Train

3.3K 273 37
                                    

Luhan's Pov

Aku tanya tidak ya? Hal itu membuatku penasaran, tapi aku bingung bagaimana memulainya.

Dimulai saat hari pertama aku di sekolah, aku sudah melihat Sehun menatap rumahku. Saat aku turun, dia sudah tidak ada. Hal ini sudah terjadi selama seminggu. Dan menjadi kebiasaanku menatap wajah tampannya dari jendela kamarku.

"Luhan, ini,"

Aku kembali ke alam sadarku ketika Wendy menyodorkan minuman padaku. Tadi dia kalah suit, jadi dia yang membeli minum.

Dia adalah teman yang baik saat banyak yang memusuhiku karena duduk sebangku dengan Sehun. Tapi dia dengan wajah cantik nya tersenyum dan mengajakku berteman.

"Terima Kasih,"

"Kau kenapa?"

Aku menghela nafas. Angin di Taman sekolah sangat menyegarkan.

"Sehun... aku tidak bisa mengerti dia,"

Wendy mendudukkan dirinya di sampingku dan mengelus rambutku. Sangat menenangkan. Wajahnya selalu seperti itu, tersenyum.

"Kenapa kau harus mengerti dia? Biarkan saja,"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa kau harus mengerti dia? Biarkan saja,"

Benar. Untuk apa aku peduli? Memang mungkin saja rumah Sehun dekat, atau karena bangunan rumahku yang unik. Ya! Bisa jadi! Mungkin dia bercita-cita menjadi arsitek dan sedang mempelajari struktur rumahku. Ah~ Kim Luhan. Sangat Pintar!

Lalu aku teringat sesuatu. Hal lain yang membuatku penasaran.

"Wendy.... kenapa kau mau berteman denganku?"

"Hem? Kenapa?"

"Ketika orang lain memusuhiku, kau datang dan mengajakku berteman,"

Wendy... dia terdiam seperti memikirkan sesuatu. Aku melihat kaleng minumannya yang diketuk ke dagunya. Aku merasakan keraguan yang membuatku panas dingin. Bagaimana jika dia menyesal berteman denganku? Atau dia baru menyadari bahwa aku tidak layak memiliki teman.

"Hem... mungkin... karena... kau baik?"

"Aku serius!"

"Aku juga!"

"Maksudku...Apa kau tidak tertarik pada Sehun? Semua orang memusuhiku karena dia,"

Wendy tersenyum tipis. Mengusap rambutku. Ah~ aku ingin punya kakak.

"Kau tidak bisa menyalahkan orang karena kejadian yang menimpamu, Luhan..."

Wendy menghela nafasnya. Kembali tersenyum tipis menatapku.

"Ketika kau berada di lingkungan dimana Semua melindungimu, kau mungkin Belum merasakan hal ini... "

Aku terdiam. Sepertinya ada suatu topik yang muncul diotakku. Sesuatu yang tak ingin kubahas dan...

HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang