7 [edited]

27 9 0
                                    

Lima tahun kemudian

Vanessa dan Sunny, serta William tumbuh menjadi remaja yang cantik dan tampan. Sebagai peranakan vampir mempercepat pertumbuhan dan perkembangan mereka 10x lebih cepat dari manusia normalnya.

Pagi ini seperti biasanya, dimulai dengan keributan dari Sunny dan Vanessa.

"Van, apa kau melihat tas kosmetik ku?"tanya Sunny sambil mengobrak-abrik tas ranselnya.

"Aku tidak tahu, Sun."jawab Vanessa yang sedang memakan sarapannya.

Diam.

"William."teriak Vanessa dan Sunny bersamaan.

Sedangkan William sudah berada di mobilnya, di perjalanan menuju sekolah.

"Sabar lah, Sunny! Kau tidak perlu selalu memakai make up, bukan?"kata Valentine.

"Kau tidak mengerti, Bibi Val. Sunny mencoba terlihat cantik didepan Dylan, kapten football di sekolah."kata Vanessa.

"Van, diam!"Sunny menyembunyikan wajahnya dengan rambutnya.

"Awww! Sunny, ajak dia kesini kapan-kapan!"ucap Abigail.

"Jangan!"sela Alucia.

Semua mata menatap Alucia.

"Dylan Caster adalah seorang hunter."kata Alucia.

"Astaga!"Abigail menutup mulutnya yang ternganga.

"Sudah kubilang kan, kamu harus menjauhi dia, Sun."Vanessa menepuk bahu Sunny.

"Dylan memiliki aura gelap di sekitarnya. Tetapi ketampanannya menutupinya."jelas Vanessa pada semuanya.

"Hm wanita."Cain tertawa kecil, tetapi tatapannya fokus ke televisi.

"Aw."Cain langsung terjungkal kedepan dan memegangi bahunya yang tersetrum.

"Val, kau jahat sekali!"rengek Cain.

"Bibi Alice, kenapa kau tahan sekali dengan dia?"tanya Vanessa.

Alicia hanya tertawa dan memperhatikan Cain yang menggerutu.

"Aku mendengar suara ribut tadi. Van, Sunny, mengapa kalian belum berangkat?"Lady Catherine turun dengan anggunnya, seperti biasa.

"Van..Sunny!"teriak Jason dari luar.

"Oke. Supirnya sudah memanggil."kata Sunny.

Lalu ia dan Vanessa pun berangkat ke sekolah, diantarkan oleh Jason.

"Hai, Van! Sunny!"sapa Jessica.

"Hai, Jes! Dimana Angie?"tanya Vanessa.

"Aku tidak ada melihatnya. Mungkin dia di ruang klub."jawab Jessica.

Sunny memperhatikan sekelilingnya. Berada di sekolah supernatural membuatnya sedikit terganggu. Sebagai seorang vampir, Sunny tidak memiliki kekuatan diluar lari yang sangat cepat, indera yang lebih peka, dan taring yang tajam. Sunny hanya bisa memperkuat kekuatan vampir lain dengan sentuhannya tapi tidak dengan dirinya.

"Lihat! Kumpulan pelacur!"Beberapa Cheerleader dengan pakaian mini nya berpapasan dengan Sunny dan kawan-kawannya.

"Setidaknya hanya pelacur bagi kalian."balas Jessica lalu mendapat tatapan tajam dari Claire, kapten Cheerleader sekolah.

"Sudahlah!"Vanessa menengahi.

Sunny terlihat tidak peduli dengan itu semua dan lebih memilih berjalan ke kelas sejarahnya.

Pak Callahan masuk ke kelas dengan santai tapi diikuti oleh seorang pria yang selalu menunduk di belakangnya.

"Tuan dan Nyonya, kalian mendapat teman baru hari ini."Lalu Pak Callahan menguap dengan lebar, dia memang orang yang pengantuk.

"Simon, perkenalkan dirimu!"

Pria itu mendongak dan menunduk lagi, dia memainkan pakaiannya dan mengerutu.

"A-aku Simon Aslan. Aku berasal dari Boston."katanya.

Seisi kelas menertawakannya.

"Diam!"Telinga elf Pak Callahan pun muncul.

Elf adalah mahluk yang pemarah jadi tidak ada yang mau berurusan dengan elf jika mereka sedang emosi.

"Sunny, bisakah Simon duduk disebelahmu?"tanya Pak Callahan.

"Tentu."Sunny tersenyum dan menyingkirkan tas yang dia taruh di bangku kosong di sebelahnya.

Simon berjalan ke bangkunya tapi tersandung karena Mike -pembuat onar di kelas- mengeluarkan kakaknya.

"Mike, sekali sudah cukup."peringat Pak Callahan.

"Hei."sapa Sunny.

Simon langsung terpana menatap mata Sunny yang mencolok.

Karena bingung, Simon hanya menyengir dan itu sedikit membuat Sunny merasa canggung.

"Kalian buka halaman 321. Pengorbanan 5 Pilar. Eliza, baca paragraf pertama!"suruh Pak Callahan.

***

"Apa kalian mengenal sosok Ratu Accasia?"tanya Pak Callahan.

Semuanya menjawab "ya" bersamaan.

"Bagaimana menurutmu, Mike?"tanya Pak Callahan.

"Aku tidak mengerti maksud Anda, Pak."balas Mike.

"Apa pendapatmu tentang pengorbanan Ratu Accasia dan keempat Guardiannya?"tanya Pak Callahan.

"Menurutku, mereka semua hebat karena mencegah kiamat Satan pada dunia kita, Pak."jawab Mike.

"Ada pendapat lain?"tanya Pak Callahan.

Simon mengangkat tangan kanannya.

"Silahkan!"

"Menurutku Ratu Accasia dan keempat Guardiannya tidak ada baiknya."kata Simon.

"Tolong jelaskan, Tuan Aslan!"

"Satan. Sejarah berkata kiamat akan timbul jika darah Satan menyentuh permukaan bumi. Jika kalian pernah membaca buku yang ditulis oleh Putri Victoria, Ratu Accasia tidak pernah bekerja kasar dan dia tidak pernah menyentuh bilah. Karena apa? Karena Ratu Accasia takut dirinya terluka.

Dia adalah wujud Satan. Dia memakai tubuh seorang manusia sebagai tempatnya tinggal. Keempat Guardian itu hanyalah pengikutnya yang sengaja dia ciptakan."jelas Simon.

"Lalu mengapa mereka melakukan pengorbanan?"tanya Cassey.

"Ada dua kemungkinan. Mungkin didalam diri Ratu Accasia masih terdapat sedikit rasa kemanusiaan sehingga mencegah Satan untuk menguasai dirinya, aku percaya Ratu Accasia tanpa Satan didalamnya adalah manusia yang hebat. Kedua, bagaimana jika Satan berpikir kalau belum waktunya untuk memberikan kiamat pada kita. Satan adalah mahluk cerdik, lebih cerdik daripada manusia. Bisa jadi Satan sedang bersiap-siap sekarang ini untuk mengirim kiamat pada dunia kita."jelas Simon.

'Dengan mengusik dan mempengaruhi para mahluk Tuhan.'batin Sunny.

Bel pun berbunyi.

"Sayang sekali! Padahal kami masih ingin mendengar pendapatmu mengenai Ratu Accasia."kata Pak Callahan.

Semua siswa pun keluar dari kelas. Saat Simon ingin beranjak, Sunny menahannya.

"Siapa kamu sebenarnya?"tanya Sunny.

Simon hanya diam dan pergi.

***

*The picture is not mine. Sunny in mulmed

The Accasia [Under Revision]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang