2b [edited]

35 11 0
                                    

Lady Catherine mengajak Karen berjalan-jalan ke taman bunganya di belakang kastil.

"Karen, bukannya aku tidak senang kamu hamil...kembali. Tapi, bagaimana bisa?"tanya Lady Catherine.

Karen memainkan jarinya sambil menunduk.

"Apakah Anda akan percaya padaku?"tanya Karen dengan gugup.

"Aku akan percaya padamu, Karen."ucap Lady Catherine dengan teguh.

Karen pun menceritakan semuanya. Karen juga memberitahu kalau ia sadar bahwa janinnya sudah tiada. Ia menceritakan tentang peristiwa empat penyihir itu pada Lady Catherine.

Lady Catherine mencerna semua kejadian itu dengan perlahan. Ia lalu mengajak Karen ke perpustakaannya.

"Tunggu disini!"Lady Catherine menyuruh Karen duduk sementara ia mencari buku yang dia inginkan.

Tak lama kemudian, Lady Catherine kembali dengan membawa buku note.

"Ini adalah buku diary nenek moyangku."kata Lady Catherine.

Tertera nama 'Victoria Lofina' di sampulnya.

"Didalam buku diary ini, Putri Victoria menceritakan semua kejadian didepan matanya."kata Lady Catherine.

Ia pun membuka halaman yang sudah ia tandai semenjak beberapa tahun yang lalu.

"Ada 3 halaman dimana ia menceritakan pengorbanan kakak tercintanya, Ratu Accasia. Ratu Accasia adalah..."Kata demi kata, kalimat demi kalimat keluar dari mulut Lady Catherine dengan lancar.

"Pengorbanan yang Ratu Accasia dan keempat Guardian nya lakukan adalah alasan kita masih hidup di bumi yang kaya ini."kata Lady Catherine.

"Jadi, maksud Anda keempat penyihir yang aku lihat adalah empat Guardian itu?"tanya Karen.

Lady Catherine mengangguk.

"Apakah kau tahu bagaimana ciri-ciri mereka? Apa kau ingat?"tanya Lady Catherine.

"Um...mereka semua berambut panjang sepinggang dan rambut mereka bersinar emas. Itu saja yang aku ingat."jawab Karen.

"Dengar ini!"

"Aku bertemu Seraphine. Penyihir itu selalu saja membayangi Ratu Accasia. Rambut emasnya dengan halus menyentuh pinggangnya. Berbeda dengan Ratu Accasia. Rambutnya hitam legam dan menyentuh lantai. Begitu elegannya sosok Ratu."Lady Catherine mengutip dari apa yang tertulis di dalam buku diary itu.

Lady Catherine masih membacakan buku diary milik nenek moyangnya pada Karen.

"Ratu Accasia memperkenalkan ku pada penyihir bernama Jessi. Dari tampangnya saja, aku tahu kalau dia bukan orang yang baik. Ck, orang sepertiku tidak pantas mengatakan yang seperti itu pada seorang Guardian."

"Jadi, Seraphine, Sierra, Jasmine, dan Jessi adalah empat Guardian yang aku lihat?"tanya Karen dengan kagum.

"Benar."jawab Lady Catherine.

"Aku ingat sesuatu. Salah satu dari mereka meminta maaf untuk membunuh janinku. Dia bilang kalau Satan mencoba merasuki janinku."jelas Karen.

"Satan? Apa kau yakin itu yang dia katakan?"tanya Lady Catherine.

Karen mengangguk pasti.

Lady Catherine membalikkan halaman demi halaman dengan cepat.

"Putri Victoria menyebutkan tentang Satan di halaman terakhir dan pertengahan."kata Lady Catherine.

"Hari ini aku menguping pembicaraan Ratu Accasia dengan para orang suci. Mereka menyebutkan tentang hari akhir."

Lady Catherine membalikkan halamannya.

"Alex dan Ratu Accasia berargumen lagi, untuk yang ketiga kalinya hari ini. Alex tidak pernah percaya akan keberadaan Satan. Dia adalah raja yang keras kepala.

Pengorbanan yang Ratu Accasia dan empat Guardian lakukan adalah alasan aku masih hidup sampai sekarang. Mereka mencegah darah Satan menyentuh permukaan bumi."

"Aku tidak mengerti."kata Karen.

"Satan adalah penyebab kiamat. Begitu darah Satan atau keturunannya jatuh ke permukaan Bumi, pintu neraka akan terbuka lebar. Saat itulah, kiamat melahap alam semesta."jelas Lady Catherine.

"Hubungan darah Satan dengan kekuatan Ratu Accasia?"tanya Karen.

Lady Catherine mencari buku lain dan buku kali ini sangat tebal.

"Wow! Apakah itu ensiklopedia?"takjub Karen.

Lady Catherine terkekeh.

"Ini adalah buku catatan Ratu Accasia. Kumohon rahasiakan hal ini dari siapapun! Buku ini hanya bisa dibaca olehku."pinta Lady Catherine.

"Aku terlahir dari rahim seorang perempuan perawan."kata Lady Catherine.

"Wow? Apakah dia Tuhan?"tanya Karen.

"Tapi aku mendapat penglihatan dari sudut pandang ayahku. Ibuku diperkosa oleh seorang iblis. Iblis itu adalah ayahku. Ayahku adalah Satan.

Kekuatan yang dia anugerahkan padaku terlalu hebat. Diriku tidak mampu mengendalikannya. Maka dari itu, Tuhan mengirimkan empat Guardian padaku untuk menjaga dan membimbingku.

Aku tidak pernah marah ataupun menangis. Aku tidak bisa menunjukkan emosi ku, bahkan saat Ibu meninggal. Emosi yang kutunjukkan akan membawa petaka bagi alam. Tangisan maupun amarah ku merupakan irisan di nadi untuk Ayahku.

Aku lahir di dunia sebagai batu tumpuan bagi Satan untuk menguasai alam semesta. Aku merasakan suatu hari nanti kami harus berkorban. Tapi berkorban sekali tidak akan pernah cukup."

Dengan begitu Lady Catherine menutup bukunya dan menunggu tanggapan Karen.

"Wow! Tanganku merinding."Karen mengelus tangannya.

"Hari akhir? Mendengarnya saja sudah membuatku merinding."ucap Karen.

"Apakah kau mengingat mantra yang mereka ucapkan untukmu?"tanya Lady Catherine.

Karen menggeleng. "Aku lupa tapi mungkin aku akan ingat nanti."jawab Karen.

"Kalau begitu, kamu boleh kembali ke kamarmu!"ucap Lady Catherine.

Karen tiba-tiba memekik saat dia sudah didepan pintu keluar, sampai mengagetkan Lady Catherine.

"Apa ada masalah?"tanya Lady Catherine.

"Mereka menyebutkan empat elemen seperti air, api, udara, bumi."kata Karen.

"B-baiklah. Kamu boleh kembali sekarang!"Lalu Karen pergi.

"Berkorban sekali tidak pernah cukup."gumam Lady Catherine lalu ia mengambil kertas dan menuliskan sesuatu disana dengan pena.

Setelah itu, ia gulung kertas itu dan disembunyikannya di tempat yang hanya ia sendiri yang tahu.

***

The Accasia [Under Revision]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang