SAMPULU SADA

5.5K 448 29
                                    

       

SAMPULU SADA

HOLAN NA NAENG MANGALLANGI MA NIAN PAMANGAN ON, ALE DANG OLO MOKMOK. [Mulut ini sih bawaanya mau makan terus, tapi nggak kepengen gendut]

 [Mulut ini sih bawaanya mau makan terus, tapi nggak kepengen gendut]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

POV LUKAS


"This is stupid."

"This is necessary."

"Hmmpf!"

Meskipun jelas-jelas bertentangan dengan suara hati, aku nggak berusaha menghentikan tanganku sendiri ketika menandatangani surat perjanjian sederhana yang dikeluarkan Pariban dari tas kerjanya. Astaga, berarti dia mempersiapkan ini saat dia masih di kantor? Niat banget!

"Udah." Aku meletakkan pulpenku di atas meja. "Sekarang gimana?"

"Kasih gue waktu setengah jam lebih dikit."

Aku mengernyit. "Mau ke mana emangnya?"

"Lo mau bikin Anna cemburu gila-gilaan kan? Pariban lo ini butuh extra superpower buat ngelakuin itu. I need to touch up my make up and change my outfit."

"Jangan aneh-aneh ya," pesanku sambil menyipitkan mata.

"Udah deh. Mending lo duduk diem aja di situ. Oh bisa juga lo ke dapur bentar, ngecek Si Bibik masak apa aja buat makan malam."

"Tulang dan Nantulang ikut makan sama kita nggak?"

"Lagi bertamu di rumah Uda di Tanjung Priok. Pulangnya agak maleman, katanya."

Aku manggut-manggut. "Okay, then."


*


Pariban membuatku menunggu lama sekali. Aku sudah kembali dari dapur dua puluh lima menit lalu, iseng menonton kartun yang sedang tayang di Cartoon Network, dan masih belum juga ada tanda-tanda batang hidung atau bagian tubuh lainnya Pariban yang kembali ke ruang tamu.

"Lama ya nunggunya?"

"Lum—"

Sisa kalimat itu mendadak tersumbat di batang tenggorok. Aku melotot ke arah Pariban. Cewek itu membiarkan rambutnya tergerai di bahu kanan. Untuk memastikan tatanan rambutnya tetap bertahan seperti itu, Pariban memakai semacam sirkam perak yang ornamennya tampak berkilauan di bawah penerangan lampu chandelier di ruangan ini. Sesaat, aku membiarkan diriku mengagumi cewek itu. Kalau di hari-hari biasa terlihat seperti tipikal cewek kantoran dengan ekspresi judes, malam itu Pariban melembutkan penampilannya. Aku juga membebaskan mataku menjelajahi pipinya yang merah muda seperti karakter cewek di komik Jepang, dan juga bibirnya yang tampak ranum seperti buah persik. Lehernya yang jenjang dihias kalung rantai tipis dengan leontin terbuat dari berlian solitaire.

Aku pernah bilang kan, Pariban sama sekali nggak terlihat seperti stereotipe Batak pada umumnya. Malam ini, aku bilang, dia bahkan nggak terlihat seperti orang Batak....

SWEET PARIBANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang