j.i.m.i.n

52 9 0
                                    

"Hyun-eonnie, kau membuat kekacauan!"

Sontak Hyun menoleh dan mendapati Ji Woo sedang berdiri berdampingan dengan Jungkook.

Hyun dan temannya memang biasa sibuk mengadakan acara tidak berguna di hari Minggu, seperti menghancurkan ruang televisi dengan sampah snack dan minum bir sampai sore, beruntung mereka masih ingat jika besoknya hari Senin.

"Apa kau bilang? Ji Woo-ya, kau lebih baik pergi! Jangan ganggu aku!" ujar Hyun sarkas.

Taehyung agak canggung dengan posisi ini. Maka dari itu, ia berdiri lantas mengiring Ji Woo untuk menjauh, bersama dengan Jungkook.

Kemudian Namjoon menyikut Hyun, "Ia kekasihmu?" tanyanya yang direspon dua gelengan cepat.

"Kukira kau hanya menyukai Park Jimin," celetuk Hoseok. "Tapi laki-laki itu tampan! Bukan begitu, Yong-ah?!" teriak Sooyeon. Sementara Yong tetap mengangguk walau pun wajah gadis itu masam.

"Aku mendengarmu, Kim Sooyeon!" balas seseorang dengan suara beratnya. Oh, Kim Taehyung.

Hyun, Yong, Namjoon, dan Hoseok pun lalu tertawa, sedangkan Sooyeon terlihat agak sedikit syok.

-

Seokjin sedang memakan snacknya ketika Hyun membawa sepiring makan malam miliknya ke kamar. Ji Woo juga begitu. Hal ini membuat Seokjin mengerti jika kedua adiknya pasti sedang berseteru.

"Tuan Seokjin,"

Yang dipanggil menoleh ke samping, lalu mendapati seseorang yang terlihat begitu polos sedang berdiri sambil menunduk.

"Kau rupanya, Jeon Jungkook." balas pria berumur 26 tahun itu. Ia kemudian pergi menghampiri Jungkook dan mengajaknya mengobrol di teras belakang.

Keduanya terlihat sama-sama menikmati acaranya mengobrol. Mereka bahkan suka sesekali tertawa, menandakan sudah tidak adanya perasaan tenggang rasa.

Seokjin bercerita mengenai pengalaman pribadinya pada Jungkook.

Mulai dari ketika appanya meninggal yang menyebabkan eommanya depresi dan pindah ke Rusia, ketika ia kuliah di Seoul National University, sampai saat ia bertemu dengan Choi Dong Jae, seorang wanita cantik yang sekarang menjadi kekasihnya.

Sejauh ini Jungkook hanya menanggapi ucapan Seokjin. Manusia tampan setengah malaikat itu tidak berani menceritakan hal yang menimpanya saat ia tidak berada di bumi.

"Sudah larut. Apa kau sudah mendapatkan makan malammu? Jika belum, ambil saja di dapur. Aku akan tidur." ujar Seokjin dengan wibawanya.

Jungkook tersenyum, membuat Seokjin itu tergelak. "Kau terlihat kaku, Jungkook. Aku baru menemui orang sepertimu," katanya.

"-dan oh, besok kau harus bangun lebih pagi karena Hyun-ah dan Ji Woo-ya akan pergi sekolah. Selamat malam," Seokjin berdiri, diikuti oleh Jungkook yang kemudian membungkuk pada Seokjin.

-

Posisi Jungkook sedang terduduk di lantai, kepalanya ia istirahatkan di dinding, lalu kelopak matanya menutup sempurna.

"Mengapa kau membohongi gadis kecil itu, Jeon Jungkook?"

Spontan mata tersebut terbuka, pupilnya bergerak ke sana ke mari, mencoba untuk menyadari sesuatu.

"Jeon Jungkook, katakan padaku, mengapa kau hidup sebagai pembohong?"

Napas Jungkook berubah tak karuan sesaat setelah mendengar itu. Ia berbalik, meraba lagi dindingnya, merasakan sensasi dingin yang sedikit menusuk tulangnya.

"Tuhan, kau- maafkan aku," gumam laki-laki itu berkali-kali, dengan bibir bergetar, dan mata yang berkaca-kaca.

Lalu Jungkook menumpahkan tangisnya. Ia ingat saat ia bicara pada Ji Woo di kafe siang tadi. Itu semuanya bohong.

Jungkook tidak minum bahkan makan. Ia tidak mampu kelelahan apalagi sampai mengeluarkan keringat. Kalimat dustanya begitu terekam sempurna membuat laki-laki itu frustasi.

Lantas ia mengepalkan tangannya, berniat untuk menghukum dirinya sendiri dengan menyakiti tangannya yang memukul sisi dinding yang keras.

Sementara Hyun yang telah menghabiskan makan malamnya, sedang membereskan piring di dapur. Ketika itu juga telinganya mendengar suara gaduh dari kamar Jeon Jungkook.

Gadis itu bergidik tak peduli. Tapi sialnya, dentuman itu bahkan semakin menggila di indera pendengarannya.

Akhirnya Hyun memutuskan untuk sedikit menguping. Ia merasa penasaran, tentu saja. Pasalnya, ia sudah mendengar suara dentuman di kamar Jungkook dua kali, terhitung dari hari kemarin.

Daun telinga Hyun sudah menempel di pintu ketika ia mendengar suara tangisan di dalam.

"Jungkook? Kau baik-baik saja?" teriak Hyun. "Buka pintunya atau akan ku-"

Postur tubuh yang ideal untuk laki-laki itu pun seketika muncul. Wajahnya sangat damai dan bahagia ketika ia membuka pintunya, membuat Hyun bingung sendiri dengan apa yang terjadi.

"Kau membutuhkan sesuatu, Hyun?"

-

|authorsnote/gaseru ya?mianh:(

Fill In/kookie-jiminie/Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang