part 6

3.6K 108 2
                                    

           Malam minggu telah datang namun janji manis yang terluncur dari mulut Andrie telah dia ingkari sendiri. Kiranya rasa kecewa sedikit terobati dengan kehadiran Bass yang menemani dirinya di rumah sakit. Malam ini bagaikan mimpi terindah untuk Bass. Bagaimana tidak, di sofa panjang yang tersedia di dalam ruang inap Arya. Mereka berdua menikmati Pizza dan soft drink berdua. Sesekali tawa ringan Brina menghiasi ruangan.

            Dalam suasana indah itu tetap ada yang mengganjal di dalam hatinya. Dia tidak menyangka Andrie bisa semudah itu melupakan Brina yang di liputi banyak masalah. walau dalam hatinya sedikit senang karena Brina mau berbagi beban dengannya. Di kepala Bass pun menumpuk masalah pembunuhan Brina.

            “Brin waktu kamu mau di tabrak mobil itu, apa kamu sempat ngelihat wajah yang mengendarai ?” sela Bass di tawa renyah Brina.

            Sesaat Brina mencoba mengingat dan wajah Jelita pun singgah di otaknya “Nggak ! aku nggak ngelihat. Emangnya kenapa ?” tanyanya sedikit heran.

            “Cuma tanya.” jawab Bass sekenanya.

            “Maaf yah kalau selama ini aku selalu merepotkan Kakak dengan semua ceritaku dan Andrie. Aku hanya nggak tau kepada siapa lagi harus bercerita. Aku hanya berharap kak Arya segera sadar dan aku bisa kembali bertumpu dan bergantung padanya.” ujarnya sembari menatap ranjang sang Kakak.

            Bass seketika memeluk tubuh Brina “Jangan pernah berpikiran kalau kamu hanya sendirian saat ini. kak Bass akan selalu ada di samping kamu, karena Kakak sangat menyanyangi kamu.”

            “Aku bersyukur, karena ternyata aku memiliki dua Kakak yang sangat peduli padaku. Terima kasih Tuhan, karena kau telah ciptakan kak Bass di sampingku. Aku juga sangat menyanyangi Kakak.” katanya sembari membalas pelukan “Andaikan Andrie bisa seperti Kakak yang selalu ada kapan pun aku butuhkan, pasti dunia ini udah sangatlah lengkap bagiku.” Brina meneteskan air mata.

             “Andai Andrie bisa ku gantikan, pasti dunia ini udah sangatlah lengkap bagiku. Tapi walaupun hanya sebatas Kakak, itu udah cukup untuk ku. Terima kasih Tuhan.” ucapnya dalam hati.

                                                                                     ^-^

            “Lho, kenapa malam minggu malah asik di depan laptop ? tidak pergi ke rumah Brina ? pasti saat ini dia sedang menunggu kamu.” ujar Ny. Marina ketika memasuki kamar cucu angkatnya.

            “Eyang ??” sahutnya terkejut “Kapan tiba di Jakarta ?”

            “Tadi siang.” jawabnya sembari duduk di tepi tempat tidur.

            “Seharusnya Eyang kabari aku dulu, jadi aku yang akan ke rumah menemui Eyang.” sahutnya lalu duduk di sebelahnya.

            “Sudah lama Eyang tidak datang ke apartemenmu. Ini oleh-oleh untukmu.”

            “Makasih.” Andrie seketika memeluk “Lalu bagaimana dengan kedua cucu Eyang ? apakah itu benar mereka ?” tanyanya antusias.

            “Ternyata memang sangat sulit mencari jarum di atas tumpukan jerami. Eyang belum berhasil. seperti apa wajah mereka sekarang saja Eyang tidak tahu. kata dektektif, kemungkinan menemukan mereka hanya 10 %.” wajah Ny. Marina berubah sendu.

            “Kita jangan menyerah, Eyang. Aku yakin suatu saat cucu-cucu kandung Eyang pasti akan segera kembali.”

            “Beruntung Eyang masih memiliki kamu.” ucapnya sembari mengelus kepala “Lalu kenapa malam minggu masih di rumah ?”

Senyuman Terakhir BrinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang