10 [edited]

29 4 1
                                    

Lord Vlauds menerima banyak panggilan dari koleganya dan keluarganya. Perasaannya semakin resah. Berita hilangnya anak-anak kecil di sekitar kastil yang ia terima pagi ini bukanlah yang pertama kalinya. Sebenarnya sejak kemarin dia sudah menerima berita mengenaskan ini dan sudah mencoba mencari para anak hilang namun tidak ada petunjuk sama sekali kemana para anak itu pergi.

Sedangkan Vanessa dan Sunny sering berada di kamar selama 3 hari itu untuk merencanakan pertemuan mereka dengan Anoor, The Tainted Angel.

William, Jason, dan Simon sering menghabiskan waktu di dekat danau untuk belajar bela diri bersama Cain.
Walaupun kabarnya manusia hybrid memiliki kekuatan luar biasa, untuk ukuran Simon sepertinya tidak.

Valentine sibuk melatih para pengawal kastil, yang kadang dibantu oleh Cain.

Si kembar, Alucia dan Alicia beserta Abigail membantu Lady Catherine di perpustakaan dalam menerjemahkan maksud buku harian milik Ratu Accasia. Yup, Lady Catherine mau tak mau harus menguak mengenai buku harian Ratu Accasia demi mencegah kiamat Satan.

"Pernahkah kamu melihat sosok Ratu Accasia?"tanya Alucia.

"Tidak pernah. Karen pernah diperlihatkan."jawab Lady Catherine.

Mendengar nama Karen, tubuh Alucia dan Alicia terasa hangat.

"Karen adalah orang yang sangat baik. Don beruntung bertemu dengannya."kata Alicia.

"Kalian adalah adik angkat Don, bukan?"tanya Lady Catherine.

"Yup."

"Bagaimana kalian bertemu?"tanya Lady Catherine sambil meletakkan buku yang dipegangnya.

"Saat itu...kami berumur 13 tahun dan kabur dari rumah. Tanpa sengaja, kami memasuki kawasan kumuh dan hampir dibunuh oleh vampir. Tetapi Don datang menyelamatkan kami sebelum vampir itu menyentuh kami. Lalu Don membawa kami ke rumahnya yang letaknya di tengah hutan, aku tahu kalau itu aneh. Lalu kami berkenalan dengan Karen dan yadda yadda."jelas Alucia lalu meninggalkan perpustakaan.

"Maaf. Dia sangat sedih bila mengungkit hal ini."ucap Alicia.

"Tidak apa. Tetapi ada satu hal yang aku sama sekali tidak mengerti. Mengapa kalian menghilang jika tahu Don akan menjemput kalian?"tanya Lady Catherine.

Mata Alicia membelalak saat mendengar pertanyaan itu. Pengalaman hari itu adalah mimpi buruk bagi dirinya dan Alucia.

"Alicia, aku berusaha menahan diriku untuk tidak masuk ke dalam pikiranmu."ucap Lady Catherine.

"Seseorang memerintahkan aku dan Alucia untuk pergi dalam mimpiku. Dia memberitahu nama sebuah tempat tetapi kami tidak pernah sampai ke tempat itu. Malahan kami terpisah dan diambil oleh penyihir."jelas Alicia.

"Siapa orang itu?"tanya Lady Catherine.

Alicia menghembuskan napasnya sebelum membuka mulutnya.

"Dia tidak bilang siapa dia. Tetapi kami merasa tahu bahwa namanya adalah Kasteropretilatur. Sungguh aneh, bukan!"Lalu Alicia menertawakan dirinya sendiri lalu matanya bertemu dengan mata Lady Catherine yang tersirat keterkejutan dan ketakutan.

"Nama itu benar ada?"tanya Alicia dengan ekspresi super terkejut.

Lady Catherine memberitahukan angka pada Alicia. Yang Alicia langsung tahu adalah sebuah halaman di dalam buku harian Ratu Accasia.

"Baca paragraf itu!"suruh Lady Catherine.

"Walaupun Seraphine sangat patuh padaku, tetapi Kasteropretilatur selalu memberontak. Satu mahluk yang ku kagumi karena mahluk itu tahu yang mana musuh yang mana teman."

Alicia mendongak ke Lady Catherine.

"Astaga!"

"Kasteropretilatur adalah sisi lain dari Seraphine."kata Lady Catherine.

"Berarti...ada kemungkinan yang Simon katakan benar. Kasteropretilatur merasakannya."ucap Alicia.

"Aku akan mengadakan rapat dengan para pimpinan di Persatuan Sabtu ini. Bisakah kamu menjaga anak-anak?"tanya Lady Catherine.

"Tentu saja. Biar Alucia ikut juga denganmu. Kami sangat ingin membantu."jawab Alicia.

~

"Apa kamu yakin dia akan berada disana?"bisik Vanessa.

"Dia pasti disana. Percaya padaku, Van!"desis Sunny.

Brak.

Pintu terbuka dengan lebar. William menyilangkan tangannya sambil memasuki kamar Sunny.

"Apa yang kamu lakukan disini?"tanya Sunny.

"Kalian membuat rencana rahasia tanpa menga-"Sunny sudah duluan membekap mulut William, dia menutup pintu dengan kakinya.

"Bisakah kau pelan kan suaramu?"desis Sunny lalu menjitak kepala William.

William duduk disebelah Vanessa sambil memperhatikan peta Kota Mati.

"Apa kalian gila? Ini peta Kota Mati."pekik William dengan suara pelan.

"Sudah jelas sekali."Vanessa memutar matanya.

"Kalian menggali kuburan kalian sendiri."ucap William.

"Diam atau keluar dari kamar ini, William!"ancam Sunny.

"Baiklah."William menghela napas panjang.

"Beritahu aku rencana kalian!"Sunny pun menjelaskan semua rencananya dan Vanessa menerjemahkannya jika William tidak paham.

"Kalian membuat semua rencana itu tanpa memberitahu Simon?"tanya William.

"Dia tidak boleh tahu kalau Sunny tidak yakin dimana kami bisa menemui Anoor."jawab Vanessa.

"Aku tahu dimana dia, Van. Aku akan memberitahu Simon nanti."kata Sunny lalu mengalihkan pandangannya ke William.

"Rencana ini hanya boleh diketahui oleh kita bertiga! Jangan beritahu Ibuku! Jangan beritahu siapapun!"peringat Sunny.

William mengangguk.

"Bagaimana kita bisa keluar dari kastil ini tanpa pengetahuan yang lain?"tanya William.

"Aku sudah bilang begitu pada Sunny tapi dia bilang dia punya cara."sahut Vanessa.

"Bagaimana caranya?"tanya William.

"Oke tapi jangan terkejut! Ak-"William memotong.

"Bisakah langsung ke inti?"

"Aku bisa menggunakan sihir."kata Sunny.

William dan Vanessa tertawa. Lalu mereka berdua megap-megap.

"Kau bercanda?"tanya Vanessa.

"Aku serius."sumpah Sunny.

"Bagaimana bisa?"tanya Vanessa.

"Aku mempelajari buku mantra Bibi Alucia."jawab Sunny.

"Apakah dia tahu?"tanya William.

Sunny menggelengkan kepalanya.

"Dia orang yang cero-."kata William.

"Tapi kamu mengaguminya."sela Sunny dan Vanessa secara bersamaan.

William tersedak ludahnya sendiri.

"Omong-omong, kapan kalian akan menemuinya?"tanya William sambil memperbaiki posisi duduknya.

"Kita."koreksi Vanessa.

"Oh benar."

"Lusa. Kita pergi saat senja."kata Sunny.

"Apanya yang pergi saat senja?"Suara baru itu membuat mereka mendongak ke atas.

"Tiada rencana tanpa Abby didalamnya."kata Abigail lalu tersenyum lebar.

Sunny dan Vanessa hanya mengusap wajah mereka kasar.

"Selalu dia."gerutu William.

***

The Accasia [Under Revision]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang