part 7

3.5K 108 2
                                    

          Seminggu sudah Brina tidak ingin bertemu bahkan berhubungan dengan Andrie, dia hanya terus mengisi harinya dengan merawat Arya yang semakin hari semakin membaik. Kini kakinya sudah semakin kuat, namun hanya belum begitu mampu untuk berlari. Tiap hari Bass juga tidak pernah letih ikut menjaga Arya. Seperti halnya hari ini, dalam kamar inap Arya terdengar tawa riang membahana. Mereka saling berceloteh, namun Arya tahu dan bisa merasakan ada sesuatu yang terjadi pada adiknya.

            “Ada apa Brin ? kamu ada masalah ?” tanya Arya.

            “Kok Kakak bertanya seperti itu, nggak ada apa-apa kok.” jawabnya.

            “Kakak kenal kamu. Andrie kan ? semenjak Kakak sadar, Kakak belum melihatnya.”

            “Maaf baru bisa datang sekarang kak, selalu banyak penghalang.” selanya setelah menutup pintu.

            “Andrie ? panjang umur.” seru Arya.

            Bass dan Brina sontak menoleh namun dia langsung membuang muka saat Andrie tersenyum padanya. Sedangkan Bass hanya terus mendelik tajam, namun langkah Andrie terlihat pasti mendekati ranjang. Suasana menjadi tegang, hanya Arya yang terus berkomunikasi pada Andrie.

            “Nggak baik menyimpan masalah terlalu berlarut-larut, pasti itu hanya salah paham. Brin, selesaikanlah.” usulnya “Ndrie, luruskan bila memang itu kesalah pahaman.”

            Langkah Brina terlihat berat saat keluar dari kamar, dan Andrie berjalan sedikit lebih belakang. Setelah mereka menghilang dari balik pintu, Arya sejenak diam sembari terus menatap wajah sahabatnya. Saat Bass mengetahui mata Arya menatapnya, dia berjalan mendekat sembari tersenyum.

            “Kenapa Ar ?”

            “Gue nggak pernah lupa ama loe ! gue ingat semua tentang loe ! bahkan gue ingat kenapa bisa terjadi kecelakaan.” Bass terkejut mendengarnya “Jujur malam itu, gue sangat kecewa ama loe ! tapi seharusnya gue nggak perlu meragukan semua kebaikan loe. Maafin gue Bass ?” tambahnya

            “Gue yang seharusnya minta maaf. Seandainya gue langsung bilang sama loe sebelum Teddy, pasti kecelakaan itu nggak akan terjadi.” sahutnya.

            “Jangan buat gue semakin merasa bersalah. Gue udah terlalu banyak berhutang materi sama loe dan gue nggak akan pernah bisa menggantinya ! jadi tolong jangan bantu keluarga gue lagi !” ujar Arya memohon.

            “Nggak ada yang perlu di ganti, Ar. Pelajaran hidup dari loe itu lebih berarti dari pada harta yang gue punya. Setidaknya biarkan gue terus membantu sampai waktu yang tersisa. Tolong jangan di tolak, Ar.” ujarnya sembari duduk di kursi samping ranjang.

            “Waktu tersisa ? apa maksud loe ?” tanyanya heran.

            “Akhir bulan ini gue akan pindah kuliah ke Boston, tapi sebelum berangkat gue mau terus membantu kalian. Gue hanya ingin selalu di anggap sebagai bagian keluarga kalian.”

            “Kenapa tiba-tiba mau pindah ? tinggal dua semester lagi kita sarjana kan ?”

            “Sebenarnya gue juga nggak mau, tapi gue juga ingin membahagiakan ortu gue, Ar. Tenanglah teknologikan udah canggih, kita akan terus berkomunikasi dan lagian setiap musim dingin gue bakal balik ke Jakarta.” ujarnya sembari tersenyum.

            “Gue bakal kehilangan loe, Bass.” lalu Bass dan Arya berdiri berhadapan “Loe akan selalu jadi bagian keluarga gue.” Bass langsung memeluk lalu tersenyum “Selesaikan semua urusan yang harus loe selesaikan.” tambahnya

Senyuman Terakhir BrinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang