PLEASE, DONT BE SILENT READER.
------
Awalnya Arin keberatan dengan pertaruhan ini, namun setelah dirinya berbicara empat mata dengan Arka, dengan berat hati ia menyetujuinya. Lagi pula taruhan itu sudah dibuat dan Arka berjanji tidak akan mengulanginya lagi.
Suasana sore yang cerah terasa sangat pas untuk bermain basket, sinar oranye yang menawan dan semilir angin sepoi-sepoi merupakan perpaduan yang sangat baik. Arka dan teman-temannya sudah siap berlatih dengan beberapa bola basket dilapangan.
Keringat yang berjatuhan, bunyi sebutan sepatu, suara pantulan bola, dan sahut-sahutan antar teman. Hal-hal tersebut yang saat ini Arin perhatikan. Ia duduk di pinggir lapangan layaknya seperti seorang manager tim basket profesional. Memperhatikan gerak-gerik setiap pemain serta melihat wajah-wajah serius itu. Tak jarang juga Arin berteriak memberikan suatu arahan.
Arka dengan luwesnya melakukan dribble sambil berlari-lari kecil. Melakukan tiga langkah ajaib yang sering kita sebut dengan lay out, selanjutnya melakukan shoot, dengan mulus bola itu masuk kedalam ring. Semuanya bersorak, permainan yang sungguh menarik.
Dengan ke tulusan hatinya, Arin menyiapkan segala yang Arka dan teman-temannya butuhkan, seperti handuk kecil untuk mengelap keringat, beberapa botol air putih, dan sedikit kue untuk mengisi ulang tenaga yang terkuras.
Waktu berlalu sangat cepat, tak terasa sudah 90 menit mereka berlatih. Arin memanggil wajah-wajah lesu itu hanya sekedar untuk bersantai sebentar. Berkumpul dan bercanda bersama mereka merupakan pengalaman bahagia yang tak akan pernah Arin lupakan. Ia merasakan ada sesuatu bergetar di saku celananya.
Mama is calling...
Arka memandang Arin dengan tatapan bertanya, Arin yang mengetahuinya langsung menjawab "Mama" tanpa bersuara, hanya mulutnya saja yang bergerak.
Arin sedikit menjauh agar tidak terlalu berisik. "Halo ma."
"Hello Arin sayang, mama kangen banget sama kamu. Kamu lagi ngapain? Udah makan kan? Kamu sehat kan?"
"Iya aku sehat-sehat aja disini. Mama disana juga sehat kan?"
"Iya, Alhamdulillah papa sama mama sehat disini. Jagoan mama yang satu itu sehat kan?"
"Iya sehat, kita baik-baik aja disini."
"Kok kayaknya ada suara berisik-berisik? Kamu lagi diluar ya?"
"Enggak ma, aku dirumah kok. Cuma itu lagi ada teman-temannya kak Arka. Biasa, mereka lagi kumpul bareng aja."
"Wah.. asik dong ramai rumahnya. Tolong di speakerin dong rin, Mama juga pengen ngomong sama mereka."
"Bentar." Arin memencet tombol speaker lalu menaruh Hpnya ditengah-tengah. "Mama gue pengen ngomong." Ucap Arin sedikit berbisik.
"Hallo Tante cantik." Ucap Arfan membuka pembicaraan.
"Hallo... ini Suara Arfan ya?"
"Iya.. masa tante baru tiga minggu di Inggris udah lupa aja sama Arfan."
"Enggak kok, tante pasti inget sama kalian semua."
"Halo Tante, gimana kabarnya disana?" Tanya Rama.
"Wah, ini pasti suaranya Rama, agak serak-serak lembut gitu. Alhamdulillah tante disini baik-baik aja."
"Hallo tan, kalau sama kami ingat gak?" Ucap Doni dan Dion berbarengan.
"Ingat dong, Double D si kembar yang ngegemesin. Tante kangen sama kalian semua, anak-anak kesayangan tante."
"Tante kapan pulang? Jangan lama-lama dong di Inggrisnya. Kita kan kangen." Ujar Rama.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Naughty Boy [ON EDITING]
De TodoArka sang primadona sekolah yang aura dan ketampanannya selalu dibincangkan para penghuni sekolah, tergabung dalam kelompok trouble maker sekolah, banyak disukai para perempuan bahkan sampai punya grup fans sendiri, Arkalovers. Banyak perempuan jatu...