Pebble

9K 367 15
                                    

Ting...tong...
Ting... tong....

"Tunggu sebentar!"

Kaki kecil wanita itu bergantian menjalankan tugasnya menuju pintu. Baekhyun merapikan sedikit bajunya dan membuka pintu rumah. Mata sipitnya langsung membulat saat melihat orang di depannya.

"Ch.. Chanyeol?"

Kini di depan Baekhyun berdiri namja jakung dengan setelan jas yang sangat rapi. Rambut hitamnya ditata dengan poni yang dibawa keatas. Tampilan bagai CEO Perusahaan yang membuat Baekhyun tidak bisa mengalihkan matanya.

"Baek

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Baek... aku tidak punya waktu,"

Dengan segera namja jakung itu menerobos masuk ke dalam rumah Baekhyun -rumah mereka- dan langsung menuju kamar utama. Wanita mungil itu dengan bingung mengikuti laki-laki yang berstatus suaminya itu.
"Chan, kemana saja kau selama ini? Sudah seminggu tidak pulang dan tidak memberi kabar. Aku hampir menelepon polisi kalau seandainya Jongin tidak menghubungiku"

Chanyeol masih sibuk dengan urusannya. Ia mengeluarkan koper besar dari atas lemari. Satu persatu bajunya dia keluarkan dan masukkan ke dalam koper.

"Chan... sebenarnya kau kenapa? Buat apa baju-baju ini?"

Chanyeol tetap tidak menjawab dan masih sibuk dengan urusannya. Baekhyun yang tidak tahan langsung berjalan menghampiri Chanyeol dan menarik tangan namja jakung itu menghadap kearahnya.

"Chany..."

"HENTIKAN BAEK!"

Baekhyun langsung membulatkan matanya. Ia segera menarik perlahan tangannya dari tangan suaminya itu.

Chanyeol kembali pada kegiatan berkemasnya. Baekhyun saat ini merasa ada sesuatu yang salah dan sangat takut. Tapi dia memilih menunggu karena bentakan suaminya tadi masih membuat detak jantungnya menggila.

Chanyeol sudah selesai berkemas dan menutup koper besarnya. Tak ada satupun baju yang ditinggal. Pandangannya kini teralih pada wanita yang sedari tadi mematung di belakang punggunya. Dengan cepat Chanyeol melewatinya dan meraih amplop yang bahkan Baekhyun tidak sadar bahwa Chanyeol membawa amplop.

"Aku tidak punya banyak waktu, Baek. Maid keluargaku akan kemari besok untuk membereskan barangku yang lain. Saat ini aku hanya akan membawa bajuku."

"Ta...tapi Chan! Apa maksudmu? Kau mau pergi? Kita akan pindah?" Tanya Baekhyun dengan suara sedikit gemetar.

"Tidak, Baek! Bukan kita, tapi aku. Aku akan kembali ke rumahku, Baek. Aku tahu ini mendadak, tapi aku sudah memikirkannya. Segera tanda tangani ini. Besok pengacaraku akan datang mengambilnya."

Dengan ragu Baekhyun mengambil amplop itu dari suaminya. Matanya langsung membulat ketika melihat apa yang ada di dalam amplop tersebut. Baekhyun menaikkan kepalanya mencari sang pemberi amplop, tapi lelaki itu sudah keluar setelah memberikan amplop pada Baekhyun.

Baekhyun langsung keluar dari kamar. Benar saja. Suaminya sudah memberikan koper yang diisi dengan bajunya tadi ke lelaki berseragam Buttler.

"PARK CHANYEOL! Jelaskan apa maksudnya ini?!"

Baekhyun melempar amplop tadi kearah Chanyeol dan sekarang amplop itu tergeletak di lantai.

"Eomma, wae?"

Anak laki-laki berumur 8 tahun mendatangi ruang keluarga yang sangat berisik di hari minggu pagi. Seorang gadis kecil manis berumur 6 tahun dengan rambut berantakan menggandeng tangan kakaknya. Sebelah tangannya mengucek mata bangun tidurnya. Mata besar gadis itu terbuka lebar beberapa saat kemudian dan tersenyum lebar.

"Appa!!"

Gadis mungil itu melepas tangan kakaknya dan berlari kearah appa- nya dengan dua tangan yang direntangkan meminta pelukan. Tapi Chanyeol hanya diam saja. Ia menatap kebawah dimana peri kecilnya menatapnya lucu meminta gendongan.

"Park Sehun, bisa bawa adikmu ke kamar?"

"Appa! Yeri mau dipeluk! Gendong!" Rengek gadis itu.

Sehun yang hendak menghampiri adiknya jadi ragu. Adiknya pasti sangat merindukan appa yang berhari-hari tidak terlihat di rumah.

"Sehun, kau tidak dengar?"

Baekhyun terpaku mendengar ucapan suaminya pada anak pertama mereka. Tidak hanya itu, tapi Chanyeol juga mengabaikan permintaan peri kecil mereka. Baekhyun menatap Sehun yang berdiri disana terlihat ragu.

"Appa, kau bisa memeluk Yeri dulu. Jadi Yeri bi..."

"PARK SEHUN!! Appa minta kamu membawa adikmu pergi dari sini. SEKARANG!!"

Tiga pasang mata itu terkejut mendengar suara Chanyeol. Si kecil Yeri menurunkan tangannya dan mundur beberapa langkah untuk melihat Appa-nya.
Mata besar imut itu menatap ke mata besar tajam Appa-nya dengan tatapan berkaca-kaca.

"Yeri, ayo ikut Oppa,"

Sehun segera merangkul pundak adik perempuannya dan berbalik meninggalkan ruang keluarga yang sempat hening karena teriakan Chanyeol.

"Yeri benci Appa!"

Gadis kecil itu berteriak tanpa melihat kebelakang dimana orag yang dimaksud masih menatap tajam dirinya tanpa ia ketahui. Hanya beberapa menit suara langkah naik tangga berganti dengan suara pintu yang ditutup.

Baekhyun segera berbalik menuju meja makan dan kembali dengan cepat sampai-sampai Chanyeol menutup mulutnya kembali saat akan bertanya.

Diambilnya amplop tadi dan dirapikan diatas meja. Baekhyun menundukkan badannya dan menulis sesuatu di kertas tersebut dengan ballpoint yang ia ambil di meja makan dan memasukkannya kembali ke amplop. Diserahkannya pada Chanyeol yang masih diam.

"Kau ingin bercerai denganku? Aku menunggumu di pengadilan..."

"Tuan Park Chanyeol."

HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang