-Part 2-

343 42 0
                                    

"Jelas tau, gue temenan sama lo udah berapa lama?" tanya Bejo.

"4 tahun, mulai dari kelas 2 SMP sampe um--"

"2 SMK," ucap Bejo.

Sedang asik berbincang-bincang dengan teman lelakinya, Anna dan Fiona datang menghampiri mereka berdua dengan membawa 3 buah mangkuk mie rebus, Fiona memberikan mie itu kepada Pam.

"Kapan ada turnamen basket lagi?" tanya Anna.

"Gue belom nanya kepsek," jawab Bejo yang sedang mencoba memotong bakso menggunakan sendoknya.

"Udah lama ga ikut turnamen lagi, pas libur kenaikan kelas," serunya.

"Iya sama. Tangan gue gatel mau main basket," balas Bejo.

Suasana kantin mendadak aneh karena siapapun mereka yang melihat laki-laki tampan tengah dikelilingi ketiga orang perempuan merasa iri di dalam hati mereka. Bejo memang memiliki banyak penggemar karena postur tubuhnya yang tinggi, berbadan putih dan tegak, dengan wajah yang tampan. Hal ini tentu membuat diri Fiona terkadang merasa sangat risih bila didekatnya. Tetapi, Fiona juga tidak bisa mengusir Bejo Suhendra karena ia merupakan teman dari sahabatnya sendiri. Lain hal dengan Anna, dia memang tidak begitu peduli dengan keadaan sekitar. Sifatnya yang terkesan cuek, membuat diri Anna terlihat jarang didekati siswa di sekolahnya dengan perasaan lebih dari seorang teman. Sementara Pamela atau yang biasa disapa dengan Pam ini adalah sahabat Fiona yang sifatnya memang selalu ceria, dia juga bisa mencairkan suasana apapun di sekitarnya.

Suasana kantin yang ramai akibat banyaknya siswa dan siswi, membuat Fiona susah untuk berbicara. Pam bertanya kepada Fiona apa yang membuat dirinya terlihat risih. Suara Fiona yang kecil membuat Pam susah untuk menangkap suara sahabatnya.

"APA? YANG KENCENG," teriak Pam.

Fiona menghela napas dan kembali memakan semangkuk mie rebusnya. Dia berusaha untuk tidak terfokuskan pada para siswi yang memang sedari tadi melihat ke arah dirinya dan ketiga temanna itu. Tidak lama kemudian, bell istirahat telah usai, anak-anak segera kembali ke kelasnya masing-masing, begitupun dengan Bejo.

"Gue ke kelas dulu ya. Jangan nakal lo, jangan kasih suggest terus ke Fiona," ucap Bejo pada Pam yang berdiri didepannya.

"Siap!" saut Pam.

Bejo mengelus rambut Pam dan segera berlari menuju kelasnya yang berada di lantai dua.

"Haduh darah gue," ucap Fiona yang terlihat lemas.

"Kenapa?" tanya Pam heran.

"Di elus Bejo, darah gue ser-seran," jawab Fiona.

"Kan gue yang di e--"

"Ah, udah ayo masuk kelas," Saut Anna yang tengah mengunyah permen karet dan menyelipkan kedua tangannya pada saku rok.

Mereka bertiga langsung menaiki anak tangga untuk menuju kelas. Seketika langkah kaki Anna terhenti dengan kedua mata yang membelalak.

"Mampos," ungkapnya perlahan.

"Ada apa?" tanya Fiona heran.

"WOW..." Pam terkejut melihat pak Iwan sudah ada di dalam kelas mereka. Guru akutansi yang kini berdiri di dalam kelas mereka dengan tatapan tajam tersebut, sengaja terdiam dengan kedua tangan yang berada di belakang punggungnya.

"Kita ga salah masuk kelas, kan?" bisik Fiona.

Anna menggelengkan kepalanya, sementara pak Iwan terus memperhatikan tingkah mereka. Ketiga siswi itu pun memutuskan untuk masuk ke dalam kelas setelah mendengar suara gretakan pak Iwan.

[Completed] My Perfect CrushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang