PITU

6K 436 21
                                    

PITU

HOLONG NA MARSAMBOLASAMBOLA [Cinta yang setengah-setengah], Part Dua


POV LUKAS

Di kencan ketiga, semuanya terasa biasa saja. Seolah tak ada yang perlu dikhawatirkan. Aku menghabiskan berjam-jam berduaan dengan Anna. Membiarkannya duduk tenang di sebelah ketika aku berlatih dengan partitur musik Puccini. Pasrah ditarik keluar untuk minum kopi di kafe terdekat. Bahagia luar biasa ketika merasakan dekapan hangat Anna di lengan kiriku.

Tapi kemudian....

"Kamu betul-betul istimewa bagiku," ucapan itu meluncur spontan dari mulutku. Seolah itu tak cukup buruk, dilanjutkan lagi dengan, "Aku ingin kamu tahu, Anna. Aku jatuh cinta padamu."

Anna memiringkan kepalaku ketika menatapku. Menatapku seolah-olah aku adalah alien yang baru saja menyapanya dengan bahasa yang tak bisa dimengerti. Jujur saja, ketika itu aku merasa takut sekali. Dan sempat terbersit di kepalaku kalau aku akan kehilangan Anna karena blunderku ini.

Aku tetap diam. Menunggu dengan jantung berdebar-debar tak ubahnya seperti tahanan di jam-jam menjelang hukuman matinya.

Anna tiba-tiba menyunggingkan senyum geli, lalu menyentuh pipiku dengan sayang. "Aku tahu. Kamu pun begitu bagiku."

Aku tak bisa mempercayai pendengaranku sendiri.

"Aku juga mencintaimu, silly!" tegas Anna, yang langsung membuat semua malaikat di surga bernyanyi riang.

*

Ketika kau bahagia, waktu berjalan cepat sekali.

Begitulah yang aku rasakan selama berpacaran dengan Anna. Setiap bersamanya, aku merasa bahagia. Terlalu bahagia sampai aku khawatir sendiri, jangan-jangan ini hanya sementara dan aku akan kehilangan orang yang mencuri hatiku itu.

Tapi perasaan jelek itu tergerus perlahan-lahan justru karena kehadiran Anna itu sendiri. Anna seperti kembang api, di mana pun dia berada selalu saja ada satu-dua kepala yang menoleh refleks ke arahnya. Ciumannya manis seperti rosé champagne; manis dan tak berbahaya, tapi tetap saja memabukkan. Semakin hari, aku mendapati diriku seperti kecanduan dirinya. Setiap saat ingin bersama. Bahkan sekarang, aku jadi sangat pemilih saat memutuskan memainkan komposisi yang mana saat berlatih piano. Aku ingin lagu cinta, yang nada-nadanya mengingatkanku pada perasaan luar biasa kupersembahkan pada Anna seutuhnya.

*

Tapi, yah, seperti yang kau tahu, pada akhirnya aku dan Anna berpisah. Ironisnya, beberapa hari sebelum kejadian menyakitkan itu, Anna datang ke rumah dengan couple t-shirt itu. "Aku melihatnya dipajang di toko seberang butik dan langsung kepikiran kamu."

Ketika tahu kaus macam apa yang dia belikan untukku, alisku langsung terangkat naik. "Jadi begitu? Kamu menganggap aku stupid?"

Kemarahan palsuku membuat Anna tergelak. "Not stupid, Lukas! My stupid." Dia mencium bibirku, awalnya cepat dan ringkas karena kemudian dia harus berkata, "Mine."

Rosé champagne-ku selalu tahu bagaimana caranya memenangi argumen denganku. Meskipun menyadari betul taktiknya sedikit licik dan membuatku terdengar seperti orang naif, aku tak keberatan.

Sama sekali tak keberatan.

*

Sehari setelahnya, Anna bersikap aneh sekali. Dia mendadak susah dihubungi. Ditelepon pun tak pernah diangkat. Aku tak langsung berpikiran jelek. Aku tahu Anna-ku. Jadi, kalau harus menebak-nebak, aku yakin dia pasti sedang sibuk di butik atau apa.

SWEET PARIBANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang