Waktu : 10 [END]

5.8K 720 40
                                    

"Rara minta gue buat menyampaikan sesuatu ke lo," kata Adit di ujung sambungan telepon.

Aldo mengucek matanya. Dirinya masih mengantuk sehabis marathon film horror semalaman. Kemudian ia bertanya-tanya pada dirinya sendiri, Lah ini gue salah denger?

"Tentang dia udah sama Rafi? Tentang dia udah gak peduli lagi?" seloroh Aldo dengan asal. "Soalnya kalo itu gue udah tau."

"Ngomong apa sih?" tanya Adit bingung. "Rara gak mikir gitu."

"Lo emang tau bagian mananya, Dit?" tanya Aldo agak jengkel. Kenapa Adit jadi belain Rara gini?

"Gue tau hampir semua," jawab Adit singkat. "Jadi, lo mau tau kan? Makanya ayo ke cafe biasa."

"Iya daah. Bentar yak mau mandi," kata Aldo sambil tertawa.

"Yah jangan mentang-mentang urusan sekolah udah selesai malah jadi males mandi," sahut Adit sambil tertawa.

***

Aldo mengambil jaket biru tua kesayangannya yang berada di jok mobil. Sebenarnya, ia sudah memilih kaos yang paling nyaman. Namun, rasanya agak kurang jika tidak memakai jaket biru tua tersebut.

Aldo melihat Adit sedang duduk di tempat mereka biasa hang out bersama Rama. Kemudian ia melihat Adit melambaikan tangan ke arahnya.

"Rama mana?" tanya Aldo sambil duduk di hadapan Adit. "Ini kok kita jadi kayak nge-date?"

Adit tertawa mendengar perkataan sahabatnya. "Rama sibuk sama modusannya,"

"Oke," sahut Aldo. "Jadi, apa yang perlu gue denger?"

"Banyak. Pertama-tama, ini," kata Adit sambil menyodorkan surat yang dititipkan Rara kepadanya.

"Dari Rara?" tanya Aldo sambil menatap amplop itu dengan ekspresi ragu.

"Lo pikir dari siapa lagi aldoku sayaangg," kata Adit gemas. "Tapi lo jangan buka dulu. Lo harus denger penjelasan gue,"

"Dari tadi gue juga dengerin, aditku sayaang," sahut Aldo dengan asal.

"Jadi sebenernya gue cuma mau ngelurusin. Rara sama Rafi itu sahabatan doang. Lo jangan ngira yang aneh-aneh. Rafi itu suka Abel, sahabatnya Rara. Rara tau itu dan menurut lo aja, mungkin gak dia nikung? Lagian Rafi sama Abel juga deket," jelas Adit panjang lebar. "Itu yang pertama."

"Yang kedua?"

"Yang kedua, Rara sebenernya sayang banget sama lo. Lo bisa baca suratnya kalo lo gak percaya. Dan satu lagi," kata Adit. "Lo berhutang penjelasan sama dia."

Aldo terdiam. "Jadi ini boleh gue buka?"

Adit mengangguk. "Tapi lo gak usah cari Rara."

Aldo menatap Adit dengan bingung. "Maksud lo?"

"Rara dapet beasiswa ke Inggris dan udah berangkat tadi malem. Dia minta gue bilang itu juga ke lo. Dia bilang itu dan dia nitipin surat itu ke gue," jelas Adit panjang lebar. "Sebelom lo nanya, iya, gue deket sama Rara. Gue tau hampir semua cerita lo sama Rara. Kenapa gue gak bilang ke lo? Soalnya gue mau lo beresin sendiri."

Kemudian Adit beranjak dari tempat duduknya, "Gue ada janji mau jalan sama Rafi. Udah ya, Do!"

Lalu cowok berkacamata itu pergi.

Aldo memandangi amplop yang ada di tangannya sekarang. Berusaha menerka apa yang akan Rara tulis di dalamnya. Kemudian, ia membuka amplop itu.

Tulisan khas Rara. Bukan jenis tulisan yang bagus. Namun, tulisannya enak dibaca. Setidaknya bagi Aldo.

Hai, Do!
Ini Rara. Masih inget, kan? Rara yang dulu suka line an sama lo sampe malem itu loh!! Rara yang ngajarin lo fisika sampai ulangan lo gak remed lagi. Rara yang suka minjem jaket lo kalo kedinginan. Habisnya enak sih HEHEHE.

Do, kadang gue mikir. Apa gue ganggu? Apa selama ini, dengan adanya gue malah bikin lo risih? Jujur aja, gue gak bermaksud bikin lo ngerasa gitu. Jujur aja, gue nyaman banget ngobrol sama lo. Lo itu asik dan nyambung diajak ngomong.

Oh iya. Gue ngambil beasiswa. Alasannya sih selain gue emang pengen, gue pengen menghindar dari lo. Payah ya? Iya, bilang aja gue payah. Tapi, Do, gak nyaman tau papasan sama orang yang dulu deket banget dan sekarang kayak gak kenal sama sekali.

Do, gue juga nitip surat ini karena gue pengecut. Karena gue gak berani jujur sama lo. Kalo nanti ada kesempatan, gue cuma pengen bilang kalo selama ini gue sayang banget sama lo. Gue gak peduli apa yang lo rasa ke Lala. Mungkin gue udah berhenti berharap lo bisa punya perasaan yang sama ke gue. Tapi, Do, perasaan itu tetep ada.

Gue sayang sama lo. Mungkin lo gak sadar. Tapi gak masalah.

Semoga lo selalu bahagia!
-Rara

Aldo terhenyak membaca surat Rara. Ia membacanya berulang-ulang untuk memastikan bahwa hal itulah yang ingin Rara sampaikan dalam selembar kertas ini.

Aldo yakin, akan ada waktu dimana ia akan bertemu dengan Rara. Suatu waktu dimana mereka berdua jauh lebih dewasa daripada ini. Kemudian Aldo akan berkata bahwa selama ini ja menyayangi Rara. Dirinya juga berjanji, ia akan tetap menunggu Rara.

Lelaki berjaket biru itu kembali menatap surat tersebut. Senyuman kecil tampak terbentuk di wajah yang biasanya berekspresi keras. Tatapan matanya semakin melembut saat membaca kalimat yang ada di kertas itu berulang kali. Ia yakin bahwa dirinya tidak salah baca satu katapun dari surat itu.

Aldo tersenyum perlahan,
"Gue juga sayang sama lo, Ra. Sayang banget."

***
WOI PAS 800 WORDS GILS!! Hai semuanya. Dengan ini, 'Waktu' udah tamat. Tolong sekali lagi jangan baper baca endingnya yaa. Maaf kalo endingnya mengecewakan.

Sorry for the typo(s) and dont forget to leave ur vomments❤️

- Shafira Indika (oldmixtape)
11:04 PM
02/06/2016
Sampai ketemu di cerita selanjutnya!!

{#1.5} WAKTUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang