[part 3]

361 33 2
                                        

Senin pagi ini sangat cerah, secerah hati Arka yang baru mendapatkan sepatu baru dari sepupunya. Ia langsung memakai sepatu itu kesekolah. Padahal peraturan disekolahnya jika hari senin maka setiap siswa diwajibkan memakai sepatu hitam untuk upacara.

Arka sengaja datang lebih pagi kali ini. Ia melewati kelas 10 Ipa 1, kelas adiknya sekaligus kelas cewek songong yang bernama Kara.

6:28

Upacaranya masih lama, pikir Arka. Ia segera masuk ke ruang kelas tersebut. Menghampiri meja kedua dari depan. Semua anak kelas itu menatap Arka dengan tatapan berbagai macam arti. Tapi kebanyakan para kaum hawa menatapnya dengan tatapan puja.

"Hai Kak Arka."

"Hallo Kak Arka."

"Pagi Kak Arka."

"Kak Arka.." Ucap beberapa wanita dengan tersenyum malu-malu sambil melambai-lambaikan tangannya.

Sapaan-sapaan itu dilontarkan oleh anak kelas 10 Ipa 1, kecuali Arin. Arin hanya memutar bola matanya malas melihat kelakuan kakaknya ini. Arka membalas sapaan mereka dengan senyum ramah andalannya. Kara yang menyadari kedatangaan Arka kemejanya, hanya bisa tersenyum sinis. Kenapa cowok itu selalu ingin membuat masalah dengannya, pikir Kara.

Arka yang telah sampai di meja Kara langsung membisikkan sesuatu ditelinga Kara. Kara tersenyum sinis setelah melihat ke arah bawah.

"Bangga?" Kara menatap Arka tajam.

"Sangat bangga." Arka membalas tatapan tajam Kara.

Kara menginjak sepatu Arka lalu pergi keluar kelas. Arka meringis kesakitan tapi tersenyum puas. Setelah itu, ia berjalan ke meja adik kesayangannya. Memberikan nya beberapa batang cokelat. Kebiasaan Arka dari dulu sejak mengetahui bahwa adik kesayanganya itu sangat menyukai cokelat. Arin si chocolateholic. Setiap 2 hari dalam sepekan pasti Arka akan memberikan Arin cokelat disekolah. Tak tanggung-tanggung, Arka bisa memberikannya 5 batang cokelat sekaligus. Hal ini yang membuat teman-teman Arin iri padanya.

"Gue balik dulu ke kelas ya dek. Ada urusan penting." Ucap Arka.

"Urusan apa?" Tanya Arin polos.

Arka mendekatkan mulutnya ke telinga Arin. Membisikkan dua patah kata. "Ganti sepatu."

Setelah Arka pergi, teman-teman Arin langsung mengerubungi mejanya. Tujuannya yang tidak lain dan tidak bukan adalah untuk meminta cokelat pemberian Arka. Ini yang kadang membuat Arin sebal.

-------

Setelah Upacara selesai, Arka dan Arfan langsung kembali ke kelas. Padahal biasanya mereka akan bersantai-santai sejenak dikantin, tapi nengingat mereka kemarin sudah menandatangani surat pernyataan skors maka mau tidak mau mereka harus memperbaiki kelakuan mereka. Lagipula mood Arka untuk belajar hari ini sedang sangat baik.

Ditengah jalan mereka dihadang oleh Bu Sisi dan Kara. Bu Sisi dan kara melihat ke arah bawah, tapi tidak menemukan seperti apa yang mereka bicarakan tadi.

"Kamu bilang kalau Arka pakai sepatu warna biru. Mana buktinya?" Tanya Bu Sisi kepada Kara.

"Iya bu. Tadi saya lihat sendiri. Gatau kenapa sekarang jadi warna hitam." Ucap Kara membela diri.

Kara melipat kedua tangannya sambil terus memperhatikan Arka dengan intens. "Mana sepatu yang tadi lo bangga-banggakan itu?" Tanyanya pada Arka. Arka tersenyum sinis kepada Kara.

Arka mengangkat satu kakinya, menunjukkan sepatu hitam yang melekat pada kakinya yang jenjang. "Nih! bagus kan sepatu gue."

"Kamu masih ngelantur aja tadi pagi kar. Lain kali jangan beritahu saya jika tidak ada buktinya. Saya masih banyak urusan yang lain. Permisi. " Bu Sisi pergi meninggalkan mereka bertiga.

"Wah ternyata sekarang bertambah satu orang yang peduli sama lo ka." Ujar Arfan sambil tertawa pelan.

"Dasar tukang ngadu. Cih." Ejek Arka.

"Bodo." Kara memeletkan lidahnya dan pergi. Sebelumnya ia juga menginjak kaki Arka untuk kedua kalinya.

--------

Kara kesal. Bahkan sangat kesal saat ini. Biasanya ia akan sangat memperhatikan pelajaran matematika karena ia menyukainya. Namun kali ini tidak. Suasana hatinya kacau, ia geram dengan Arka. Cowo itu benar-benar menyebalkan. Niatnya untuk membalas dendam tapi malah dirinya yang jadi dipermalukan.

Ia mencoret-coret bukunya sambil berharap kekesalannya perlahan akan hilang, tapi hasilnya nihil. Ia malah semakin kesal saja, tanpa sadar ia berteriak di kelas yang suasananya hening karena Pak Dhirga sedang menerangkan tentang pelajaran Limit.

"Arka kurang ajar!"

Semua siswa menengok ke arah Kara, tak terkecuali Arin yang penasaran kenapa nama kakaknya itu disebut-sebut.

"Kara! Kenapa kamu berteriak? Ada apa dengan Arka? Apakah kamu ditolak sama dia sampai kamu harus berteriak di pelajaran saya?" Tanya Pak Dhirga marah.

"Tidak ada apa-apa pak. Hehe." Kara mengangkat 2 jarinya dan meminta maaf kepada pak Dhirga.

Sudah tidak menjadi rahasia umum lagi kalau Arka adalah Primadona di SMA karya bangsa ini. Namanya sangat tenar di kalangan guru ataupun murid. Berkali-kali Arka ditembak oleh banyak perempuan, baik kakak kelas, adik kelas dan teman seangkatan tapi tidak ada yang diterimanya.

Mereka tidak tahu tipe wanita seperti apa yang Arka sukai, tapi yang jelas saat Arka kelas 10 dulu, ia pernah berpacaran dengan ketua basket kelas 12 yang terkenal cantik dan seksi. Mereka putus setelah si ketua basket itu ingin melanjutkan studinya keluar negeri setelah lulus. Tapi menurut rumor yang beredar, hubungan Arka dengan Ketua basket itu kian membaik.

Setelah pelajaran matematika tersebut selesai, Arin menghampiri meja Kara. Mereka berdua berteman baik selama ini.

"Ada masalah apa lo dengan kakak gue?" Tanya Arin.

Belum sempat Kara menjawab, Arin sudah berbicara lagi. "Maafin kakak gue ya kalo dia punya salah sama lo. Lo mau cokelat? Kali aja mood lo jadi membaik."

Kara mengangguk, Arin mengeluarkan cokelat itu dari kantong saku bajunya dan memberikannya kepada Kara. Wajah Kara kali ini terlihat lebih baik daripada tadi. Tanpa basa-basi lagi, Arin meninggalkan Kara dan pergi ke kantin bersama teman sebangkunya.

Gak adik, gak kakak sama aja. Irit bicara, batin Kara dalam hati.

-----

I need your comment for next chapter. Thank you!

My Naughty Boy [ON EDITING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang