Lady Catherine menyibukkan diri dengan menyiapkan kamar Sunny. Dia segera memanggil sema pelayannya dan menghias kamar Sunny. Sedangkan Lord Vlauds mengantar yang lain ke kamar mereka masing-masing dan melakukan tour dadakan, karena paksaan Abigail.
"Ibu."Sunny berlari ke arah Valentine yang sedang mengupas apel.
Valentine langsung menyuapkan sepotong apel ke dalam mulut Sunny.
"Bagaimana? Apa kamu menyukai kamarmu?"tanya Valentine.
"Sangat. Bibi Cat akan mewarnai dinding kamarku dengan warna ungu. Warna kesukaan Ibu."jawab Sunny.
"Mengapa tidak warna kesukaanmu?"tanya Valentine lalu menaruh buah dan pisaunya.
"Agar aku bisa tidur dengan nyenyak. Dengan melihat ke dinding, aku bisa mengingat Ibu."jawab Sunny.
Sunny lalu mengambil potongan buah lainnya dan menyuapkannya ke dalam mulut Valentine.
Sedangkan di ruang tamu, Abigail dan Jason dengan tiada lelahnya menanyakan Lord Vlauds.
"Berapa harga untuk membangun kastil ini?"tanya Abigail.
"Aku kurang tahu juga. Kastil ini adalah pemberian turun-temurun."jawab Lord Vlauds.
"Mengapa setiap kastil vampir yang kutahu bertempat jauh dari pemukiman warga?"tanya Jason.
Abigail langsung menempeleng kepala Jason.
"Bibi Val sudah menjelaskan tentang itu padamu, bodoh."kata Abigail.
"Aku hanya ingin tahu dari mulut seorang vampir royal."desis Jason.
'Melihat mereka berargumen saja membuat kepalaku berdenyut.' pikir Lord Vlauds.
"Jason, kami hanya tidak ingin menakuti manusia."kata Lord Vlauds menyela argumen panas dua remaja didepannya.
"Tepat seperti kata Bibi Val."gumam Abigail.
"Aku melihat banyak diploma yang tergantung di dinding mu. Apa kau sangat pintar?"tanya Jason.
"Jaga nada bicaramu, Jason!"Abigail langsung mencubit bibir Jason.
"Aku tidak pintar. Tapi karena aku hidup begitu lama, aku menghabiskannya untuk mengayom pendidikan. Dan setelah menikah, aku hanya membaca buku."jelas Lord Vlauds.
"Lord V, bolehkah kami bersekolah?"tanya Abigaul dengan mata yang berbinar.
Lord Vlauds terkekeh mendengar panggilan untuknya dari Abigail.
"Tentu saja."kata Lord Vlauds.
"Di dekat sini ada sekolah yang bagus. Sekolah campuran, kalian pasti suka."kata Lord Vlauds.
"Apakah banyak wanita cantik dan seksi yang bisa ku koleksi?"tanya Jason yang langsung mendapat jeweran dari Abigail.
"Ini pelecehan fisik, Abby."kesal Jason sambil menjauh dari Abigail.
"Banyak sekali, Jason. Omong-omong, kamu belum menemukan mate-mu?"tanya Lord Vlauds.
Jason kaget mendengarnya. Lalu ia mengendikkan bahunya.
"Aku tidak tahu. Sepertinya aku tidak memiliki mate."keluh Jason.
"Tidak, Jason. Tuhan menciptakan mahluknya sepasang."tegur Lord Vlauds.
"Benar, Jason. Seperti kata Bibi Alice kalau jodohmu akan datang di momen yang tepat."kata Abigail.
"Bisakah kamu berhenti mengutip apa kata para bibi kita?"kesal Jason.
"Jadi, bagaimana menurut kalian tentang Karen dan Don?"tanya Lors Vlauds mengganti subjek.
Jason dan Abigail langsung sedih mendengar nama Karen dan Don.
"Ayah dan Ibu adalah orang yang luar biasa. Kami tidak akan menyangka bisa bertemu mereka."kata Abigail.
"Benar. Ibu menyelamatkanku dari penjara bawah tanah dan Ayah rela kehilangan satu kakinya demi aku."lanjut Jason.
"Sayang sekali, orang terbaik seperti mereka telah tiada."kata Jason.
"Tunggu! Mereka mengadopsi kalian?"tanya Lord Vlauds, sedikit terkejut.
"Iya. Mereka mendaftarkan kami sebagai anak mereka di pengadilan di Virginia."jawab Abigail.
"Lalu bagaimana dengan Sunny? Apakah dia pernah menanyakan tentang Karen dan Don?"tanya Lord Vlauds.
"Um, Sunny adalah anak yang tidak pernah menengok ke belakang jika itu menyakitkan. Dia selalu mengingat orang tua kandungnya di dalam hati dan dia selalu mengingat orang-orang yang hidup di sekitarnya di otaknya."jelas Abigail.
"Jadi kalian bersaudara tiri dengan Sunny?"tanya Lord Vlauds.
"Yup. Kecuali Paman Cain. Dia adalah vampir yang sangat tua, hampir berumur seribu tahun."jawab Abigail.
"Sebenarnya aku tidak pernah mendengar maupun melihat namanya atau Cain sendiri dari dewan maupun kerajaan."balas Lord Vlauds.
"Karena mereka merahasiakannya darimu, V."sela Cain yang dengan gagahnya masuk ke ruang tamu.
"Kau berasal dari zaman apa?"tanya Lord Vlauds.
"Sebelum Amerika ditemukan. Aku salah satu pelayar yang menemukan Amerika."jawab Cain menyombongkan dirinya.
"Dia selalu menyombongkan dirinya, Paman V. Jangan diambil hati!"kata Jason.
Langsung mendapat tatapan tajam dari Cain.
BRUK
BAM
DUK"William."Terdengar suara kesal Lady Catherine dari ruang tamu.
"Ugh, apalagi yang anak itu lakukan?"gerutu Lord Vlauds lalu pamit untuk mendatangi William.
"Vlauds Drago, coba lihat anakmu yang menghambur kamar Sunny!"kesal Lady Catherine sambil berkacak pinggang.
"William Drago!"tegur Lord Vlauds.
"Aku hanya ingin bermain, Ayah."kata William hampir menangis.
"Duh, aku rasa aku akan menghabiskan waktu lama untuk merapikan kamar ini kembali."gerutu Lady Catherine.
"Tidak perlu, Yang Mulia."Alicia muncul entah darimana dan mengayunkan tongkat sihirnya.
"Mengapa kamu dan Alucia selalu muncul entah darimana padahal tadi aku tidak menemukan kalian dimanapun?"tanya Lady Catherine penasaran.
"Karena kami melayang diatas kastil untuk memantau sekitar. Dan tadi saya mendengar suara keluh kesah Anda, Yang Mulia."jelas Alicia.
"William, bergabunglah dengan adikmu di kamarnya!"suruh Lord Vlauds.
"Tidak. Sunny terlihat mengerikan dan Vanessa mencoba membunuhku jika aku menyentuh mainannya."kata William.
"Bagaimana jika kau bermain denganku, William?"teriak Cain dari ruang tamu.
"Apa aku mengucapkannya terlalu keras?"William lalu menutup mulutnya.
Semua yang mendengar suara lantangnya itu pun tertawa.
***