Part 5

29 3 0
                                    

Hari ini adalah hari ulang tahun grup D.S. Semua orang melakukan persiapan di aula perusahaan itu. Dekor mewah, bunga- bunga mewah dan minuman serta makanan yang di tata rapi.

David dan Stieve berada di satu ruangan dekat aula tempat itu. David memandang keluar jendela tembus pandang dan memperhatikan persiapan acara itu sementara Stieve hanya duduk di soffa sambil memainkan game di ponselnya.

" Hari ini semua akan kembali menjadi milikmu dan rahasia juga akan terungkap." Ucap David yang tak menatap Stieve.

" Dari awal memang semuanya milikku. Namun Kau saja yang merebutnya." seru Stieve sambil tetap bermain game.

" Ada satu rahasia yang akan aku ungkapkan padamu. Ini soal mama. Tapi aku punya permintaan." kata David tiba-tiba yang langsung menoleh menatap Stieve.

Stieve meletakan ponselnya ke atas meja. Ia lantas berdiri dan menatap David. " Apa yang ingin kau katakan?"

" Aku akan memberikan mama padamu tapi kembalikan Claudia padaku." Ucap David dengan sedikit licik.

" Apa yang kau maksud? kau menyembunyikan mama? Dimana mamaku? Dimana?" teriak Stieve sembari menatap David dengan tajam.

" Swiss...mama ada di sana. Aku sama sekali tak menyembunyikannya. Tapi mama yang bersembunyi. Untuk melindungimu, mama berpura- pura mati. Kalau tidak, semua aset itu akan jatuh ke ayah."

" Aku menemui mama..." teriak Stieve sembari berlari dan keluar dari ruangan itu.

" Stieve!! Tunggu!" panggil David yang tak di hiraukan.

@@

Claudia diam-diam dan secara hati- hati mengendap-endap masuk ke bandara. Ia seperti melakukan penyamaran. Lihat kanan. Lihat kiri. Lalu sedikit berlari. Kemudian ia melangkah ke petugas pemriksaan tiket sebelum ia masuk ke dalam pesawat.

Saat di dalam pesawat, ia duduk bersebelahan dengan seorang kakek tua yang genit dan selalu meliriknya sembari mengedipkan sebelah matanya.

" Dasar tua bangka!" batinnya.

Lalu ia berusaha menoleh ke belakang dan mencari bangku kosong. Dia menemukannya 3 bangku di belakangnya. Ia langsung bergegas pindah ke bangku itu dan meminta seorang pria paruh baya bertukar tiket dengannya.

" Saya mohon pak. Saya tak nyaman duduk dengan kakek itu. Dia genit dan selalu mengedipkan matanya dan mencolek saya. Saya mohon bapak mau bertukar tiket dengan saya ya pak." pinta Claudia sok manis.

" Baiklah nak." ucap pria itu mengalah dan menukarkan tiketnya.

Claudia pun duduk dengan nyaman di bangku itu. Ia duduk di dekat jendela dengan tersenyum.

" Ah....akhirnya aku ga harus datang ke ulang tahun perusahaan itu. Kalau aku datang aku pasti di buat pusing dengan Stieve atau David. Dari mereka berdua aku sama sekali tak tau siapa yang benar dan bohong." ucapnya komat kamit sendiri.

" Jangan percaya siapa pun. Termasuk aku." ucap Stieve yang mendadak duduk di samping Claudia dan menatapnya dengan tersenyum santai.

" Kau? Bagaimana bisa kau ada di sini? Aku pasti hanya berhayal." kata Claudia sembari memejamkan mata berulang kali dan membukanya lagi. Ia berharap Stieve hanya ilusi.

" Kau fikir aku hantu? Hah... Sudahlah. Aku juga ada urusan di swiss. Tidakbseperti kau yang kabur." Ledek Stieve yang kemudian memejamkan matanya setelah ia sedikit menguap.

" Ini mustahil. Takdir macam apa ini." kata Claudia lirih.

" Aku bukan mengikutimu. Aku hanya ingin mencari mamaku. Aku baru tahu si brengsek itu menyembunyikan mamaku di negara itu." ucap Stieve sembari memejamkan mata.

Sedikit air mata keluar dari mata Stieve yang terpejam.
" Bisakah kita menjadi menjadi teman. Seperti waktu kita kecil dulu. Kau menawariku pertemanan...Aku tak memiliki siapa pun yang mendukungku. Aku bahkan tak bisa percaya pada siapa pun. Bisakah kita saling percaya? " sambung Stieve.

Claudia terdiam menatap wajah Stieve. Ia juga melihat mata Stieve yang meski terpejam namun terlihat air matanyanya mengalir.

" Jangan kasihan padaku. Aku tak selemah yang kau fikir. Aku hanya terkejut mendengar mamaku masih hidup."

Claudia menepuk pundak Stieve beberapa kali. Kemudian Stieve menarik tubuh Claudia hingga jatuh ke pelukan pria itu. Stieve merangkulnya dengan kuat. Claudia hanya terdiam. Ia seperti tak tahu harus berbuat apa.

" Bisakah kita berteman?" ucap Stieve dalam pelukan itu. Diam-diam air matanya makin deras namun Claudia pura-pura tak mengetahuinya.

@@

--------------------bersambung-------------------
Untuk part yang ini dikit aja ya... Hehehehe
Maaf ye....

Help Me, Iam Falling In Love (Slow)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang