Part 2

55 4 0
                                    

" Kau? Apa kau ingin menabrakku karena aku mantan dari kekasihmu?" teriak Claudia di tengah jalan dengan menunjuk-nunjuk Stieve yang ada di hadapannya.

" Dasar HOMO!" teriak Claudia keras.

Spontan semua orang yang melintasi jalanan itu menatap Stieve.

" Bisa kau jaga mulutmu! Ini tempat umum!" balas Stieve yang salah tingkah dan kepalang malu.

" Jadi sekarang kau malu? Aku akan berteriak lagi. Kau HOMO HOMO HOMO!" ledek Claudia yang meneriakkannya makin keras.

" Kau yang memaksaku berbuat ini. Maafkan aku." Ucap Stieve lirih dan langsung membekap mulut Claudia dengan tangannya. Kemudian gadis itu di paksa naik ke dalam mobilnya. Claudia memberontak namun Stieve terlalu kuat. Gadis itu terpaksa menurut masuk dalam mobil itu. Setelah itu Stieve langsung saja menjalankan mobilnya.

" Apa sekarang kau telah sadar karena kau yang merusak hidupku!" keluh Claudia yang menatap tajam ke arah Stieve yang menyetir.

" Aku tidak melakukan apapun. aku juga tak merasa telah merusak hidupmu. Jelaskan padaku, bagian mana yang rusak?" ucap Stieve santai.

" Hah.... Kau benar- benar membuatku marah. Kau bilang bagian mana? Kau merusak seluruhnya....SEMUANYA!!" Claudia terus meluapkan emosinya.

" Kau fikir aku benar- benar homo? Kau lucu sekali. Kau bisa lihat cara berpakaianku seperti apa? Kau tau, aku hanya membantu kakakku supaya ia terlaepas darimu." Ucap Stieve dengan sedikit tersenyum meledek.

" Wah... Jadi kalian mempermainkanku?" Claudia makin marah. Ia menatap Stieve dan mencekik lehernya seperti ingin membunuhnya.
" Kau akan mati di tangaku!" teriak Claudia berulang kali sambil mencekik leher Stieve.

Stieve tak bisa berkonsentrasi menyetir. Mobilnya menjadi tak stabil. Kadang ke kanan dan kadang ke kiri. Stieve langsung menekan pedal rem dan menepis tangan Claudia. Namun tangan Claudia tak mau terlepas dari lehernya.

" Buktikan padaku jika kau tak HOMO! Atau aku akan membunuhmu." Teriak Claudia yang makin kencang menarik- narik leher Stieve.

Tangan Stieve langsung merangkul tubuh Claudia dan membuatnya terjatuh di pelukannya kemudian Stieve langsung membungkam mulut gadis itu dengan bibirnya. Seketika tangan gadis itu terlepas dari lehernya. Mata gadis itu melotot ketika bibir itu menempel di bibirnya. Perlahan Stieve menjauhkan bibirnya dan menatap mata gadis.

" Sudah percaya?" ucap Stieve lirih sambil menatap mata gadis itu yang terkesan masih terkejut.

" Aku minta bukti bukan ciu....."
Stieve menempelkan bibirnya lagi. Mereka pun saling menikmati ciuman itu.

@@

Malam itu David tiba- tiba masuk ke dalam ruangan ayahnya. Ia menenteng sebuah kotak dan meletakkannya di atas meja.

" Kau sudah melepaskan gadis itu?" tanya pria itu sembari menikmati cerutu sambil menatap keluar jendela.

" Aku sudah melakukannya. Sekarang tinggal kau atur saja, ayah."

Pria tua itu mulai menoleh dan berjalan mendekati kotak itu.
"Apa benar Claudia adalah bayi yang ada di gendongan ibumu?"

" Ia memiliki kalung matahari dan foto yang sama seperti itu. Sudah aku pastikan semuanya." Jawab David.

" Apa kau menyukainya?"

" Aku akan segera melupakannya. Aku tak mungkin bersama dengan jodoh adikku." Kata David pelan seakan tak yakin.

" Apa mereka sudah bertemu?"

David mengangguk ringan.

" Aku harap perjodohan mereka akan berkelanjutan. Ini adalah permintaan alm ibumu."

Help Me, Iam Falling In Love (Slow)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang