-Part 9-

189 37 0
                                    

Mereka bertiga terdiam di depan pintu masuk kelas karena suasana kelas tersebut dalam keadaan ramai.

"Bu Intan ga masuk?" tanya Pam pada salah satu teman kelasnya.

"Ngga. Dia kena tipes," jawabnya.

Pam melihat ke arah Fiona dan Anna dengan senyum yang lebar. Mereka segera berjalan ke tempat tujuan yang tidak lain adalah kantin. Sesampainya di kantin, Pam segera memesan makanan kesukaan mereka.

"Sering-sering kek bu Intan ga masuk. 4 jam belajar matematika bikin kepala pusing," grutu Anna yang sudah duduk dikursi kantin.

"Hush... Ga boleh ngomong gitu An," jawab Fiona yang memegang segelas es tehnya.

"Heyhooo.... Mie rebus sudah datang," seru Pam yang datang dengan tukang mie rebus.

Mereka bertiga langsung menyantap mie tersebut sambil sesekali mengobrol.

Sementara di kelas Bejo

Sama seperti kelas Anna, guru yang mengajar di kelasnya tidak masuk dan siswa dengan bebas mengobrol hingga jam pelajaran tersebut usai. Bejo melihat undangannya kembali yang berada dikolong mejanya, tersisa satu undangan dengan sebuah nama diatasnya, "Tania Apriliani."

Bejo memutuskan untuk berjalan menuju kelas Tania yang berada dekat dengan kelasnya. Dia melihat pak Iwan sedang berdiri di depan papan tulis, sambil menerangkan pelajaran tersebut. Bejo mengetuk pintu kelas Tania dan dia memberanikan diri untuk masuk ke dalam kelas tersebut hanya untuk memberikan Tania sebuah undangan. Hal ini tentu membuat daya tarik bagi teman-teman sekelas Tania.

Tania tersenyum lebar setelah mendapatkan undangan tersebut dan kini Bejo kembali lagi menuju kelasnya untuk menunggu bel istirahat berbunyi.

Di kantin

Pam tak berhenti berbicara, selalu saja ada topik yang harus ia bahas dan sesekali membuat kedua sahabatnya itu tertawa hingga mengeluarkan air mata. Bel istirahat terdengar berbunyi kencang, semua anak langsung memenuhi kantin sekolah mereka untuk mengantri membeli makanan dan minuman.

Tidak lama kemudian Bejo datang dengan berjalan santai, menghampiri ketiga sahabatnya.

"BEJO!!!" teriak Pam.

"PAMELA!!!" balas Bejo.

Bejo terlihat begitu senang dan terkadang terlihat senyum-senyum sendiri saat duduk disamping Pam.

"Lo kenapa? Sawan?" tanya Anna yang tengah menyender di kursi kantin dengan mulut mengunyah permen karet.

"Ngga."

"OHHH! Gue tau... dia begini karna duduk disamping gue. Iya kan, Jo?" ucap Pam yang menyenderkan kepalanya dipundak Bejo.

"Bukan..."

"Umm.. Bejo pasti dapet sesuatu," tebak Fiona.

"Bukan juga... udah ah, gue mau beli bakso dulu. Bye," kata Bejo yang melangkah menjauhi mereka bertiga.

"Yeee banci taman lawang! Itu anak kenapa sih? Ngga biasanya kayak begitu, sekarang jadi agak kemayu ya," ucap Anna.

Anna dan kedua sahabatnya beranjak dan berjalan menuju kelas. Setelah sampai di dalam kelas mereka, Fiona mencoba untuk berbicara kepada Anna mengenai Farrell sama seperti apa yang sudah Fiona katakan pada Pam. Anna mendengarkan semua ucapan yang keluar dari mulut sahabatnya. Setelah Fiona selesai, kini giliran Fiona yang mendengarkan nasehat dari Anna, Sementara Pam terlihat sibuk dengan gadget-nya.

"Sekarang gini Fi. Lo tau 'kan Farrell itu selebgram yang tinggal di Jakarta? Harapan lo buat deket sama dia itu tipis. Karna ribuan cewe diluar sana lagi berusaha buat deket sama dia juga. Sukur-sukur jadi sahabat. Udah gitu lo tau Jakarta itu ibu kota Indonesia."

"Iya gue paham. Tapi gue yakin kalo gue bisa deket sama Farrell," ucap Fiona.

"Ya itu sih terserah lo. Lo tapi udah tau 'kan, Bejo pernah mau ngenalin lo sama Gabriel, kenapa lo tolak?"

"Karna gue--"

Belum sempat Fiona menjelaskan alasannya, bel masuk terdengar berbunyi dan guru yang mengajar pelajaran Bahasa Indonesia kini telah masuk ke dalam kelas mereka.

***

Jam menunjukkan pukul 11:00 WIB, dan saatnya berganti jam pelajaran. Bu Ine berjalan memasuki ruang kelas Anna setelah guru pelajaran Bahasa Indonesia keluar dari dalam kelas. Bu Ine, guru yang mengajar pelajaran kesenian ini meminta 2 anak muridnya untuk mengambil sebuah piano listrik dan 1 buah mic di ruang kesenian.

Beberapa menit mereka menunggu, akhirnya 2 teman Anna kembali dan bu Ine meminta Kevin untuk memainkan piano tersebut. Kevin Chandrawinata adalah seorang siswa yang mempunyai bakat dibidang musik, ia tak hanya pandai memainkan sebuah piano. Dia bisa memainkan alat musik lain seperti gitar dan drum, dia juga pernah menjuarai olimpiade dibidang musik mewakili sekolahnya sekota depok. Ketampanan Kevin membuat para siswi di sekolahnya berusaha untuk mendekati lelaki tersebut. Tetapi Kevin hanya bersikap biasa.

***

Kevin berjalan menuju piano tersebut dan mulai memainkannya. Semua anak terlihat fokus mendengarkan irama musik tersebut. Bu Ine memanggil Fiona yang terlihat sedang berbicara dengan Anna untuk menyuruhnya menyanyi.

"Sa... saya bu?" -Fiona tersentak,- "Tapi saya ngga bisa bu. Saya malu."

Anna dan Pam mencoba membangkitkan rasa percaya diri Fiona. Fiona menarik napas panjang dan berjalan menuju Kevin. Tangan Fiona menjadi dingin dan bergetar saat memegang sebuah mic tersebut. Betapa tidak, semua mata teman-temannya langsung tertuju pada dirinya hingga tidak ada satupun yang berkedip. Kemudian, Fiona meminta Kevin untuk mengiringinya dalam lagu Daniel Bedingfield yang berjudul If you're not the one.

Semua anak terdiam mendengar suara merdu Fiona. Sepertinya, ia telah berhasil menghipnotis bu Inne dan juga teman-temannya. Setelah selesai bernyanyi, semua anak terkagum dan mereka memberkan tepuk tangan dengan kencang. Bel pulang berbunyi dengan kencang, bu Ine meminta teman Kevin dan Kevin mengembalikan alat musik tersebut ke tempat semula.

[Completed] My Perfect CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang