[part 2]

453 38 0
                                    

PLEASE, DONT BE SILENT READER. THANK YOU!
-------
Sore ini terasa begitu melelahkan bagi Arka, ia baru saja selesai bertanding basket dengan adik perempuannya di halaman belakang rumahnya. Hasilnya berbeda tipis, tapi tetap saja Arka yang menang. Ia bangga, semakin hari adiknya semakin hebat.

"Sesuai perjanjian tadi ya, lo harus nemenin gue beli sepatu besok. Titik." Arka membaringkan tubuhnya di lapangan basket. Sinar matahari menerpa wajahnya yang penuh keringat. Ia memejamkan matanya karena silau matahari yang sangat menyengat, ditambah udara yang berhembus membuat rambutnya sedikit-sedikit bergerak. Disaat seperti ini ia merasa kadar ketampanannya pasti bertambah pesat.

"Iya, gue bakal nemenin lo kok. Jones banget sih lagian. Cari pacar makanya! " Adiknya berteriak dari arah dapur dan kembali lagi kelapangan dengan membawa beberapa botol air putih yang sangat menggiurkan bagi Arka saat ini.

"Arka gak jones! Cuman emang belum dapet yang cocok aja. Banyak kok yang ngantri mau jadi pacar Arka." Ucap Arka cemberut ke adik perempuan satu-satunya itu.

"Iya-iya, kakak gue yang satu ini emang cowo yang kadar ketampanannya sangat tinggi dan menjadi idaman para wanita." Arin mencubit pelan pipi Arka. "kecuali gue." Tambahnya.

Arka memegangi pipinya dan pura-pura kesakitan. "Arin jahat."

"Arka Jelek." Balas Arin.

"Arin pendek." Arka tak mau kalah.

"Arka Bau." Arin pergi meninggalkan Arka sendirian dilapangan. Hari sudah semakin gelap, sang raja mentari nampaknya akan bersembunyi sebentar lagi. "Arin mau mandi aja, Arka Bau. Jangan deket-deket Arin kalau Arka belum mandi."

Dasar adik durhaka, dumelnya dalam hati.

--------

"Arin lelet banget sih kayak siput. Cepetan dong. " Ejek Arka.

Arin hanya mendengus. Mereka sekarang sudah sampai di salah satu Mall di daerah Jakarta Selatan. Mall ini terbilang cukup ramai, apalagi karena hari ini sedang weekend.

Mereka memasuki salah satu toko sepatu yang cukup besar. Toko sepatu ini sudah lama menjadi langganan keluarga mereka. Dan toko sepatu ini merupakan salah satu dari bisnis yang dikelola oleh Sangkara Group.

"Arin laper nih. Arin beli es krim chocolate dulu ya, kakak mau gak?" Ucap Arin menawarkan.

Arka menggeleng. Ia masih fokus memilih sepatu yang akan dibelinya. Sepatu sport warna biru laut itu cukup menggoda penglihatan Arka. Belum sempat ia mengambilnya, sepatu itu sudah hilang dari penglihatannya. Seorang perempuan mengambilnya dan langsung membawanya ke kasir.

"Eh mbak! Sepatunya mau dikemanain? Mau gue beli tuh." Teriak Arka.

"Mbak.. Mbak.. lu kira gue mbak lu!" Jawab perempuan itu sewot.

"Kembaliin gak? Atau gue gak segan-segan narik itu sepatu secara paksa." Ancam Arka.

"Lo lama sih. Jadi sekarang sepatu itu jadi milik gue deh." Perempuan itu tampak tak peduli. Ia mengeluarkan kartu kreditnya.

"Sepatu itu ukuran 43. Kaki mungil lo emang ukuran berapa?" Tanya Arka nyolot.

"Sorry ya mas, ...."

"Mas.. mas.. lu kira gue mas lu!" Arka membalas perkataan perempuan tadi.

"Sorry ya mas! Ini buat pacar gue. Jadi sekarang mendingan lo pergi dari sini, cari di tempat lain. Ganggu banget sih. Minggir, gue buru-buru. " Ucap perempuan itu menekankan kata "mas" dengan sakartis lalu pergi meninggalkan Arka.

Arka kesal, rasanya ingin menarik sepatu itu sekarang juga. Tapi ia juga tidak mungkin marah-marah dan ribut di toko sepupunya sendiri. Akhirnya Arka terpaksa mengalah.

"Mbak, Ada lagi gak sepatu kayak tadi?" Tanya Arka ke petugas kasir.

"Maaf mas, jenis tersebut sudah habis." Arka mendengus kesal. Ia mengetuk pintu manager toko sepatu itu yang kebetulan adalah saudara sepupunya sendiri.

Melihat Arka langsung masuk dengan wajah cemberut membuat sepupunya penasaran. "Lo kenapa Ka?"

Arka menceritakan kejadian tadi kepada sepupunya itu, Sepupunya malah tertawa mengejek.

"Berlebihan banget sih lo ka. Masih banyak kali sepatu lain yang lebih bagus dari itu."

"Tapi gue maunya yang itu bang. Waktu pertama kali lihat, gue langsung suka sama sepatu itu." Arka merajuk.

"Yaudah kalo gitu, gue janji besok pagi sepatu yang sama udah sampai dirumah lo."

"Makasihh. Sepupu gue yang satu ini baiknya tidak terkira. Sepanjang masa. Yaudah kalo gitu gue pulang, oke? Sip."

"Hati-hati. Kalau ada maunya aja baru dateng. Dasar Arka." Sepupunya hanya menggeleng-gelengkan kepala, tersenyum melihat tingkah Arka yang belum berubah.

Arin yang melihat Arka keluar dari toko sepatu dengan tangan kosong pun merasa aneh. Arka terlihat senang seperti baru bertemu bidadari surga yang tersesat.

"Lo sehat kan kak? Sepatu lo mana?" Tanya Arin yang masih menjilat-jilat es krimnya.

"Delivery order." Jawab Arka lantang.

Arin hanya mengangguk mengerti. Ia lalu menarik Arka menuju restoran seafood kesukaannya. Kebiasaan Arin jika sudah pergi ke Mall ini.

Sebuah kebetulan yang tidak disengaja. Arka bertemu lagi dengan perempuan songong itu. Kali ini Arka melihat perempuan songong itu sedang makan berdua bersama pacarnya. Arka menuju ke meja mereka, Arin yang tak tau apa-apa hanya mengekor dibelakang Arka.

Arka berdehem di dekat pasangan tersebut.

"Eh mas! Lo ngikutin gue ya?" Cewek itu sadar bahwa Arka sekarang telah berdiri disampingnya.

"Wah, iya dong. Gue penasaran aja, siapa cowok sabar yang bisa tahan pacaran sama cewek songong macem lo. " Jawab Arka bohong.

"Itu sama sekali bukan urusan lo, Arka." Balas cewek tersebut dengan menekankan kata "Arka".

"Hah? Lo kenal gue?" Tanya Arka bingung.

"Siapa sih yang gak kenal lo disekolah? Cowok brandalan yang kerjaannya jahilin orang, sering dipanggil lewat speaker sekolah, sok ganteng, sok keren, sampe-sampe cowok tengil kayak lo aja punya grup fans." Jelas cewek itu panjang lebar.

"Dia itu kara, kak. Teman sekelas aku. Dan cowok itu Michael, teman sekelas ku juga." Arin membuka suara.

"Ternyata Arka ini kakak lo rin?" Ucap Kara. "Gak nyangka gue. Adiknya sih baik, asik, ramah tapi kakaknya berandalan, sok cakep."

"Kesan pertama kita ketemu udah gak enak, gue jamin selanjutnya akan lebih dari ini. Kecuali lo mau minta maaf ke gue, sekarang juga." Ancam Arka.

"Jangan harap lo bisa berbuat seperti itu ke cewek gue, berandalan!" Michael tersenyum sinis.

"Jaga ucapan lo, pecundang! Lo gak sebaik gue. Dan satu lagi, Gue gak pernah bercanda dengan omongan gue. Ingat itu. " Tegas Arka sambil menunjuk kearah Michael. Tatapan mata Arka membuat Michael sedikit terintimidasi, tapi ia tetap berusaha terlihat tenang didepan Kara.

"Yuk Rin, kita pulang." Arka menarik tangan Arin pergi dari tempat itu.

~~~~~~

Yeayy! Chapter 2 selesai, menurut kalian gimana?

My Naughty Boy [ON EDITING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang