s.u.g.a

101 11 1
                                    

Kim Hyun In

Pulang sekolah lebih awal dari hari biasa memang membuatku lebih baik, karena hari sebelumnya aku perlu pulang larut malam menggunakan subway dari distrik Gyeonggi-do, bersama dengan Taehyung-oppa sepupuku, serta Yong-ah dan Sooyeon-ah temanku.

Aku tidak tahu, tapi perasaanku tak seperti hari Sabtu minggu lalu. Apa ini karena aku membenci hujan? Oh, lihat, buliran air itu seperti berebut untuk menyentuh bumi.

Kemudian aku menatap keadaan seluruh Rodeo Street dalam hujan deras dari balik kaca taksi dan tak sengaja mengembuskan napas, membuat kaca itu berembun.

"Nona, kita sudah sampai," ujar supir taksi sambil memperhatikanku dari spion yang berada di dalam mobil. Aku kemudian mengeluarkan beberapa ribu won dan memberikannya dengan wajah kecutku, seperti biasa.

Hujan belum reda, bahkan saat aku di pekarangan rumah dan mengunci pagar.

"Aku pulang!" teriakku saat berhasil masuk ke dalam rumah dan menutup pintu.

"Kau mau kubuatkan ramyun hangat? Aku tidak bisa membuatnya tapi aku mencoba jika kau mau," itu suara Ji Woo-ya, adik perempuanku.

Ia sedang bicara pada siapa? Bukannya Seokjin-oppa, kakak laki-lakiku belum memarkirkan mobilnya di garasi?

Kuputuskan untuk pergi ke ruang makan sebelum pergi ke kamar dan mengganti baju.

Kulihat Ji Woo-ya sedang memperhatikan seseorang di hadapannya sedikit cemas. Sepertinya orang itu laki-laki, jika aku perhatikan dari postur tubuhnya yang tegap.

"Aku tidak lapar," jawab orang tersebut.

Kemudian aku berjalan masuk ke dalam ruang makan. Ji Woo-ya yang menyadari itu, lalu menyapaku dan berdiri. "Siapa dia?"

Adikku menggeleng dengan polos, kupikir ia memang tidak mengetahui laki-laki ini. "Dia berada di luar saat hujan turun, aku kasihan."

Aku pun memperhatikan wajah orang asing tersebut yang cukup tampan. Ia menatapku untuk waktu yang agak lama sebelum akhirnya mengulas senyum.  Tubuhnya terlihat kaku dan menggigil, buktinya satu handuk tebal tengah menyelimutinya.

"Siapa kau?" tanyaku datar namun dengan nada sarkas, masih sambil memperhatikan laki-laki itu. "Aku tidak tahu," ia menjawab sambil tersenyum.

Tak!

Spontan ia meringis begitu aku memukul kepalanya. "Ji Woo-ya, usir saja laki-laki ini!" perintah yang kukeluarkan saat aku pergi berlalu dari ruang makan.

"Tidak, nona, kumohon. Aku tidak punya rumah dan aku tidak tahu ada di dunia macam apa ini,"

Aku terperanjat ketika laki-laki itu duduk di hadapanku sambil menunduk. Layak seorang pelayan pada ratunya. Tentu saja aku risih, ia telah menghalangi jalanku.

"Siapa pun kau, aku akan sangat berterima kasih padamu jika kau mengizinkan aku tinggal di sini. Kau bisa membuatku jadi pelayanmu, nona, kumohon,"

Ucapannya membuatku sedikit bingung. Ia berbicara seperti- entahlah, aku akan menelpon Jin-oppa.

"Hyun-ah, aku sedang menangani pasien, yang benar saja!" pekik Jin-oppa di dalam sambungan telpon. Terdengar sedikit kesal dan aku tahu, aku adalah penyebabnya. Pekerjaannya sebagai dokter memang kadang menyebalkan.

"Ji Woo-ya malah membiarkan orang asing masuk ke dalam rumah, oppa!" aku balas memekik, sambil memperhatikan puncak kepala laki-laki tadi yang masih tetap menunduk, sementara Ji Woo-ya sedang mencoba untuk menyingkirkannya dari hadapanku.

"Apa? Tapi pasienku- apa kalian baik-baik saja?"

"Ya, pulanglah lebih cepat. Aku khawatir jika ia akan melukaiku," jawabku, lalu Jin-oppa mematikan telponnya dengan cepat. Ia pasti sedang panik dan buru-buru untuk menyelesaikan pekerjaannya.

-

Brak!

"Kim Hyun In? Kim Ji Woo? Kalian di dalam?" itu suara teriakan Jin-oppa dari ruang tamu. Aku pun bangkit dari kursi meja makan, lalu menghampirinya.

Wajah pria yang berumur 26 tahun itu masih terlihat panik, ia bahkan langsung  memegang bahuku dan memutarnya.

"Kau baik-baik saja. Di mana Ji Woo-ya? Oh, ini tidak lucu, Hyun-ah. Di mana orang asing itu?" ucap Jin-oppa sambil berjalan menuju ruang keluarga lantas ke tangga, namun ia segera menyadari jika Ji Woo-ya sedang duduk di kursi meja makan dengan laki-laki itu.

Jin-oppa kemudian bergegas menghampiri Ji Woo-ya dan memeluknya. "Syukurlah, kau baik-baik saja, Ji Woo-ya. Aku sangat mengkhawatirkan- siapa kau?"

-

|authorsnote:/thanks for reading! kl inget pasti publish soon kok wkwkw
-lidah suga loves me

Fill In/kookie-jiminie/Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang