PLEASE, DONT BE SILENT READER. THANK YOU!
-------
"Raden Arkananta Sangkara dan Arfan Dwinanda, jangan lari kalian!" Wanita paruh baya itu berusaha memanggil dengan napasnya yang terengah-engah karena menaiki tangga menuju kelas 11 ipa 2.Anak yang merasa namanya dipanggil menengok ke sumber suara.
"Wah, sepertinya rencana kita sudah terbongkar." Bisik Arfan sambil tersenyum menahan tawa ke teman disampingnya, Raden Arkananta Sangkara.
Tanpa basa-basi lagi guru itu segera menarik dasi yang dikenakan oleh kedua muridnya tersebut. Membawa mereka ke ruang guru untuk membuat perhitungan. Mukanya yang bulat dan merah padam karena menahan amarah terlihat seperti bakso yang dagingnya belum matang bagi Arka dan Arfan. Hal ini membuat mereka tak habis-habisnya tertawa.
"Jangan tertawa! Ayo, cepat jalan!" Merasa dirinya sedang ditertawakan, guru itu semakin mempercepat jalannya.
"Akh.. Saya bisa jalan sendiri." Arka meringis kesakitan karena tarikan di dasinya yang cukup kuat. Tapi guru itu seakan tidak peduli, ia tetap terus berjalan tanpa henti. Arka tidak kehabisan ide, ia mengeluarkan cicak mainannya yang ada di kantong bajunya dan memasukkannya kedalam baju guru tersebut.
"Awas.. ada cicak lompat!" Teriak Arka.
Awalnya guru itu tidak percaya tapi saat menyadari ada sesuatu yang masuk kedalam bajunya dan bergerak-gerak, ia langsung pergi meninggalkan Arka dan Arfan menuju kamar mandi terdekat. Kalian pasti tau apa yang akan dilakukannya selanjutnya.
Arfan melirik ke arah Arka, seakaan tau apa yang mau ditanyakan, ia menjawab "cicaknya pake baterai, bergerak kalau dipencet." Lalu mereka berdua tertawa bersama dan menuju ke kelas.
Saat pelajaran fisika sedang berlangsung, speaker menyala menandakan akan ada pemberitahuan. "Kepada saudara Raden Arkananta Sangkara dan Arfan Dwinanda dimohon agar segera menuju ke ruang BP sekarang juga. Terimakasih." Ucap suara tersebut lembut tapi tegas.
Arka dan Arfan segera pamit kepada guru fisika dan menuju ke ruang BP yang ada di lantai satu. Saat mengetuk pintu dan memasuki ruangan, mereka melihat Dion, Rama dan Doni yang notabenenya adalah temen seperjuangan mereka juga sedang duduk didalam. Mereka saling bertatap-tatapan dan tersenyum yang memiliki banyak arti tersirat.
"Kalian silahkan duduk dulu disana." Ujar Guru BP itu yang diketahui bernama Bu Sisi.
"Terimakasih ibu cantik. Makin hari makin cantik aja deh. Jadi senang saya sering datang kesini." Ujar Arfan tersenyum menggoda guru yang masih muda tersebut.
Guru yang digoda hanya memberikan tatapan tajamnya pada Arfan. Setelah urusan antara guru itu dengan Dion, Rama dan Doni selesai, mereka bertiga akhirnya keluar meninggalkan ruang BP. Hanya tersisa 3 orang diruangan tersebut, Bu Sisi, Arka dan Arfan.
"Saya sudah capek melihat kalian terus yang datang kesini. Sekarang apalagi yang kalian lakukan dengan guru bahasa inggris itu sehingga dia marah?" Tanya Bu Sisi to the point.
"Kami hanya mencoba menjadi murid yang baik. Kami memberikannya semangkuk bakso sebagai permintaan maaf kami atas kejadian yang kemarin. Tapi sayangnya kami tidak tahu kalau ternyata ia tidak suka pedas." Ucap Arka berusaha menjelaskan dengan wajah tidak bersalahnya.
"Padahal kami hanya menambahkan 5 sendok sambal plus sedikit serbuk cabe." Tambah Arfan.
"Apakah menurut kalian itu tidak pedas?" Tanya Bu Sisi.
"Pedas itu selera kami." Ucap mereka berdua kompak.
"Jika ibu ingin menghukum kami dengan mencoba memakan bakso itu maka akan kami lakukan dengan senang hati. Apalagi jika makannya bersama ibu, saya makin selera jadinya." Arfan terkekeh dan mengerlingkan matanya genit.
"Tidak. Sekarang bagaimana dengan cicak ini?" Bu Sisi mengeluarkan cicak mainan milik Arka dari laci meja kerja nya.
"Ia menarik dasi saya, dan saya tidak suka. Jadi ya.... ibu tau apa yang selanjutnya terjadi." Arka menjelaskan sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal sama sekali.
"Sekarang kalian tanda tangani ini."
"Surat pernyataan skors?" Tanya Arka tidak percaya.
"Yap. Jika kalian melakukan satu pelanggaran lagi maka kalian akan saya skors selama tiga hari. Mengerti?" Ucap Bu Sisi tak terbantahkan.
"Apakah tidak ada hukuman lain selain ini?" Arka masih ragu untuk menandatanganinya.
"Atau kalian mau diskors sekarang juga?" Ancam Bu Sisi.
Dengan cepat Arka dan Arfan menggeleng lalu menandatangani surat tersebut. Mereka berharap semoga sesuatu yang buruk tidak terjadi lagi kepada mereka.
------
Gambar cover :
smoke-black.tumblr.comVomment please! :)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Naughty Boy [ON EDITING]
RandomArka sang primadona sekolah yang aura dan ketampanannya selalu dibincangkan para penghuni sekolah, tergabung dalam kelompok trouble maker sekolah, banyak disukai para perempuan bahkan sampai punya grup fans sendiri, Arkalovers. Banyak perempuan jatu...