Act 6 : Hukuman dan setelahnya

86 7 2
                                    

“Semua berawal dari lima tahun lalu…”

                Setelah berjalan kembali menuju tempat mereka memulai permainan, Alisha menjawab pertanyaan Sho tentang alasannya melakukan hal tersebut. Dulu ketika masih tinggal di kota ini, Alisha mempunyai seorang teman dekat. Mereka berdua begitu akrab hingga akhirnya temannya tersebut mengenal Ubai. Alisha tak tahu pasti apa yang sebenarnya terjadi. Tapi dia mendengar kabar bahwa Ubai selalu mencoba memaksa temannya untuk menjadi kekasihnya. Temannya yang jelas-jelas tak suka dengan Ubai selalu menolaknya dengan sopan. Tapi semenjak kejadian itu, teman dekat Alisha tersebut menghilang entah kemana hingga akhirnya beberapa hari kemudian di temukan sudah tak bernyawa. Alisha yang tak percaya dengan kabar tersebut dating ke tempat mayatnya di temukan untuk memastikannya.

                Kenyataan pahit yang harus di terima Alisha tak cukup sampai di situ saja. Belum sembuh dari syok yang dia terima, dia secara tak sengaja melihat Ubai bersama seseorang yang terlihat waspada sedang bercakap. Karena penasaran, Alisha pun mendekat dan mencoba mencuri dengar percakapan mereka.

                                “Kau yakin bai? Aku takut nih…”

                                “Tenang aja, Polisi aja udah bilang kalo itu kasus bunuh diri. Mereka gak punya bukti bahwa kita yang bunuh dia. Hehehehe…” Jawab Ubai

                Alisha sungguh tak percaya dengan apa yang dia dengar. Dia akhirnya menemukan jawaban dari kematian temannya. Jawaban yang sungguh membuat Alisha merasakan dendam yang begitu besar terhadap Ubai.

                                “Kenapa tak kau coba laporkan saja waktu itu?” Tanya Stephan.

                                “Mereka tak akan percaya tanpa ada bukti rekaman percakapannya. Maka dari itu, yang ada di pikiranku hanya membunuh mereka berdua!” Jawab Alisha.

                Kemarahan terlihat jelas di wajah Alisha. Dia seakan belum puas untuk membalaskan dendamnya. Tapi tanpa di sadari, mereka akhirnya sampai di tempat tujuan. Sang suara kembali terdengar menyuruh Alisha masuk ke sebuah ruangan untuk meneria hukumannya. Langkahnya terasa berat seakan enggan untuk memasuki ruangan tersebut karena dia merasa dendamnya belum terbalaskan. Ketika memasuki ruangan tersebut, Alisha hanya melihat sebuah kursi dan terdapat televisi di atas meja dan sebuah pemutar video di depan kursi tersebut. Di sudut ruangan dia melihat sebuah kamera pengintai.  Sehingga Sho dan yang lain hanya bisa melihat keadaan ruangan tersebut dari tayangan yang di munculkan di sebuah televisi besar di depan mereka. Alisha terlihat waspada ketika duduk di kursi tersebut. Pandangannya hanya terarah pada televisi yang ada di depannya. Sesaat kemudian, televisi tersebut menyala dan Alisha terlihat bingung dengan apa yang di lihatnya. Saat Sho dan yang lain hanya terdiam penasaran, seketika itu juga raut wajah Alisha berubah menjadi sangat ketakutan. Dia terjatuh dari kursinya dan langsung merangkat ke sudut ruangan. Keringat dingin mulai keluar dari dirinya, tubuhnya gemetar ketakutan hingga mulutnya menjadi kelu dan tak bisa berkata apa – apa.

                                “Ukh……!!”

                Tiba – tiba saja Kim mengerang kesakitan. Dia merasakan sakit yang luar biasa di tubuhnya dan tangan Kim langsung memegang bahunya yang terasa paling sakit dengan erat. Sho dan Stephan yang kaget akan hal ini pun langsung mencoba untuk melihat keadaan Kim. Walaupun agak ragu, tapi Sho sedikit membuka kemeja yang menutupi bahu Kim. Sho mengeryitkan dahinya antara harus kaget atau bingung. Dia melihat seperti sebuah bekas hitam yang ada di bahu Kim. Anehnya, bekas hitam itu terlihat seperti menyebar dengan perlahan. Tapi selang beberapa detik, bekas hitam itu dengan anehnya pula berangsung menghilang dari tubuh Kim.

Seven 2 :  Cursed Memories [ONGOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang