Kim berlari menyusuri lorong yang gelap bersama dengan Sandy dan Andre. Mereka bertiga lari dari kejaran sesuatu yang sangat mengerikan bagi mereka. Sesekali Kim menengok ke belakang dan melihat sosok itu walau dengan tertatih,tapi begitu cepatnya mengejar mereka bertiga. Di saat Kim mulai merasa lelah, tiba – tiba mendengar sesuatu dari belakang. Sandy yang melihat lebih dulu segera berhenti dan berbalik badan di ikuti oleh Kim. Mereka berdua melihat Andre terjatuh. Akan tetapi di saat Sandy ingin menolongnya, dengan seketika kaki Andre di pegang oleh sebuah tangan dan di seretnya masuk ke dalam kegelapan. Teriakan Andre terdengar menggema di lorong tersebut. Sandy yang tahu bahwa temannya itu tak mungkin bisa selamat segera menggandeng tangan Kim dan mulai berlari. Dia menyuruh Kim untuk berlari lebih cepat. Mereka berdua terus berlari hingga Kim merasa lelah karena tak menemukan ujung dari lorong ini. Namun, setelah beberapa saat, Kim dan Sandy melihat setitik cahaya di depan mereka. Karena merasa itu adalah ujung lorong, mereka berdua pun semakin cepat untuk berlari. Saat cahaya itu semakin terang, Kim merasakan sebuah sentuhan di bahunya. Sebuah sentuhan yang sangat dingin menusuk daging sesaat sebelum matanya di silaukan oleh cahaya yang begitu terang.
Kim membuka matanya dan mendapati dirinya berada di sebuah kegelapan total. Sebegitu gelapnya hingga dia sendiri pun tak bisa melihat dengan jelas dirinya sendiri. Kim mencoba berjalan dan memanggil – manggil nama Sandy. Kim berpikir bahwa mungkin mereka terpisah. Tapi tak ada jawaban satu pun dari semua teriakannya itu. Akhirnya Kim mencoba berjalan lagi. Tapi kali ini dia menyusuri kegelapan ini berharap dapat menemukan jalan keluar. Atau setidaknya setitik cahaya sudah cukup baginya karena entah kenapa, berada di kegelapan ini membuatnya sangat ketakutan. Kim merasa lelah setelah berjalan tanpa arah tanpa menemukan apapun. Kim berhenti sejenak dan mencoba mengatur nafasnya sebelum melanjutkan langkahnya lagi. Akan tetapi, dia di kejutkan oleh sesuatu yang membuatnya merinding ketakutan. Kim mendengar suara parau yang terdengar sayu. Suara yang terdengar mengerikan itu mulai terdengar semakin jelas. Bulu kuduk Kim pun merinding seketika saat melihat sosok yang tak ingin dia lihat muncul dari kejauhan.
“Aaaaaaaa……..”
Sosok tersebut semakin mendekati Kim. Tanpa disadari, Kim merasa lemas di sekujur tubuhnya. Kim sama sekali tak bisa menggerakan seluruh tubuhnya. Dia hanya bisa menunggu sosok tersebut semakin mendekatinya. Rambut panjang yang berantakan menutupi wajah sosok tersebut. Akan tetapi suara parau tersebut semakin membuat Kim ingin sekali menggerakkan badannya dan lari dari sosok itu. Kepala sosok tersebut perlahan mulai terangkat dan terlihat sebuah mata dengan pandangan yang tajam dan sinis ke arah Kim. Dan dengan cepat sosok tersebut mengangkat tanganya mencoba meraih Kim.
“Haaaahhhhh…..!!!”
Kim terbangun dari tidurnya. Nafasnya terengah dan berkeringat dingin. Jam masih menunjukkan pukul tiga pagi. Mimpi buruk yang di alaminya begitu terasa nyata. Entah sudah berapa kali Kim mengalami mimpi seperti ini. Tapi Kim merasa bahwa mimpi kali ini membawa sebuah firasat buruk. Dengan perasaan ketir dan tubuh yang tak tahu mengapa terasa capek, Kim berjalan menuju ke kamar mandi untuk membasuh mukanya. Dia melihat refleksi dirinya di kaca wastafel dan menyadari sesuatu di tubuhnya. Karena Kim memakai kaos tanktop, dia bisa melihat sebagian lengan dan bahunya. Dia melihat bahunya menghitam. Kim tak merasa kaget dengan bekas hitam itu karena setiap kali dia mengalami mimpi tersebut, bekas hitam itu selalu muncul saat Kim terbangun. Tapi kali ini, bekas hitam itu semakin menjalar ke tubuh Kim hingga ke separuh lengan kanannya. Rasa penasaran Kim akan bekas hitam itu tak pernah berubah. Dia ingin tahu darimana dan oleh apa bekas hitam itu muncul. Tapi Kim tak bisa berbuat apa-apa akan hal tersebut dan akhirnya, Kim mengahabiskan waktunya menunggu matahari terbit dengan perasaan yang campur aduk.
Tiga tahun setelah kejadian mengerikan yang dialami oleh Kim telah berlalu. Sekarang Kim telah lulus dari SMA dan akan pindah keluar kota untuk meneruskan pendidikannya ke salah satu Universitas. Kim merasa sudah waktunya untuk melupakan semua kejadian mengerikan yang pernah di alaminya dan berusaha meraih masa depannya menjadi seorang jurnalis. Setelah merapikan dan mengemas barang-barang yang diperlukan untuk di bawa nanti, Kim memutuskan untuk pergi ke beberapa tempat sebelum dia benar – benar pergi dari kota ini. Tapi dari beberapa tempat itu, ada dua tempat yang sangat ingin Kim kunjungi. Berjalan menuju jalan yang selalu ia lewati dulu, Kim sampai di depan rumah seseorang yang sangat penting baginya dulu. Setelah kejadian tiga tahun lalu, Kim tak pernah sama sekali mengunjungi rumah Sandy. Karena dia tak tahu harus berbuat apa jika nanti dia masuk ke rumah itu. Akhirnya, Kim mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam dan melanjutkan ke tempat selanjutnya. Semenjak tiga tahun terakhir, Kim tak berani bertemu dengan ibunya Sandy. Kim tak tahu harus berkata apa jika bertemu dengan beliau nanti.
Kim turun dari bus yang mengantarkannya ke tujuan selanjutnya dan berjalan beberapa menit masuk kedalam jalan kecil yang semakin tak terurus dan terbengkalai. Dia berhenti tepat sebelum sampai ditempat yang ia tuju. Sebuah gedung berlantai dua yang cukup tinggi dikelilingi pohon dan semak belukar yang semakin menutupi gedung tersebut. Papan nama gedung itu pun semakin sulit untuk di baca lagi. Tapi walaupun begitu, Kim masih tetap mengenali gedung tersebut. Gedung yang telah menjadi trauma terbesarnya, SMA Pertiwi 7. Kim hanya bisa melihat dari jauh dan sebisa mungkin untuk tidak mengingat terlalu dalam. Karena merasa sudah cukup, Kim memutuskan untuk pulang dan segera berangkat untuk masa depannya. Tapi, matanya menangkap sesuatu di gedung tersebut. Dia melihat seseorang berdiri di depan pintu utama gedung tersebut. Orang tersebut mengenakan sebuah syal merah. Orang tersebut menoleh kearah Kim dan kemudian masuk ke dalam gedung. Kim merasa mengenali orang tersebut dan tanpa disadari, Kim berjalan menuju gerbang untuk melihat lebih dekat. Dia mencoba fokus untuk melihat kedalan gedung hingga sebuah suara mengagetkannya dari belakang.
“Cari apa dek ??” Seorang bapak-bapak dengan seragam satpam muncul dari belakang Kim.
“Umm… Nggak Pak, Cuma tadi saya lihat ada orang masuk ke gedung itu…..” Jawab Kim.
“Masuk ke dalam gedung? Nggak mungkin dek, ini kan gedung sudah tidak di pakai lagi dan angker pula. Jadi gak mungkin ada orang masuk. lagian gerbangnya di gembok. Adek lihat saja sendiri itu.” Tambah Bapak itu.
Kim tak bisa membalas perkataan perkataan bapak itu karena dia sendiri tahu apa yang di katakan bapak itu benar. Walaupun rasa penasaran Kim sangat besar, Kim akhirnya mengurungkan niatnya dan bergegas pulang. Karena Kim tak ingin jika dia menuruti rasa penasarannya, dia tak tahu apa yang akan terjadi pada dirinya nanti ketika masuk ke dalam gedung itu. Sesampainya di depan rumah, Kim ingat bahwa dia harus pamitan dengan seseorang lagi. Seorang ibu tua di sebelah rumahnya terlihat sedang duduk di teras rumah. Tanpa sungkan, Kim masuk ke halaman dan duduk di samping wanita tersebut.
“Tante…. Angel pamit dulu yaa… Do’ain Angel biar lancar dan berhasil dalam kuliah Angel nanti..”
Wanita itu terdiam dengan tatapan kosong. Sesaat senyum tipis muncul dari bibirnya dan mulai menengok memandang Kim.
“Iya nak…. Andai saja anak-anak tante masih ada pasti mereka senang melihat kamu sekarang ini..”
“Tante….”
Wanita itu memasang raut wajah sedih sambil memandang ke jalan.
“Tante ingin sekali walau Cuma sekali… bisa melihat wajah anak-anak tante lagi….”
“Tante ingin sekali… Lihat Lia dan Ria dan memeluk mereka….”
KAMU SEDANG MEMBACA
Seven 2 : Cursed Memories [ONGOING]
Mystery / ThrillerTujuh tahun setelah kejadian mengerikan yang di alami oleh Kim telah berlalu. Tapi kini, tanpa dia duga, dia bersama sembilan orang yang terjebak bersamanya harus mengungkap misteri misteri yang telah di rencanakan oleh seseorang.