Bagian Sembilan

72 1 0
                                    

Aku merintih tertahan, mencoba membuka mataku yang berat. Seluruh tubuhku seperti mati rasa, mungkin akibat kelelahan berlari entah berapa kilo berusaha melarikan diri dan mencari pertolongan yang tidak kunjung terlihat.

Sinar matahari menyesak di sela sela dedaunan,
'Ah.. jam berapa sekarang' pikirku, mencoba menggerakkan badanku memposisikan diri duduk bersandar di pohon.
'Ah, benar aku tidak membawa HPku' pikirku lagi.
Aku mencoba mengurut kakiku,
'Ah.. sendi-sendiku rasanya mau lepas' desahku dalam hati.

Aku kembali menatap langit, mengangkat jemariku menghalau silau mentari terik yang menyusup dari sela sela daun.

'Semalam kami berlima naik ke atas mobil milik penjahat yang berniat memburu Orang Pendek.....' aku mulai mengingat-ingat 'lalu kami turun di spot 14 berusaha melarikan diri dari para penjahat tersebut, Andy dan Tia sudah selamat di depan, Aku, Danu, dan Mina...' aku tercekat, ingatan saat Danu yang tersungkur sambil menggendong Mina dan suara tembakan.

Aakhh.. aku menghentakkan tubuh teringat peristiwa semalam, badanku ngilu sekali, pikirku.

Tidak, Danu dan Mina pasti baik-baik saja. Aku kembali memposisikan tubuhku bersender ke batang pohon di belakangku.

'Aku harus segera menemukan mereka' aku menghela napas sambil menengadahkan kepalaku.

Pusat Komando 'Shortman', Suatu tempat di Kawasan Kerinci Seblat.

"Saya minat maaf, Pak... saya tidak tahu kalau mereka akan mengganggu operasi tersebut" seseorang dengan suara tertatih tampak meminta maaf dengan gelisah.

"Bukankah sudah disepakati bahwa tempat itu steril, kenapa bisa sampai ada anak-anak disana" seseorang menimpali pernyataan tersebut dengan suara bergetar yang tertahan.

Danu mengangkat tangannya berusaha menghalau silau yang menerobos masuk ke matanya yang terbuka sedikit,

'Ahh... dimana ini?' Danu berusaha duduk mengitari pandangannya, sebuah kamar yang luas dengan dirinya terduduk di atas kasur di tengah-tengah kamar tersebut dan Mina yang berdiri menempel di pintu...

'Hmm..' Danu mengusap kepalanya 'Hah.. benar, kami tertangkap oleh penjahat itu semalam' Danu tersentak, bangkit dari atas kasur.

"Hah.. Mina..." teriak Danu, Mina bergegas berlari pelan menuju Danu dan membengkap mulut abangnya tersebut.

"Diam, bang" Seru Mina pelan di telinga Danu.

"Kita dimana? Kenapa kamu menempel ke pintu itu?" Mina melepas bekapan mulut Danu.

"Abang lupa, kita tertangkap semalam" jelas Mina "Kak Tia, Bang Andy, dan Bang Bayu berhasil kabur"

"Ah benar, kaki kamu sudah baikan?" Ujar Danu khawatir.

"Seseorang membalut lukanya, bang" Mina menunjukkan pergelangan kakiknya yang dibalut perban

"Kita ditangkap penjahat, kan? Tapi kita tidak seperti sedang di sandera atau disekap gitu" Danu bangkit kembali dari kasur setelah didorong Mina saat membekap mulutnya tadi

Danu kembali memperhatikan sekitar, ruangan ini terlalu bagus sebagai tempat penyekapan sandera, pikirnya.

Mina kembali beranjak ke pintu, berdiri disana menyipitkan matanya berusaha melihat keluar dari sela pintu kayu tersebut.

"Paman, bang" ujar Mina pelan

Danu beranjak mendekati Mina, "Apa?" Tanya Danu lagi.

Mina mengalihkan pandangan ke arah Danu "Paman Setyo" ujar Mina lagi.

Danu menggantikan posisi Mina mengintip ke melalui sela pintu kayu tersebut, ada Paman Setyo di sana, salah satu dari 3 penjahat semalam, dan seseorang yang menggunakan jas hitam menyender angkuh ke meja dibelakangnya.

"Hmm.. soal itu, Pak Dimas. Saya benar-benar minta maaf.." suara Paman Setyo bergetar sambil menunduk berbicara kepada orang berjas hitam tersebut "ponakan saya dan teman-temannya sedang liburan dan berkunjung kesini, awalnya mereka akan tinggal di rumah saya tapi karena terlalu ramai jadi saya tempatkan di mess tersebut karena posisinya yang terdekat dengan rumah saya" jelas Paman Setyo

"Hah..." seseorang yang di panggil paman sebagai Pak Dimas tersebut menghela napas "bagaimana bisa 5 orang anak mengganggu operasi ini" Pak Dimas menyisir rambutnya ke belakang dengan jarinya sembari meremas kepalanya

"Dan Kau, hmm.. siapa tadi namamu?" Pak Dimas menunjuk ke arah penjahat yang semalam mengejar Danu

"Hah.. saya bos?" Tanyanya kaget

"Iya kamu? Kamu yang bertanggung jawab untuk Tim Shortman Satu, bukan?" Ujar Pak Dimas lagi dengan tidak sabaran

"Aking, Bos" jawabnya sigap

"Ah, benar. Aking, jadi bagaimana bisa anak-anak menunda operasi kalian semalam?"

"Sebenarnya, kami bisa menyelesaikan operasi tersebut semalam, bos" jelas Aking "kami telah menyisir beberapa new spot meletakkan perangkap, namun karena bos meminta untuk mengecek spot 14 dan akibat anak-anak yang mengganggu itu, kami tidak punya cukup waktu untuk menyelesaikannya hingga subuh tadi bos"

"Jadi, maksud kamu kalau ini setengahnya adalah salah saya?" Pak Dimas bangkit dari posisinya mendekat ke arah Aking

"Bukan begitu, Bos" Aking menunduk sembari mundur selangkah

"Kami tidak tahu kalau anak-anak itu naik ke atas mobil, Bos. Kami bahkan tidak tahu kalau ada anak-anak di mess itu, tidak ada konfirmasi apapun dari Pak Setyo" jelas Aking segera

"Sa..saya... saya tidak berpikir bahwa anak-anak tersebut akan mengganggu, Pak Dimas" ujar Paman Setyo gagap

"Lalu sekarang bagaimana?" Pak Dimas kembali ke posisinya.

"Kami akan menyelesaikan new spot yang tersisa malam ini, Bos" jawab Aking lekas.

"Saya akan membawa keponakan saya ke rumah dan mengirim mereka kembali ke Kota, Pak" jawab Paman Setyo

"Lalu bagaimana dengan teman-teman mereka yang kabur, bukankah mereka ada 5 orang?" Tanya Pak Dimas sambil mengangkat cangkit kopinya

"Saya akan meminta bantuan tim untuk mencari mereka, Pak"

"Apakah kamu yakin mereka akan tutup mulut..." Ujar Pak Dimas setelah menyeruput kopinya "2 ponakanmu dan ketiga temannya itu?"

"Tenang saja, Pak. Mereka tidak akan berani bilang siapa-siapa, Pak" Jawab Paman Setyo gugup "lagian mereka cuma anak kecil tidak akan ada yang percaya" tegas Paman Setyo lagi

"Hmm.. baik, kamu boleh pergi" tunjuk Pak Dimas ke Aking "Pastikan malam ini semua selesai tanpa ada masalah, Saya tidak ingin mengirim laporan masalah lagi ke Tuan Besar"

"Baik, Bos" ujar Aking beranjak dari ruangan tersebut

"Dan, kamu.. karena mereka adalah keponakanmu makanya saya bersikap baik, kalau saja bukan mereka sudah hilang untuk selamanya di hutan semalam" jelas Pak Dimas mendekat ke Paman Setyo "hal tersebut juga berlaku untukmu dan pastikan kau menemukan 3 bedebah kecil itu dan membereskannya dengan tenang kalau tidak..." Pak Dimas menghela napas.

"saya akan menyelesaikannya dengan cara yang terlampau halus, hingga bahkan tidak meninggalkan bekas sama sekali" lanjutnya dengan tatapan tajam.

Paman Setyo menelan ludahnya, dia tahu betul bahwa Pak Dimas tidak main-main "Baik, Pak" dia harus menyelesaikan masalahnya segera yaitu 5 pendatang kecil yang tidak diinginkan.

Pak Dimas beranjak menuju kursinya "Ah, dan pastikan juga seluruh kawasan spot dalam kondisi steril" Pak Dimas membalikkan badan

"dan kali ini harus benar-benar steril" ujar Pak Dimas sembari mengacungkan telunjuk ke arah Paman Setyo, Paman Setyo menggangguk tanda mengerti.

Danu menahan napas, membetulkan posisinya,

"Kita harus gimana, Bang" tanya Mina, dan Danu tidak tahu harus menjawab apa.

"Kembali ke kasur" Danu menarik Mina, Paman Setyo sedang beranjak menuju kamar itu

"Bersikap seolah-olah kita baru terbangun dan tidak tahu apa-apa" ujar Danu cepat

Kreeett... pintu kayu kamar tersebut bergeser, Paman Setyo berdiri disana.

"Paman" ujar Danu sambil memegang kepalanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 31, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ekspedisi : Orang PendekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang