-Part 4-

228 39 0
                                    

"Ah begitu doang. Gue pikir apaan," ucap Pam yang terlihat tidak perduli dan ia segera mengembalikan ponsel tersebut kepada Fiona.

Sekarang mereka berdua duduk di ayunan dekat kolam renang. Jam menunjukkan pukul 19:00 wib. Mereka merasakan angin malam yang berhembus dengan perlahan, dan melihat bintang dilangitpun mulai bermunculan. Pam terus menggoyangkan ayunannya menggunakan kaki dengan perlahan.

"Gue mau cerita," ucap Fiona yang membuka percakapan dikeheningan malam.

"Cerita apaan?" tanya Pam.

"Tapi ini rahasia. Gue tau Anna ngga terlalu suka kalo gue deket sama cowo khayalan. Dia selalu aja berpikiran negative. Ya gue tau dia begitu karna dia peduli, tapi menurut gue apa salahnya berpikir positive. Kadang gue sependapat sama Anna, 'ngapain ngarepin orang yang kaga kenal sama lo. Liat yang nyata aja...'  Tapi, gue sendiri bingung. Kayaknya udah mentok banget ke cowo itu."

"Farrell maksud lo?" -Pam melirik ke arah Fiona,- "Tapi lo tau 'kan kita sahabatan udah berapa lama? Sebelum gue kenal sama Bejo. Kalo pun lo nyuruh gue buat ga boleh kasih tau ke Anna, pasti nanti lo juga butuh nasehat dari dia."

Fiona mengangguk perlahan dan mencoba berpikir sesuatu. Kemudian, ia mencoba untuk menceritakan semua hal yang ia rasakan kepada sahabatnya itu.

"Oh begitu. Gue bisa bantu," ucap Pam.

"Ah serius? Tapi gimana caranya?"  seru Fiona.

"Serahin semua sama gue," jawab Pam dengan senyum menyeringai.

"Lo ga ada niatan buat guna-guna dia, 'kan?" tanyanya penasaran.

"Ummm, gimana ya?" Ledek Pam.

"Pamela! Gue serius!" teriak Fiona yang melihat Pam bangkit dari ayunan dan berjalan memasuki rumah. 

Fiona segera menyusul Pam dan duduk diatas ranjang. Dia merebahkan tubuhnya dengan menatap langit-langit kamar yang dihiasi bintang. Suara playstation-pun terdengar dari luar kamar Fiona.

"Fiona main PS?" -James berhenti melangkah begitu melewati kamar adiknya,- "Sejak kapan mama beliin PS? Sejak kapan juga dia suka main PS?"

Pam tetap fokus pada layar TV Fiona, dia terus memegang stick playstation hingga pukul 22:00 WIB. Pam melihat Fiona sudah tertidur pulas, ia mencoba mengambil ponsel milik Fiona yang berada di atas nakas. Pam melihat wallpaper Fiona, galeri dan juga video dari dalam ponsel tersebut.

"Ya ampun, anak ini bener-bener nge-fans banget sama Farrell," serunya perlahan.

Dia kembali meletakkan ponsel Fiona di atas nakas dan mulai untuk tidur disamping sahabatnya.

Keesokkan harinya, tubuh Pam diguncang hebat oleh Fiona karena ia harus membangunkan sahabatnya itu agar mereka tidak telat untuk berangkat ke sekolah.

"Pam bangun Pam! Pamela! Ini udah jam setengah 6." -Fiona terus membangunkan sahabatnya,- "Mama udah buat sarapan tuh. Udah di tunggu di meja makan."

Mata Pam terbuka dengan cepat setelah mendengar kata 'sarapan'. Dia segera turun dari atas ranjang dan berjalan menuju kamar mandi. 

"Gue tunggu di ruang makan ya..." seru Fiona.

Setelah selesai mandi dan mengenakan seragam sekolah, Pam berjalan keluar kamar dan menuju ruang tamu dan menyapa papa, mama tiri serta kakak lelaki Fiona.

"Morning honey. That's yours, eat your breakfast..." ucap mama tiri Fiona yang memberikan 2 buah roti beserta segelas susu hangat.

"Loh, Anna kok ga ikut nginep?" tanya papa Fiona.

"Ngga pah. Gatau kenapa," jawab Fiona.

"Kalian lagi berantem ya?" saut James.

"Ngga kok James," jawab Pam.

Setelah menghabiskan sarapan pagi, mereka segera berangkat menuju sekolah. Fiona mendapatkan pesan dari Anna yang berisi bahwa ia tidak bisa berangkat ke sekolah bersama mereka karena ada tugas yang harus ia kerjakan.

"Ada yang ketinggalan?" tanya Pam saat mereka sudah memasuki mobil.

Fiona hanya menggeleng dengan ponsel yang berada ditangannya.

25 menit dalam perjalanan, sekarang mereka sudah tiba di sekolah dan langsung menghampiri satpam sekolah mereka yang tengah duduk diluar pos.

"Widihhhh harum bener," ucap bang Ntin saat melihat Pam dan Fiona keluar dari mobilnya.

"Selamat pagi bang Ntin," sapa Fiona yang tersenyum manis.

"Bang Ntin!!! Mana pesanan Pamela?" tanya Pam.

"Pagi juga neng Fiona, umm... pesanan apa ya?"

"GOSHH! bang Ntin pasti lupakan... Uh, sudah kuduga," jawab Pam.

Bang Ntin dan Fiona tertawa perlahan melihat tingkah Pam. Dari dalam posnya, Bang Ntin memberikan 2 buah coklat kepada Pamela.

"Pamela..." Seseorang memanggil namanya dari belakang ketika Pam dan Fiona sudah berjalan memasuki koridor sekolah.

"Eh Bejo, ada apa?" tanya pam.

"Anu eeeee... Jadi gini--"

"Anu apa sih?" Pam mengeryitkan dahinya.

"Nanti aja deh. Di kantin ya," teriak bejo yang berlari menuju kelasnya, karena mendengar bel sekolah telah berbunyi.

Ketika Pam dan Fiona telah sampai di depan kelas. Mereka melihat Anna yang tengah duduk terdiam memandang papan tulis dengan pandangan kosong.

"What's wrong?" tanya Pam.

"Uh, I got a bad news," jawab Anna.

"What news?" balas Fiona.

"Nyokap gue ga ngizinin gue buat basket lagi--"

"WHATTT??" teriak Pam.

"Kalian mau tau? Gue disuruh jadi wanita tulen--"

"WHATTT???"

"Udah gitu, nyokap gue beliin gue 5 pasang dress. Bisa matiii gue aaakkkkkkk!!"

"WHA--" Fiona menutup mulut Pam dengan sergap sebelum temannya itu berteriak kembali.

Fiona duduk disamping Anna dan mulai menasehatinya agar Anna bisa merasa sedikit lega. Tidak lama kemudian, bu Intan memasuki kelas mereka. Seperti biasa, semua anak duduk terdiam memandang wajah bu Intan yang mengenakan kacamata tebal itu.

"Oke anak-anak, ibu akan mengadakan ulangan harian," ucapnya.

"WHATTT??" teriak Pam untuk kesekian kalinya.

Kelaspun mendadak ramai karena mendengar keputusan dari bu Intan. Tetapi sepertinya hanya Anna yang terlihat begitu santai menanggapi keputusan tersebut. Dengan terpaksa, semua murid kelas Anna menerimanya. Kertas jawaban dan soal ulangan pun telah dibagikan, mereka segera mengerjakan soal tersebut tanpa belajar sedikitpun. Anna melirik soal matematikanya, ia mengambil kertas jawabannya dan mulai mengerjakan. Belum ada 10 menit Anna sudah menyingkirkan jawabannya didepan mata, Anna pun kembali berdiam dengan tangan kiri yang menahan kepalanya.

" huh....." Anna menghela napas dengan panjang saat melihat Fiona tetap fokus pada soal matematikanya.

"Waktu tersisa 20 menit lagi, siapa disini yang sudah selesai?" tanya bu Intan.

Anna berdiri dari kursinya dan berjalan menuju meja bu Intan dengan membawa kertas jawaban. Hal tersebut tentu membuat semua mata teman kelas Anna langsung tertuju kepadanya. Setelah memberikan kertas jawaban tersebut, Anna segera keluar kelas dengan berjalan santai.

[Completed] My Perfect CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang