempat yang masuk kehutan untuk mengumpulkan ranting dan dahan sebagai kayu bakar, pria tersebut tampak kebingungan sambil memegagi kepalanya yang masih terasa sakit. Rekannya menggiring pria tersebut menuju kamp pusat ekspedisi mereka untuk dapat segera diobati dan beristirahat disana.

Sepanjang perjalanan rekannya tampak sibuk menanyainya apa yang terjadi semalam, setelah mendapat tanda dari salah satu sensor gerak yang diletakkan dihutan, mereka bersama-sama bergegas menuju lokasi, namun tidak lama tiba-tiba dia menghilang entah kemana, mereka telah susah payah mencari namun tidak menemukannya hingga pagi ini ada kabar dari warga yang menemukan warga asing tidak sadarkan diri ditengah hutan, dia hanya menanggapi pertanyaan rekannya dengan gelengan masih tetap dengan kepalanya tersandar ke bangku mobil.

Malam itu senyapnya suasana malam sepertinya mampu menenangkan segenap hati dan pikiran yang lelah, dengan perban yang melekat dikepalanya dia berusaha untuk duduk dimeja kerjanya, dengan temaram cahaya yang dihasilkan lampu minyak yang berada dimeja kerjanya, dia membuka sebuah buku dan menuliskan sesuatu diatasnya, dengan sesekali menyerngitkan keningnya seperti mencoba mengingat-ingat sesuatu, JAMES JHONSON's JOURNAL, "21st June 1987, malam itu aku bertemu dan aku melihatnya".

Ekspedisi : Orang PendekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang