-Part 13-

162 33 0
                                    

"Dia siapa? Perasaan heboh banget," tanya Fiona penasaran pada salah satu temannya.

"Lo gatau dia? Dia cowo kece, cowo ganteng dan terkenal. Gue denger-denger sih, dia mau masuk SMK kita. Haduh, gue harus dandan yang cantik nih. Biar dilirik sama dia," jawabnya.

"Selebgram maksud lo?" tanya Fiona Heran.

"Benar!!! Kapan lagi ada cowo selebgram yang masuk ke sekolah kita. Lo tau ngga? gue fans berat dia," jawab teman Fiona dengan penuh semangat.

Fiona tersenyum kecil dan pergi meninggalkan teman sekelasnya. Dia berjalan menuju toilet yang terletak di lantai 1. Setelah tiga menit ia berada di dalam toilet, sekarang Fiona berjalan kembali menuju kelasnya. Langkahnya terhenti dengan kedua bola mata yang membulat ketika ia berda di ambang pintu kelas. Dia melihat seorang anak laki-laki yang tengah berdiri membelakangi papan tulis.

"Farrell?" batin Fiona.

Fiona melihat bu Intan yang sedang duduk dikursi guru, menyuruh Farrell berjalan ke arah kursi Anna lalu siswa itu duduk dengan santainya. Melihat hal tersebut membuat Fiona melangkah masuk dan menghampiri bu Intan.

"Maaf ibu, itu kursinya Anna kenapa dia yang dudukin?" tanya Fiona sambil melihat ke arah Farrell dan Farrell pun membalas tatapannya.

"Iya ibu tau, biar nanti Anna duduk disamping Pamela. Pamela-kan duduk sendiri di belakang," ujar Bu Intan.

"Tapi bu--"

"Sudah Fiona, kamu bisa duduk di sana. Ibu akan memulai pelajarannya," pinta guru tersebut.

Dengan terpaksa Fiona berjalan kembali menuju kursinya dan duduk dengan tatapan yang mengarah ke papan tulis. Jantung Fiona berdegup kencang, telapak tangannya mulai terasa dingin. Usahanya untuk melupakan Farrell terlihat sia-sia, karena sekarang ia satu meja dengan seorang selebgram.

Teman sekelas Fiona langsung melihat ke arah dia dan Farrell. Fiona tidak berani menoleh ke kanan ataupun ke kiri, tatapannya tetap terfokus pada papan tulis ketika bu Intan menerangkan soal Matematika. Bagaimana tidak, seorang selebgram terkenal dengan kulit putih mulus, bentuk wajah yang sempurna, rambut hitam pekat, sebuah lesung pipi di pipi kanannya, dan juga senyum manis tersebut membuat seluruh mata para siswi ataupun kaum hawa merasa jatuh cinta dalam sekejap.

"Duduknya tegang banget kayak lagi duduk sama DPR," ucap Farrell berbisik.

"Egh?" Fiona menoleh heran.

Beberapa menit kemudian bel istirahat terdengar berbunyi kencang dan seluruh siswi dari kelas lain terlihat mondar-mandir melewati kelas Fiona hanya untuk melihat Farrell. Jantung Fiona berdetak semakin kencang, ia sendiri tidak tahu harus berbuat apa. Fiona menarik napasnya dengan dalam dan mulai beranjak dari kursinya.

Melihat ada pergerakan dari perempuan disampingnya, dengan sekejap Farrell menarik tangan Fiona dan spontan Fiona kembali duduk di kursinya.

"Kenapa?" tanya Fiona.

"Lo mau ke mana?" tanya Farrel.

"Kantin," serunya dingin.

"Jangan tinggalin gue. Duduk aja disini temenin gue," ucapnya.

"Ta.. tapi gue laper," ucap Fiona terbata-bata.

Farrell segera mengambil tasnya dan memberikan kotak bekal miliknya, "Makan tuh."

Fiona tertegun mendengar ucapan Farrell. Dia hanya menatap kotak bekal tersebut dengan hati yang terus menggerutu, "Sia-sia gue mau nyerah kalo gini caranya."

"Lo lagi telepati sama kotak bekal punya gue?" tanya Farrell heran.

"Egh?" Fiona tersadar dari lamunannya dan melihat ke arah Farrell.

"Kenapa sekarang ngeliatin gue? Itu dimakan. Mama gue buatin bekel dari rumah tapi gue masih kenyang," jawab Farrell.

Fiona merasa canggung berada di satu meja dengan seorang selebgram. Dia mencoba untuk membuka kotak bekal tersebut dan mulai memakannya. Ruang kelas mereka mendadak hening karna hanya tinggal mereka berdua yang masih berada di dalam. Jam istirahat terasa lama bagi Fiona, setelah makanan tersebut habis, Fiona membungkus kotak bekal tersebut dan memberikannya kembali kepada Farrell.

Fiona menyenderkan punggungnya pada kursi sambil meminum air mineral yang berada di botol miliknya.

"Fiona Sabrine," ucap Farrell perlahan.

Fiona menutup botol air mineralnya dan menaruh diatas meja. Dia melihat ke arah Farrell dengan punggung yang ditegakkan.

"Lo 'kan yang suka spam DM? Yang suka nge-love foto gue, tapi lo unlove lagi dan terus lo lakuin itu hampir setiap hari, lo juga 'kan yang suka spam di line gue?  Kelakuan lo bikin gue kesel tau ga? Sekarang gue mutusin buat nge-block semua akun lo mulai dari kick lo di line fans page, block akun line lo sama Instagram," ujar Farrell.

"Block?" Kedua bola mata Fiona membulat.

"Iya gue nge-block. Berisik tau! Sakit kuping gue tiap denger notif line isinya dari lo semua," jawab Farrell sambil menatap ke arah Fiona yang terdiam.

"Oh. Maaf Rell kalo selama ini gue buat lo risih karena kelakuan gue. Gue bakal un-follow lo di Instagram kok sekarang juga," kata Fiona yang langsung mengambil ponsel miliknya di dalam tas.

"Kenapa di-unfoll?" tanya Farrell.

"Supaya lo bisa tenang. Tuh udah gue unfoll, makasih buat kejujurannya," jawab Fiona sambil memperlihatkan layar ponselnya.

Bel istirahat telah terdengar jelas. Fiona mendengar teriakan dari salah seorang murid jika hari ini sekolah akan memulangkan siswinya dengan cepat. Mendengar hal itu, Farrell langsung mengambil tasnya dan pergi meninggalkan Fiona yang masih sendiri di dalam kelas.

***

Semua anak tengah sibuk merapihkan barang-barang mereka dan bersiap untuk pulang, Bejo berlari menuju kelas Anna dan berharap Fiona masih berada di sana. Setelah tiba diambang pintu kelas Fiona, ia melihat perempuan itu tengah tertunduk.

"Fiona?" Bejo menggoyangkan tubuh Fiona secara perlahan.

Fiona terbangun dengan mata yang sudah bengkak. 

"Lo nangis? Kenapa? Ada apa?" tanya bejo yang langsung menarik bangku di sebelah Fiona dan duduk di sampingnya. 

Fiona mulai menceritakan kejadian yang baru saja dia alami, mata Bejo terbelalak begitu mendengar cerita Fiona tersebut.

"Farrell?" tanyanya kaget.

"Iya Farrell, lo kenapa?" tanya Fiona heran.

"Fi, Farrell ngga sekolah di sini, ngga ada murid baru. Gue masuk ke kelas lo, liat lo lagi tidur dan mata lo bengkak," ucap Bejo.

"Mimpi?" batin Fiona heran.

Bejo segera mengajak Fiona untuk meninggalkan sekolah. Di jalan menuju parkiran motor, Fiona masih terdiam dan terus mengernyitkan dahinya.

"Ayo naik," pinta Bejo.

Bejo membawa Fiona ke sebuah kafe. Setelah sampai di tempat tujuan, Bejo segera menyuruh Fiona untuk masuk ke dalam dan mereka duduk di bangku kafe tersebut secara berhadapan.

[Completed] My Perfect CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang