part 1

14.2K 224 4
                                    

         Di sebuah sekolah swasta yang merupakan sekolah terpandang dan telah tercap oleh banyak kalangan sebagai sekolah para anak-anak elit, terdapat banyak siswa yang bisa bersekolah di sana karena Beasiswa. Salah satunya adalah Qabrina Zalintang Prasetya. Ia adalah seorang siswi yang berparas manis dan menarik, namun karena banyak murid yang selalu menilai layak tidaknya seseorang dari harta, dia menjadi selalu terpinggirkan atau bahkan sering tak di anggap. Mungkin hanya ada beberapa yang mau berteman dekat dengannya karena kepribadian serta kecerdasaannya yang memukau.

            Pagi ini merupakan senin yang melelahkan untuk Brina juga dua teman dekatnya, karena kelas mereka minggu ini kebagian tugas menjadi pasukan upacara wajib. Selesai merapikan peralatan upacara, Brina beserta dua temannya singgah sejenak di dalam kantin untuk menghapus dahaga mereka.

            “Ugh… melelahkan yah ?” ucap Rania lalu meneguk teh botol “Selalu aja begini ! selalu kita yang harus menjadi petugas upacara, sedangkan mereka hanya asik berdiri jadi paduan suara.” keluhnya.

            “Betul ! mending kalau mereka ikut nyanyi, paling cuma nampang doang.” sahut Mirela keki.

            “Anggap aja kerjaan. Lagian bagus kan kita jadi di kenal banyak Kakak kelas.” sahut Brina tersenyum “Contohnya gara-gara upacara waktu kelas 1 dulu, loe jadi bisa kenalan dengan Yuga kan di ruang peralatan ? terus nggak pake lama bisa jadian ampe sekarang.” tambahnya.

            “Mmm… iya juga sih. Dari kak Yuga jadi yayang Yuga.” jawab Mirela malu.

            “Brin ?” sapa seorang siswa.

            “Kak Dhika.” jawab Brina setelah menoleh “Ada apa Kak ?” tanyanya.

            “Itu… e.. oh ya, Yuga titip pesan nanti istirahat Mirela di suruh ke kelasnya.” jawabnya dengan gugup.

            “Ya… berarti kan seharusnya Kak Dhika bilangnya sama Mirela bukan sama Brina.” tukas Rania polos.

             “Iya ya, ya udah sama aja kan.” ucapnya salah tingkah “Ya udah deh gitu aja, permisi.” tambahnya lalu melengos pergi.

            “Aneh banget yah ? dia juga setiap gue nyamperin Yuga pasti wajahnya langsung gugup gitu sambil ngomong ‘Awas loe !’ sama Yuga. Aneh kan ? kaya ada rahasia besar gitu antara mereka.” ujar Mirela sembari berpikir.

          “Kadang gue juga suka mikir, setiap kali manggil nama gue pasti endingnya dia cuma mau ngomong masalah Yuga sama loe. Tau deh, gue juga bingung !” sahut Brina.

            “Gue tau, pasti dia naksir loe Brin ! cuma dia masih malu aja.” tebak Rania.

            Obrolan ringan mereka terhenti dengan terdengarnya bunyi bel masuk yang mengelegar seantero sekolah. Jam pertama yang sedikit mengganggu pikiran Brina karena tercampur dengan ucapan Rania di kantin. Namun semua itu hanya sejenak lalu dia kembali focus pada mata pelajaran yang tengah berlangsung.

                                                                                 ^-^

            Parkiran luas yang membentang di sekitar Universitas Negri di Jakarta. Di sanalah tempat Arya Qulangit Prasetya melanjutkan sekolah tingginya pada jurusan manajemen bisnis. Di atas motor kesayangannya, dia tengah berbincang hangat dengan beberapa teman kampus.

            “Malam ini loe ikut bertanding kan ? taruhan malam ini besar banget, Ar. Kalau loe bisa menang, loe bakalan dapet uang tiga puluh juta dan tentunya loe bisa beliin hadiah ultah Brina kan ?” ujar Teddy antusias.

Senyuman Terakhir BrinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang