Tiga minggu telah berlalu, hanya menunggu jam dan pewaris kerajaan pun akan lahir.
"Lady Catherine, bernapas! Ha hu ha hu."Karen meremas tangan Lady Catherine untuk menenangkannya.
"Aku..sakit. Dimana Vlauds?"desah Lady Catherine.
"Sedang dalam perjalanan. Sebentar lagi dia akan sampai dengan jet pribadinya."kata Karen.
"Dokter Fei, tolong suntikan epidural! Aku tidak tahan lagi."mohon Lady Catherine.
Dokter Fei segera menyiapkan jarum dan cairan epidural, setelah siap dia suntikan ke panggul Lady Catherine.
"Karen.."Genggaman Lady Catherine pada Karen semakin erat.
Karen semakin panik karena warna manik mata Lady Catherine mulai memudar.
"Apa yang terjadi padanya?"desak Karen sambil mengusap pipi Lady Catherine.
"Karena ini persalinan pertamanya jadi sangat sakit. Apalagi dia akan melahirkan kembar."jelas Dokter Fei.
Pintu kamar terlempar begitu saja dan membuat Karen dan Dokter Fei berteriak kaget.
"Istriku."Kini Lord Vlauds menggantikan posisi Karen.
"Vlauds."lirih Lady Catherine.
Karen menghampiri Don yang hanya menonton dari depan pintu. Don menarik tubuh Karen ke dalam pelukannya.
"Aku takut giliranku akan lebih menyakitkan."kata Karen selagi mendumel di dada bidang Don.
"Kamu akan selamat."kata Don.
"Arghh!!!"Lady Catherine mendorong lebih kuat.
"Kepalanya sudah terlihat."ucap Dokter Fei dengan matanya yang berbinar-binar.
Setelah itu, tangisan bayi yang memilukan telinga pun membuat Lord Vlauds tersenyum.
Dokter Fei segera membalut bayi itu dengan selimut dan menyerahkannya pada Lord Vlauds.
"Bayi perempuan."kata Dokter Fei.
"Vlauds."Jeritan Lady Catherine menjadi tanda bahwa bayi kedua akan segera lahir.
Karen terus berdoa agar bayi kembar Lady Catherine selamat dan sehat. Ia berdoa kepada Tuhan agar Dia memberi kekuatan pada Lady Catherine dan Lord Vlauds.
"Karen, buka matamu!"Suara feminim itu membuat bulu kuduk Karen berdiri.
Karen membuka matanya dan menyadari bahwa dia sudah tidak lagi berada di pelukan suaminya.
"Dimana aku?"gumamnya.
"Karenia, kemarilah!"Suara itu memanggil lagi.
"Siapa disana?"Karen menyipitkan matanya untuk memastikan siapa yang bersembunyi dibalik cahaya menyilaukan itu.
"Accasia. Panggil aku Accasia."ucap suara itu.
Karen berhenti di tempatnya.
"Ratu Accasia?"tanya Karen untuk memastikan.
"Benar. Mendekatlah!"balas Ratu Accasia.
Karen pun ditelan cahaya itu dan bertemu lah dia dengan sosok wanita anggun yang berdiri sambil mengelus seekor serigala.
"Karen, bagaimana kabarmu?"tanya Ratu Accasia.
"B-baik saja. Mengapa A-Anda memanggilku?"Bibir bawah Karen menggigil tanpa sebab.
Ratu Accasia menggapai tangan Karen dan menyentuhkannya ke bulu halus serigala itu.
"Dia adalah Jason."kata Ratu Accasia.
"Seorang werewolf?"tanya Karen.
"Seorang Alpha yang bijaksana dan menyayangi penghuni bumi."jawab Ratu Accasia.
Lalu digiring nya Karen ke tempat yang lain. Ke sebuah gurun yang bersalju.
"Lihat rumah di sana!"Mata Karen mengikuti arahan Ratu Accasia.
"Nama pemilik rumah itu adalah Abigail. Dia adalah elemental udara dari utara."Ratu Accasia lalu mendekatkan diri mereka ke dekat rumah itu.
"Dia hanya seorang gadis kecil."Karen mengernyitkan keningnya.
"Dia akan tumbuh menjadi wanita yang luar biasa."kata Ratu Accasia.
Dalam sekejap, mereka berada di sebuah gang kota entah dimana.
"Lihat ke belakangmu!"suruh Ratu Accasia.
Karen melihat ke belakangnya dan jauh di belakang sana Menara Eiffel berdiri dengan indahnya.
"Dulu tempat ini bernama Desa Korona, tempat kelahiran Raja Alexander."ucap Ratu Accasia.
"Disini adalah tempat para vampir terkuat berkumpul. Di masa depan, anakmu akan bertemu dengan salah satu vampir terkuat bernama Cain."jelas Ratu Accasia.
Karen mengangguk-angguk saja.
"Tutup matamu!"bisik Ratu Accasia.
Karen membiarkan suara itu membiusnya dan matanya lama-kelamaan mengantuk.
"Mereka yang ku perlihatkan adalah para Guardian di masa depan. Mereka akan berada di sisi anakmu untuk waktu yang lama. Menjaganya tetap stabil.
Lady Catherine akan selalu membimbingmu untuk ke depannya. Percayakan semuanya kepada dia!"ujar Ratu Accasia.
"Tugasku dan keempat Guardian telah selesai sampai disini. Kami akan memantau dari atas. Ingatlah, Karen! Satu pengorbanan tidak akan pernah cukup."Setelah itu Karen pun terbangun didalam pelukan suaminya.
"Don..."panggil Karen.
"Hm?"tanya Don.
"Apakah aku tertidur?"tanya Karen.
Don melepaskan pelukannya dan menatap aneh Karen.
"Tidak. Coba lihat!"Don membalikkan tubuh Karen ke Lady Catherine yang masih melahirkan anak keduanya.
'Mengapa tadi terasa sangat lama dan sekarang...ugh.' batin Karen.
Bunyi tangisan bayi pun terdengar. Karen dan Don segera masuk untuk menyelamati Lady Catherine dan Lord Vlauds.
"Mereka imut sekali."gemas Karen.
"Seperti aku."kekeh Lord Vlauds.
"Siapa nama mereka?"tanya Don.
"William Drago."
"Vanessa Drago."
Lady Catherine dan Lord Vlauds mengucapkannya secara bersamaan. Lalu mereka semua tertawa.
'Aku harus memberitahu semuanya pada Lady Catherine setelah ini.' tekad Karen.
***