Bagian Enam

81 7 8
                                    

Aku menyeka keringatku, berdiri sendiri disini dengan tas besar ini membuatku kelihatan seperti orang bodoh, kenapa mereka lama sekali, pikirku sembari memperhatikan jam tanganku.

Hari sudah menunjukkan pukul 07.45 dan aku berdiri sendirian disamping bus ini diantara orang-orang yang sibuk menaikkan barang-barang kedalam bus atau yang menjajakan makanan kecil ke penumpang yang lewat.

Setelah perdebatan yang sengit diantara kami, sebenarnya yang berdebat hanya Aku, Tia , dan Andy, sedangkan Danu sepertinya oke-oke saja dengan apapun keputusan yang dibuat untuk mengisi waktu liburan 2 minggu kami. Tia dan Andy bersikeras bahwa ini adalah hal yang berbahaya bagaimana mungkin 4 orang anak remaja seperti kami mau 'berburu' Orang Pendek, Aku menggunakan istilah 'berburu'-nya Tia walaupun Aku agak kurang setuju dengan istilah itu. Aku bersikeras bahwa ini akan seperti kegiatan pecinta alam biasanya, seperti hiking atau bahkan traveling.

"Ini akan menyenangkan. Kita tidak perlu ke Gunung Kerinci" ujarku menjawab kekhawatiran Tia dan Andy "Danau Kerinci atau kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat terdengar tidak berbahaya bukan?" tambahku lagi mempertahankan argumenku.

Setelah diskusi panjang mereka akhirnya setuju dengan catatan hanya rekreasi ke Danau Kerinci saja tanpa niat khusus untuk 'memburu' Orang Pendek. Hari Senin Kami berjanji buat kumpul di terminal kota pukul 07.00 karena bus yang akan membawa kami ke kawasan Danau Kerinci berangkat pukul 08.00.

Di kawasan Danau Kerinci kami akan menginap dirumah keluarga Danu menghabiskan waktu ber'wisata' ke Danau Kerinci 'saja'. lalu Jumat pagi kami berencana pulang ke rumah masing-masing dan menghabiskan weekend dengan tidur pulas.

Rencana yang matang, pikirku kembali membetulkan posisi tas di pundakku.

Dari banyak kepala di kerumunan orang di gerbang masuk terminal, terlihat wajah Tia dan Andy, Aku telah memasang wajah masam sedari 15 menit yang lalu.

"Jadi menurut kalian apakah perjalanan ini akan berjalan dengan baik-baik saja?" tanyaku setibanya Tia dan Andy di hadapanku.

"emangnya kenapa? Bukannya kita rencananya piknik doang, ga bakal serius nge'buru' Orang Pendek kan?" ujar Andy tampak gelisah.

"Hehehe iya sih, habis kalian lama banget sih. Aku udah keliatan kayak orang bodoh sendirian disini dengan tas gede gini" cercahku gugup, aku memalingkan wajahku sebab Tia mencoba membaca sesuatu.

"sorry" cengir keduanya, "bukan kita yang telat, kamu aja yang kecepatan kali datangnya" balas Tia.

"Tapi beneran ga ada rencana lain kan selain rekreasi doang" selidik Tia.

Selang beberapa menit kemudian Danu bergabung dengan kami, bersama Mina adiknya Danu.

"Ehh.. Danu tiba" elakku.

Mina bersikeras untuk ikut ketika Danu minta izin untuk ke Danau Kerinci, hal hasil Danu harus mengajak Mina agar di izinkan pergi. Jadi seperti inilah kami berlima menaiki bus dan siap berangkat ke kawasan Danau Kerinci.

Perjalanan dari terminal kota menuju kawasan Danau Kerinci tepatnya di Kecamatan Danau Kerinci memakan waktu kurang lebih 2 jam-an menggunakan bus. Pukul 10 kurang kami menginjakkan kaki di kawasan Danau Kerinci, Danau Kerinci merupakan Danau terbesar kedua di Sumatera setelah Danau Toba dengan total luas mencapai 5000 meter persegi, Andy terus berceloteh semenjak kami menuruni bus tadi hingga telah mencapai pinggiran danau.

"Ok, ini sudah kali kelima kamu menjelaskan hal sama" akhirnya Danu angkat bicara tidak tahan juga mendengar celoteh Andy yang tidak berhenti.

"Kirain kalian ga ada yang dengerin penjelasanku dari tadi, ga ada yang ngerespon sih"

Danu menghela nafas, Tia dan Mina hanya tertawa kecil melihat tingkah Danu dan Andy.

Aku kembali membuka Buku J yang kubawa, disini disebutkan bahwa Danau Kerinci merupakan salah satu spot dimana pernah ditemukannya jejak kaki yang dianggap sebagai jejak kaki Orang Pendek.

'Secara umum jejak kaki Orang Pendek terlihat mirip dengan manusia normal hanya saja lebih pendek dan lebar dengan ukuran jempol lebih besar dan sedikit menonjol keluar. Hal tersebut menghasilkan kombinasi antara kera besar dan manusia'

'Peneliti lain juga menjelaskan bahwa berdasarkan jejak-jejak kaki yang ditemukan itu menandakan bipedalisme atau berjalan dengan dua kaki....' Tia tampak memasang wajah menyelidiknya ke arahku, aku menghentikan bacaanku menutup Buku J dan memasukkannya ke dalam tasku.

"Uwwahh, Danau Kerinci. Akhirnya kita sampai juga" seruku mengalihkan perhatian, Tia masih menatapiku dengan pandangan menyelidik.

Di suatu tempat,

"Apa kiranya yang menghalangi kalian untuk menangkap makhluk itu?" seseorang bertanya dari balik kursi tingginya dengan suara yang pelan namun berwibawa yang menambah mencekamnya suasana ruangan itu, ruangan gelap yang hanya diteangi cahaya temaram dari lampu baca di meja.

"Masalanya mereka tidak pernah benar-benar muncul dan terlihat dengan jelas, tuan" seseorang menanggapi pertanyaan tersebut dengan suara tertahan.

"Hahh..." Orang yang dipanggil Tuan tersebut menghela napas pendek masih dengan nada pelan dan tenang "harus berapa kalikah saya menjelaskan ini kepadamu? Apakah kau dan timmu masih tidak percaya dengan keberadan makhluk itu?"

"Bukan begitu, Tuan. Hanya saja kami telah memasang jebakan dan kamera pengawas di beberapa titik dalam kawasan hutan seblat serta hotspot pilihan yang Tuan jelaskan lainnya, namun tetap nihil, selama satu tahun ini tidak ada hasil yang memuaskan bahkan mungkin tidak ada satupun yang bisa disebut hasil, Tuan Wikoko" Jelas Pria tersebut masih dengan suara yang tertahan.

"Jadi, menurutmu apa yang salah Bapak Dimas Gastra, Kepala Tim Ekspedisi, mimpi dan impian saya ini ataukah Tim anda?" Pria yanng dipanggil Tuan Wikoko tersebut membalik kursinya menatap Dimas lekat, masih dengan suara pelan dan ekspesi yang datar.

Dimas bergidik ngeri, ini buruk, pikirnya. Jika Tuan Wikoko sudah memangggilmu dengan nama lengkap serta jabatanmu, itu artinya kau sudah di cap hitam. Dimas teringat perkataan Pak Wahid, Eksekutif Manager untuk Museum Budaya Alam milik Wikoko Group yang akan segera diresmikan. Jika hal itu terjadi langkah bijaknya adalah segera memberikan jawaban ataupun solusi untuk pertanyaan dan masalah beliau ajukan dan sesegera mungkin menyelesaikan pembicaraan, saran Pak Wahid saat itu. Dimas reflek mundur selangkah dan menundukkan kepalanya.

"Jadi apakah yang salah, Bapak Dimas Gastra, Kepala Tim Ekspedisi yang terhormat?" Tuan Wikoko mengulangi pertanyaannya masih dengan ekspresi dan nada yang sama.

"Ohh.." Dimas tersentak mengangkat kepalanya "Saya rasa usaha yang tim saya lakukan masih belum cukup, Tuan"

"Kami akan mengerahkan lebih banyak tenaga dan pikiran, mengingkatkan pengawasan hingga 25 jam bahkan 30 jam, Tuan" Dimas menjawab cepat dengan hanya satu tarikan napas.

Tuan Wikoko mengangguk "Bagus, tentu saja itu yang harus kalian lakukan" Dimas menarik napas panjang, menanti momen untuk segera menyudahi pembicaraan.

"Ingatlah selalu Pak Dimas apa yang selalu saya katakan, tidak penting apakah makhluk itu dalam kondisi hidup ataupun mati, jadi lalukan apapun yang perlu dilakukan" Jelas Tuan Wikoko masih dengan ekspresi dan nada yang datar dan pelan sembari menyenderkan diri ke kursi tingginya.

Adibima Wikoko, 32 tahun, Presiden Direktur sekaligus generasi kedua dari pendiri Wikoko Group. Sebuah perusahaan nasional yang telah memiliki banyak aset dalam beberapa bidang. Semenjak penggantian PresDir 5 tahun lalu, gebrakan pertama seorang Adibima Wikoko adalah membangun suatu museum yang atraktif dan menarik sehingga mampu menarik minat masyarakat untuk mengunjungi museum. Ide yang brilian tentunya, hanya saja itu berubah ketika satu tahun lalu, pada tahun - tahun akhir mendekati penyelesaian dan peresmian Museum Budaya Alam Indonesia, Adibima Wikoko muncul dengan ide gilanya yakni menangkap Orang Pendek, makhluk mitologi salah satu kebudayaan alam Indonesia yang tersohor hingga penjuru dunia.

Bagaimana Wikoko Group mampu mengungkap jejak keberadaan Orang Pendek yang bahkan UK dan US pun tidak mampu membuktikannya hingga dalam dua kali ekspedisi pada periode 80-an hingga 90-an akhir. Museum Budaya Alam Indonesia milik Wikoko Group akan menjadi yang pertama memberikan bukti jejak keberadaan Orang Pendek ke hadapan publik.

Ekspedisi : Orang PendekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang