6. Upside Down

58 7 0
                                    

Bilik kerja milik James Finnigan sudah banyak di sambangi orang-orang sejak pagi tadi. Hari ini tepat satu tahun tulisannya dimuat di majalah HiLite dan selalu menjadi artikel yang ditunggu-tunggu oleh banyak orang. Beberapa karyawan memberikannya kartu ucapan bahkan sahabatnya semenjak dia bekerja di sini, Miles Fledwick, memberinya kue dengan topping krim stroberi. Tentu saja Miles hanya mengejeknya karena dia tau James benci stroberi.

Tapi diantara banyak ucapan dan senyuman yang dia berikan ke semua rekan-rekannya, sesungguhnya pikirannya berada di tempat lain. Dia bersumpah dia melihat Robin Calbert pagi ini di stasiun subway. James baru saja turun dari kereta untuk pergi ke kantornya, lalu saat dia menengokan kepalanya ke arah lain, dia melihat Robin dengan sweater coklat dan syal coklat tua yang menutupi lehernya sampai mulut. Dia menaiki kereta yang sama yang baru saja James turuni. James berusaha menghampiri sosok wanita itu, tapi begitu kepalanya siap melongok ke dalam pintu kereta, pintu itu dengan sekonyong-konyong langsung tertutup tepat di depan wajah James. Dia ingat mengutuk dengan keras sampai wanita tua di dekatnya melototinya. James meminta maaf, lalu termenung sejenak. Dia yakin sekali itu Robin. Rambut coklat tua itu, bahu kurus itu, dan yang paling penting, mata itu. Mata yang membuat dia penasaran dari pertama. Mata yang membuatnya jatuh cinta. James menarik napas sambil memejamkan mata sebelum akhirnya dia keluar dari stasiun itu.

James bisa saja salah mengenali orang itu karena syal yang dipakai wanita itu hanya memperlihatkan hidung dan matanya. Tapi James ingat jelas syal itu. Benda itu persis seperti hadiah natal pertama yang dia berikan kepada Robin. Syal coklat tua yang dia beli di toko murahan.

Di natal pertamanya kenal dengan Robin, James dan Robin baru berkenalan selama empat bulan lebih. Tapi semenjak pertama kali bertemu, entah kenapa setelah itu James dan Robin seperti tidak terpisahkan. Awalnya hanya saling sapa, kebanyakan James yang memulai. Setelah itu James ikut duduk di meja yang sama dengan Robin dan teman-temannya ketika makan siang. Lalu setelah itu sisa kebersamaan mereka seperti mengalir begitu saja.

James ingat, seminggu sebelum natal, dia pergi bersama adiknya untuk membeli kado untuk orang tua mereka. James menyambangi toko-toko tua karena orang tua mereka menyukai benda-benda antik. Namun belum sampai di toko itu, James melihat sebuah syal tergantung di leher sebuah patung kepala dan leher tanpa tubuh. Warna syal itu coklat tua, terbuat dari wol tebal. Tapi anehnya, saat melihat benda itu, James langsung membayangkan Robin yang memakainya. James bisa membayangkan bagaimana syal itu akan kontras dengan kulitnya, tetapi juga akan serasi dengan warna rambutnya. Dan yang lebih penting, mata sebelah kirinya yang berwarna hijau keemasan akan jadi sorotan utama. James langsung masuk ke toko itu, meninggalkan adik perempuannya yang kala itu berumur lima belas tahun berjalan sendirian ke toko antik.

Tiga hari sebelum natal, James mengirim pesan ke Robin agar mereka bisa bertemu di pintu utara Central Park. James berdiri disana kurang lebih selama 35 menit sebelum akhirnya dia melihat gadis itu di sebrang jalan. Senyum James langsung terkembang, lalu dia melambaikan tangannya agar Robin melihatnya. Robin juga tersenyum saat matanya menatap James.

"Sudah lama ya?" kata Robin setelah sampai di depan James.

James mengamati wajah Robin yang kedinginan. Rambutnya yang coklat gelap sangat kontras di kulitnya yang putih dan juga salju disekeliling yang menutupi jalan. Pipi dan hidung Robin juga memerah karena dinginnya cuaca. Tapi saat melihat mata Robin, James agak kecewa karena pandangannya dihalangi oleh lensa kontak coklat tua milik Robin.

"Belum terlalu lama kok. Ya paling-paling jari kakiku hanya jadi biru." Begitu balas James. Robin tertawa. Oh, jangan mulai dengan tawa Robin. Tawanya membuat candu. James selalu ingin mendengar tawa itu, melihat tawa itu. Robin akan memejamkan matanya saat tertawa. Mendongakan kepalanya ke belakang jika hal yang dia tertawakan sangat lucu. Lalu dia akan menggelengkan kepalanya di akhir tawanya diikuti dengan tarikan napas panjang.

Upside DownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang