Flight

3.6K 282 16
                                    

'Ting!'

Pintu lift terbuka. Seketika Baekhyun terdiam melihat sosok di depannya.

"Baek? Apa yang kau lakukan disini?" Tanyanya.

Baekhyun keluar dari lift dan menunduk hormat.

"Selamat sore, Tuan Wu. Saya mau menjemput anak saya di rumah teman saya,"

 Saya mau menjemput anak saya di rumah teman saya,"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jelas Baekhyun sambil tersenyum. Lelaki yang dipanggil Tuan Wu itu mengangguk paham. Namja itu -Kris Wu- adalah seorang pemilik perusahaan dimana Baekhyun bekerja dulu. Sebuah perusahaan maskapai penerbangan dimana Baekhyun bekerja sebagai pramugari.

"Kenapa kau menitipkan anak-anakmu disini?"

"Ah... saya baru pulang dari mencari kerja. Anak-anak pulang sekolah langsung saya minta pulang ke rumah teman saya dulu," jelas Baekhyun.

Kris mengkerutkan dahinya pada ucapan Baekhyun 'mencari kerja'. Bukankah suaminya melarangnya bekerja? Itulah alasan Baekhyun dulu keluar dari pekerjaannya.

"Baekhyun... apa kau sedang sibuk? Aku rasa aku bisa membantumu."

Baekhyun kembali mendongakkan kepalanya. Ia mengangguk setuju. Dia butuh pekerjaan segera dan Tuan Wu adalah harapannya.

***

"Tuan Park, anda sudah ditunggu presdir di dalam."

Chanyeol melanjutkan jalannya menuju ruangan dengan pintu terbesar di gedung itu. Sudah 10 tahun ia tidak masuk ke dalamnya. Terakhir dia kesana adalah terjadi pertengkaran hebat antara ia dan ayahnya dengan keputusan Chanyeol dihapus sebagai penerus keluarga. Chanyeol keluar dari tempat itu dengan keputusan untuk bersama Baekhyun, tapi sekarang ia masuk sebagai seorang pewaris yang meninggalkan Baekhyun.

Seorang wanita berbaju rapi membukakan pintu untuk Chanyeol. Terlihat pria paruh baya angkuh tersenyum kearah anaknya.

"Duduk."

Chanyeol masuk ke dalam berbarengan suara pintu ditutup. Ia segera duduk. Tuan Park -Ayah Chanyeol- bangkit dari kursinya dan berjalan untuk duduk di depan Chanyeol. Ditangannya terdapat berkas yang beliau berikan pada Chanyeol sebelum duduk.

Chanyeol membuka berkas tersebut yang ternyata berisi surat perjanjian perusahaan.

"Selamat. Kau berhasil memenangkannya. Aku memang tidak salah mengirimmu ke Kanada. Proyek besar ini jatuh ke tangan kita."

"Terima Kasih, Tuan Park"

"Hei...hei... putraku. Kau yang akan dipanggil Tuan Park sekarang, jangan memanggil Ayahmu seperti itu."

Tuan Park tersenyum kearah anaknya. Chanyeol hanya tersenyum tipis tanpa membalas apapun. Tuan Park memperbaiki duduknya ke belakang, sedikit bersandar menikmati santainya bicara damai dan rukun dengan anaknya.

HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang