[13] When I Was Your Man

2.1K 77 4
                                    

Happy Reading
___________

"Kita, putus."

Kalimat itu selalu terngiang-ngiang di kepalaku. Sebagai pria, seharusnya aku tidak boleh terlihat lemah seperti ini. Ya, aku baru saja putus dengan kekasihku yang bernama Luna. Kami sudah menjalin hubungan, kurang lebih satu tahun. Dan akhirnya, berujung seperti ini.

Aku berusaha untuk melupakannya tapi tidak bisa. Itu sangat sulit. Hati ini masih tidak bisa berpaling, belum bisa melupakan.

"Please, kasih aku kesempatan untuk memperbaiki hubungan ini. Kita sudah dua tahun, Lun."

Aku memutar kembali memori di otakku, saat Luna memutuskan hubungan ini. Rasanya sangat sakit, dadaku sangat sesak dibuatnya.

"Maaf, gak bisa. Mungkin kita memang ditakdirkan untuk berpisah."

Kini, terputarlah memori dimana aku dan Luna bertemu masih saling mengenal satu sama lain. Dilanjutkan dengan saat-saat aku menyatakan perasaanku. Sungguh, miris.

Flashback on

"Lun, aku suka sama kamu."

Aku memberanikan diriku, untuk berkata seperti itu langsung kepada Luna.

"Aku juga suka sama kamu."

Ingin rasanya aku teriak sekeras mungkin, kebahagiaan ini sungguh tak bisa dipungkiri lagi. Kulihat raut wajah Luna yang ikut bahagia.

Ku dekatkan wajahku dengannya, lalu kukecup keningnya itu. Tanganku bergerak untuk memeluknya. Betapa beruntungnya aku saat itu, memilih dia sebagai pasanganku.

Sebulan berlalu, perasaanku masih sama dengan dia. Ku yakin, hubungan kita semakin dekat. Kita juga lebih sering menghabiskan waktu bersama, berdua.

Setahun berlalu, aku mulai sibuk dengan pekerjaanku. Kita sudah tidak sering bertemu. Fokus dengan kesibukan sendiri.

"Aku harap kamu ngertiin aku, ini juga demi masa depan kita."

Aku sering mengatakan itu kepada Luna. Agar gadis yang kucintai itu paham, mengerti diriku.

"Maaf, aku masih ada urusan. Lain kali, aku janji kita bakal ketemu."

Aku berjanji pada Luna, untuk bertemu dengannya. Aku meyakini dirinya dengan cara menebar janji. Entah janji yang akan aku tepati atau tidak.

Flashback off

Aku sudah berada di kedai kopi, tempat yang paling ampuh untuk menyegarkan otakku. Refreshing. Masih berusaha untuk melupakan, sambil menikmati kopi hangat disini. Ditemani aroma berbagai kopi yang diseduh, sungguh amat tenang.

Pandanganku beredar ke segala arah. Saat itu juga, sorot mataku melihat gadis yang sampai saat ini belum bisa aku lupakan. Gadis iu,Luna. Ia bersama pria lain, tertawa bahagia. Aku tersenyum miris, kalian bisa bayangkan aku adalah pria yang tak seberuntung dulu.

Aku naik keatas panggung di kedai kopi tersebut. Menyanyikan sebuah lagu, yang cocok untukku. Berharap cemas agar gadis itu mau mendengarkan lagu yang akan ku nyanyikan ini. Dari lubuk hati yang paling dalam, ku persembahkan lagu ini untuknya.

My pride, my ego, my needs, and my selfish ways

Caused a good strong woman like you to walk out my life

Now I never, never get to clean up the mess I made, ohh? And it haunts me every time I close my eyes

Kurutuki diriku yang hampir saja menetaskan air mata. Pandanganku masih dengan setia menuju ke arah Luna. Gadis itu menyembunyikan wajahnya sejak aku bernyanyi. Apa dia malu? Tapi untuk apa? 

It all just sounds like oooooh?

Mmm, too young, too dumb to realize

Aku sadar, aku telat untuk meyadari ini semua. Aku memang pria bodoh yang penuh dengan keegoisan.

That I should have bought you flowers. And held your hand

Should have gave you all my hours. 

Aku mengumpat pada lirik yang kunyanyikan. Harusnya aku memberikannya setangkai bunga, lalu menggengam tangannya. Dan terpenting, meluangkan semua waktuku untuknya. Harusnya aku juga harus mengerti dia, bukan dia yang selalu mengerti aku.

When I had the chance. Take you to every party

Cause all you wanted to do was dance

Now my baby's dancing

But she's dancing with another man

Aku ingat, saat aku mengajakmu ke pesta. Aku tidak mengajakmu berdansa, karena aku malu. Ya, aku tidak bisa berdansa. Tapi setidaknya, seharusnya aku mengajakmu. Sunggu aku pria bodoh bukan? Dan sekarang, aku melihatmu dengan pria lain. Itu sangat menyakitkan.

Although it hurts

I'll be the first to say that I was wrong

Oh, I know I'm probably much too late

To try and apologize for my mistakes

But I just want you to know

Aku tau ini sangat terlambat, tapi aku ingin Luna menikmati lagu ini. Untuk terakhir kalinya aku egois dan untuk terakhir pula aku harap dia memahami perasaanku. 

I hope he buys you flowers

I hope he holds your hand

Give you all his hours

When he has the chance

Take you to every party

Cause I remember how much you loved to dance

Do all the things I should have done

Kuharap pria yang bersamamu saat ini, akan memberimu setangkai bunga, menggenggam tanganmu, dan mengajakmu berdansa. Seperti yang kamu harapkan padaku dulu.

When I was your man

Ketika aku adalah kekasihmu

Semua pengunjung kedai kopi itu, memberikan tepuk tangan meriah untukku. Aku tersenyum, tapi aku masih mengharapkan Luna mengangkat wajahnya, menatap diriku disini.

Kutunggu sekitar beberapa menit, tapi ia tak kunjung menatapku. Mungkin, ini benar-benar sudah terlambat. Aku turun dari panggung sambil tersenyum miris. 

"Aku memang pria bodoh."

-----
Hai! Cerpen ini udah pernah di post di akun @wwclub
Aku bukan copast ya, aku repost cerita aja. Lagian, aku sendiri yang buat!

Thx for reading!
And thx 3K readers! Love u xx

Baper Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang