Part 1

55 5 1
                                    

David dan Stieve duduk saling berhadapan di bangku paling ujung di caffenya. Di meja itu hanya tersedia dua gelas orange jus.

" Aku bisa gila jika aku tetap bersama dengan gadis itu." Keluh David sambil sesekali menyeruput esnya.

" Tapi aku merasa kita telah keterlaluan dengannya." Seru Stieve.

" Heh...kau tau. Jika aku tetap bersama wanita gila itu, aku akan mati perlahan. Apa kau tak merasa kasihan pada kakakmu ini?"

" Menurutku, kamu yang membuat gadis itu gila. Aku melihat ia tulus menyukaimu dan mencintaimu. Apa alasan kamu membencinya?" Stieve terheran dengan David dan menatapnya serius.

" Aku benci dengan pernikahan. Hah...kau tau. Dia menginginkan aku menikahinya. Sementara kau tau sendirikan, aku tak percaya dengan ikatan itu. Aku sudah menawari gadis itu untuk tinggal bersamaku tanpa ikatan apa pun. Tapi dia malah menyudutkanku dan memarahiku. Aku benci itu."

" Lalu apa kau sudah tinggal bersamanya?" tanya Stieve spontan.

" Apa kau gila. Apa kemarin kau tak melihatnya bersikap gila seperti itu? Seperti yang kau lihat. Dia memang gila tapi dia bukan gadis yang murahan. Aku cukup tau itu."

" Dia tak murahan tapi kau malah melepaskannya begitu saja? Kau sudah kehilangan kesempatan mendapatkan wanita baik."

" Dia terlalu baik buatku. Oleh karena itu aku melepaskannya dan berharap ia akan mendapatkan pria baik dan tak sebrengsek aku." Keluh David dengan raut menyesal.

" Sudahlah...terserah kau saja. Yang terpenting aku telah membantumu sebisaku. Aku akan pergi sekarang. Ayahmu ingin menemuiku. Kau mau ikut?" Ucap Stieve yang bersiap pergi.

David terdiam mendengar Stieve mengucap kata Ayahmu. Ia mendongak menatap Stieve yang tengah berdiri.

" Ayah kita... Bisakah kau mengucapkannya seperti itu?" Ucap David dengan serius.

" Dia menikahi ibuku bukan berarti menjadi ayahku. Bagiku dia tetaplah orang asing... Aku akan pergi sekarang. Permisi." Stieve langsung melangkah pergi.

David terdiam dan hanya bisa menatap Stieve yang makin lama makin menghilang dari pandangannya.

@@

Siang itu Claudia berjalan sendirian di taman tempat ia sering berjalan-jalan dengan David dahulu. Langkahnya begitu berat menepaki taman itu. Kemudian ia menghentikan langkahnya di salah satu bangku taman. Ia menatap bangku itu seakan ia melihat bayangannya bersama David. Tak terasa ia malah menangis dan tertunduk di sana.

" Cowok berengsek!! Aku akan membunuhmu!!" katanya yang mendadak bersemangat dan berlari.

Di dalam Caffe...

David berada di ruangannya. Ia membuka laci di mejanya. Terlihat sebuah kotak berwarna biru berukuran sedang. Ia mengeluarkan kotak itu dan meletakkannya di atas meja. Ia membuka penutup kotak itu perlahan. Terlihat sebuah bingkai foto dengan foto wanita paruh baya menggendong bayi dan di sampingnya terlihat anak kecil yang di gandengnya.

Ia kemudian mengeluarkan sebuah liontin berbentuk matahari dari dalam kotak itu.

" Apa sekarang saatnya aku membuka kebenaran itu, Ma?" kata David pada foto itu.

Pyar.....

Tiba-tiba terdengar sebuah benda pecah.

David segera memasukan kotak itu kembali dan segera keluar dari ruangannya.

Saat ia keluar satu kaca jendela telah berlubang dan pecah. David langsung memeriksa jendela itu. Dari jendela nampak Claudia dengan wajah emosi dan kecewanya. Kemudian Claudia melangkah pergi setelah ia menatap David.

" Gadis itu bener-bener gila!!" teriak David yang langsung menonjok jendela tadi hingga makin pecah. Seketika darah mengalir dari tangannya.

@@

Stieve memasuki rumah yang begitu besar dan megah. Ia yang hanya mengenakan kaos dan celana jins yang sobek di lutut. Rambut gindrongnya juga acak-acakkan. Ia berlenggok santai memasuki rumah itu.

Seorang pelayan pria mengetahui kedatangan Stieve dan segera menghampirinya.
" Tuan muda, tuan besar telah menunggu anda di ruangannya."

" Ah...ternyata pria itu menungguku. Baiklah... Katakan padanya jika aku telah datang." Kata Stieve dengan sedikit tersenyum licik.

" Tuan langsung saja masuk ke dalam ruangannya. Biar saya antarkan."

" Aku bisa sendiri!" seru Stieve yang kemudian langsung berlari lalu masuk dalam kesatu ruangan.

Terlihat pria tua duduk meja ruangan yang megah. Stieve tak pernah mengetuk pintu dan langsung masuk ke dalam ruangan itu.

" Aku telah datang. Kenapa kau repot-repot memanggilku?" kata Stieve.

" Kemarilah mendekat ke arahku! Aku ingin melihatmu secara dekat."

Stieve hanya maju 2 langkah.

" Jika kau ingin melihatku, maka kau yang harus mendekat. Kenapa aku yang mendekat? Aku bukan anakmu, bukan darah dagingmu."

Pria tua itu mendekati Stieve dan berdiri di hadapan Stieve.

" Jika kau tahu yang sebenarnya, aku yakin kau akan menyesal. Kenapa aku menikahi alm ibumu dan merawatmu dengan baik. Fikirkan itu. Bersikaplah baik padaku mulai sekarang." kata pria itu samberi menepuk pundak Stieve.

" Jangan pernah bermimpi aku bersikap baik padamu. Aku akan pergi sekarang. Permisi." Kata Stieve yang langsung meninggalkan ruangan itu.

Dengan hati setengah emosi Stieve meninggalkan rumah itu dan mengendarai mobilnya. Ia mengendarai mobilnya dengan kencang. Lalu tiba-tiba seorang perempuan terlihat menyebrang di jalan itu. Perempuan itu berteriak ketika melihat mobil yang di kendarai Stieve mendekatinya. Stieve yang terkejut melihat perempuan itu langsung saja menekan pedal rem. Bunyi decitan ban terdengar keras.

Citttttt....

Mobil pun terhenti tepat di hadapan perempuan itu yang ternyata Claudia. Ketika itu Claudia tak sengaja menajtuhkan tasnya hingga tasnya sedikit terbuka dan membuat sebuah buku catatannya harian keluar dari tasnya.

Stieve langsung keluar dari mobilnya dengan wajah sedikit panik. Tanpa menatap siapa korbanya, ia membantu memasukan buku itu ke dalam tas Claudia. Ketika itu sebuah foto terjatuh dari dalam buku itu.
Foto yang sama di lihat oleh David.

" Foto ini sepertinya aku tak asing." fikir Stieve.

" Bisa kembalikan Foto itu?" kata Claudia dari balik punggung Stieve.

Stieve menoleh sembari mengatungkan foto itu. Keduanya saling terkejut menatap satu dengan yang lainnya.

" Kau?" ucap mereka bersamaan.

-------------------bersambung---------------------

Jangan lupa voment ya guys..
Dukungan kalian begitu berharga.
Maaf slow update... Lagi ngurus yg not wedding with u.
Oh ya...
Happy ramadhan..
Thanks udh sempetin baca...





Help Me, Iam Falling In Love (Slow)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang