Dugaanku tidak meleset. Setelah jam istirahat, Juli, Lika, dan bahkan seisi kelas membicarakan kehadiran Kent di sekolah ini. Meski tidak berniat untuk tahu lebih banyak, namun bisik-bisik Lika dan Juli terdengar jelas olehku sepanjang pelajaran. Mulai dari crew TV yang berwajah tampan sampai dengan program TV baru yang membuat Kent terdampar di SMA merdeka, sekolah swasta kami ini.
Menurut cerita Juli dan Lika, Kent diikut sertakan dalam acara back to school. Dalam acara separuh reality show tersebut, artis-artis papan atas akan mengikuti kegiatan bersekolah seperti pada pelajar pada umumnya. Kali ini Kent yang menjadi bintang utama acara tersebut. Demi acara itu, ia dikabarkan meninggalkan home schoolingnya untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar secara normal di SMA Merdeka ini.
Dari ratusan artis dan sekolah yang di Indonesia mengapa harus Kent dan sekolah ini yang terpilih. Apakah alam semesta memang sedang berkerja sama mengerjaiku karena kejadian tempo hari?
Tidak. Tidak. Tidak. Aku tidak seharusnya peduli.
Aku hanya perlu menutup mata dan telinga rapat-rapat sampai acara syuting yang melibatkan artis kacangan itu berakhir dan semuanya akan kembali normal. Lagipula untuk apa juga aku marah-marah seperti ini? Selain terjatuh dari kursi, keberadaan Kent tidak akan merugikanku lebih jauh lagi, bukan? Kuharap begitu.
Penderitaanku akhirnya menuju titik akhir saat bel pulang sekolah berbunyi. Lika dan Juli sudah melesat keluar bahkan sebelum denting ketiga terdengar. Aku yakin mereka pasti berniat melanjutkan aksi hunting foto Kent lagi. Sama halnya dengan ratusan siswa siswi yang memenuhi pelataran sekolah. Televisi tentu sudah membawa pengaruh buruk kepada para anak bangsa. Andai saja mereka tahu seberapa menyebalkannya artis kacangan itu sebenarnya.
Tempat parkir sekolah sama sepinya seperti kantin pada saat jam istirahat. Baguslah setidaknya dengan seperti ini, aku tidak perlu berdesak-desakkan untuk menuju gerbang sekolah seperti biasanya. Langkah pelan-pelan karena luka di lutut kiriku terhenti saat aku mendengar suara klakson yang cukup mengejutkanku.
Saat berbalik, aku menemukan sebuah mobil berwarna hitam kilat berada tepat di belakangku. Aku minggir ke sisi kanan dengan niatan memberikan jalan kepada mobil hitam itu namun bunyi klakson kembali terdengar. Sama halnya saat aku minggir ke sisi kiri. Sebenarnya apa maunya si pengendara mobil hitam di belakangku ini. Apa ia tidak melihat bahwa masih ada jalanan sebesar ini yang bisa ia lalui tanpa memerdulikan kehadiranku?
Aku menemukan jawabannya saat mobil hitam itu melintas dan berhenti tepat di sisiku. Tentu saja hanya si aktor kacangan aka idiot yang membunyikan klakson yang memekakan telinga dengan sengaja di tengah jalanan lebar seperti ini. Saat ini hanya kami yang berada di arena parkir menuju gerbang sekolah. Kemana perginya fans-fans fanatik yang mengejar Kent tadi?
Kent menurunkan kaca mobil kemudian tersenyum skeptikal ke arahku.
"Ternyata lu anak SMA?" ucapnya sambil memandangiku dari atas sampai bawah dengan tatapan meremehkan.
Cih sok benar gayanya! Ternyata ia masih mengenaliku.
Tarik napas. Hembuskan. Tidak seharusnya aku terpancing ulah aktor dengan kecerdasan di bawah rata-rata ini. Aku hanya perlu menjauh, berlagak tidak ada yang pernah terjadi, dan semuanya akan kembali normal.
Usahaku menjauh kembali terhenti saat suara klakson mengganggu itu terdengar lagi. Kali ini lebih nyaring dan panjang. Dengan reflek aku menutupi kedua telingaku takut pendengaranku terganggu karena aksi kekanak-kanakan aktor satu itu.
Habis sudah kesabaranku. Tanpa pikir panjang, aku berbalik kemudian menendang salah satu ban mobilnya dengan sekuat tenaga.
"Rese banget sih lu! Dasar aktor idiot!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinder-Ana On Duty! [SUDAH TERBIT]
Teen FictionSiapa sih yang tidak pernah mendengar cerita tentang Cinderella? Sayangnya ini bukan cerita Cinderella tapi cerita soal kehidupan Ana. Ana tidak tinggal bersama ibu tiri tapi dengan Tante Rosa yang baik hati. Ana tidak dibully oleh dua saudara...