part 5

4.4K 114 1
                                    

        Brina keluar dari rumah sakit lebih dulu dan kini setelah hampir sebulan Andrie di rawat, hari ini Ia juga sudah di izikan untuk pulang. Brina membantu mengemasi segala barang-barang kekasihnya. Semenjak kejadian tempo hari, mereka bertiga tentunya dengan Arya kini memiliki hubungan yang sangat baik.

            Tidak lama kemudian, terdengar langkah kaki memasuki kamar inap Andrie dan dengan bersamaan mereka berdua pun menoleh. Andrie berlari dan langsung memeluk sosok wanita tua yang terlihat masih sangat segar dan sehat. Di sampingnya juga berdiri wanita paruh baya yang sudah di kenal Brina. Setelah saling melempar senyum, wanita paruh baya itu mendekati Brina lalu melanjutkan mengemasi barang-barang.

            “Kamu ini sudah bukan anak kecil lagi, tapi kenapa masih bersikap seperti itu ?”

            “Aku kan kangen sama Eyang. Lagian aku kan cucu kesayangan Eyang !” sahutnya pura-pura kesal.

            “Iya-iya.” jawabnya sembari mengelus pundak cucunya.

            “Owh ya.” lalu menarik tangan Brina mendekati “Ini pacar aku, Eyang. Namanya Brina. Dia cantik kan ?”

            “Kita sudah pernah bertemu bukan ? tidak menyangka ternyata kamu kekasih dari cucuku yang paling manja.” ujarnya sembari tersenyum.

            “Sudah selesai. Mari kita segera pulang.” sela Bu Halimah.

            Ny. Marina berjalan berdampingan dengan Bu Halimah yang membawa satu tas, sedangkan Andrie berjalan di belakangnya bersama Brina sembari menggenggam erat tangannya. Berjalan melewati koridor lalu melewati ruangan dokter Danu dan saat itu pula mata Brina menangkap sosok yang sangat di kenalnya di dalam ruangan Om-nya. Seketika langkahnya terhenti dan Andrie pun ikut berhenti dengan raut bingung.

            “Kenapa ? ada yang ketinggalan ?”

            Brina menatap wajah Andrie lalu menggeleng “Nggak ! aku mau ke kamar mandi. Kamu pulang duluan aja yah ?” jawabnya lalu mencium pipi Andrie “Sampai ketemu besok di sekolah.” tambahnya.

             “Bener nggak perlu aku antar sampai rumah ?” tanyanya untuk meyakinkan dan Brina hanya membalas dengan anggukan lalu kembali melangkahkan kakinya.

            Brina berjalan mendekati pintu ruangan dokter Danu yang telah sedikit terbuka untuk membuktikan dugaannya. Dia segera menutup mulutnya yang melonggo terkejut karena bukan saja dugaannya yang benar, Ia juga mendengar sesuatu yang berkaitan dengan dirinya.

            “Masalah itu jangan terlalu di pikirkan lagi, Om akan bantu. Tapi mungkin tidak bisa seluruhnya.” ujar dokter Danu berat.

            “Setengah saja saya sudah sangat berterima kasih, Om. Setengah lagi biar Arya yang urus. Bahkan kalau perlu Arya siap memberikan ginjal untuk Brina !”

            “Bagaimana mungkin ? ginjal kamu saja sudah tinggal satu. Kamu masih ingat kan operasi transplantasi untuk Bundamu dulu ?” jawabnya mengingatkan “Kamu tenang saja, Om sudah dalam pencarian mencari pendoror ginjal untuk Brina. Yang pasti kamu harus rutin membawa dia cuci darah.” pesannya.

            “Jadi kakak nggak berani jawab pertanyaan Brina waktu itu karna ini ? jadi waktu itu jawaban kak Bass bohong ? kalau Brina nggak dengar hari ini, sampai kapan kakak mau bohongin Brina ?” tanyanya sembari meneteskan air mata.

            “Brina ??” pekiknya terkejut “Kakak lakukan ini karena …”

            Selanya setelah Brina duduk di samping Arya “Seberapa parah kondisi Brina, Om ? sampai kapan hidup Brina ?”

Senyuman Terakhir BrinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang