Act 4 : Petunjuk

169 8 4
                                    

                Tak lama setelah Sho menegaskan perkataannya, dia memulai pemecahan kasus ini dengan meminta tolong kepada yang lain untuk menyatakan alibinya sewaktu pembunuhan terjadi. William sempat menyangkal permintaan Sho dan menyuruh Sho untuk cepat memberitahu siapa pelaku dari kejadian ini.

                                “Gak usah bertele tele. Katakan saja siapa pelakunya sekarang juga!”

                                “Sorry Wil. Tapi gua harus mengikuti prosedur yang ada. Kita gak bisa menuduh orang tanpa mengetahui alibinya” Jawab Sho tenang.

                                “Bilang saja kau tak punya nyali untuk mengambil resiko!” Balas William dengan dingin.

                Sho memandang William yang semakin menantangnya dengan hal yang sama. Stephan mencoba untuk meredakan intensitas di antara kedua orang tersebut tapi tak ada tanggapan.

                                “Heh… Baiklah kalau begitu. Bagaimana kalau kita bertaruh Wil?” Tantang Sho.

                                “Bertaruh?? Ayo saja. Tapi jangan salahkan gua kalau kau kalah. Hahaha!”

                                “Kalau begitu, kita bertaruh siapa yang kalah akan menuruti permintaan yang menang. Gimana?”

                Tanpa pikir panjang, William langsung menyanggupi taruhan tersebut dan membiarkan Sho untuk melanjutkan analisa dan deduksinya. Sho meminta Kim dan Stephan untuk berada di sampingnya untuk mencatat dan mengawasi gerak gerik yang lain. Setelah bersiap untuk menduga jawaban dari yang lain, Sho pun memulai interogasinya dari William.

                                “Gua berada di sini sekitar empat puluh lima menit yang lalu menurut waktu di temukannya Ubai. Dan gua rasa gua adalah yang pertama sampai di sini”

                                “Apa kau berada di ruangan ini?” Tanya Sho.

                                “Tidak, gua tidak menyelusuri seisi bangunan ini. Gua hanya berada di sekitar ruang tamu dan utama saja. Setelah sekitar lima menit, perempuan ini datang” Jawab William sembari mengarahkan jarinya ke arah perempuan di sampingnya.

                Wanita itu cukup sepadan dengan tinggi badan William. Rambutnya hitam panjang sedikit berombak. Dia memakai gaun hitam panjang yang sedikit bertemakan Renaisans. Tatapan matanya terlihat kosong tapi tajam. Kulitnya yang putih semakin menambah kesan merinding bagi orang yang terlalu lama memandangnya. Kesan tersebut mereka rasakan seperti melihat mayat hidup. Sho menelan ludah terlihat ragu untuk bertanya. Tapi karena rasa penasarannya akan kasus ini, dia berusaha untuk tidak terlihat gugup sewaktu mencoba bertanya ke wanita tersebut.

                                “Err…..”

                                “Nia… Panggil saja Nia.” Jawab wanita tersebut.

                                “Ah.. Oke.. Jadi Nia, apakah betul yang di katakan oleh William?”

                                “Hmmm… Entahlah…”

                                “Oi!! Jangan bercanda!! Jelas jelas kita sempat berbicara tadi!” Marah William.

                                “Hihihi… Saya hanya bercanda.. Ternyata menarik juga ya mengejekmu.. Hihihi” Balas Nia dengan tenang.

Seven 2 :  Cursed Memories [ONGOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang