SAMPULU LIMA

3.7K 339 41
                                    

SAMPULU LIMA


LOMPALOMPA NI DAINANG [Masakan Ibu], Part TIGA.


"Bu, ada tamu."

Aku tersentak kaget. Suara stafku barusan menyeret kesadaranku dari memori memalukan yang kulakukan dengan Dennis dulu itu. Setelah berdehem pelan, aku berkata, "Saya nggak ingat bikin janji dengan siapa pun siang ini."

"Sebentar." Stafku menutup pintu lagi. Sepertinya dia kembali untuk bertanya ke so-called tamuku siang itu. "Euh, Bu, dia bilang... dia bawa makan siang dari rumah."

Aku langsung mengernyit bingung dibuatnya. "He?"

"Lemme talk to her," kata suara maskulin di belakang stafku itu.

"Maaf, Pak. Nggak bisa gitu—"

"Iban, ini gue!" teriaknya cukup nyaring sehingga kedengaran sampai kemari. Siapa lagi yang punya kelakuan barbar kayak Tarzan yang seumur hidup dirawat sama gorilla kalo bukan—

"Ugh." Aku memutar bola mata. "Suruh langsung masuk aja."

"B-baik, Bu."

*

Kaus hitam berkerah V punya daya magis tertentu padaku. Ricky Martin rajin mengenakannya saat debut dan, jujur aja, aku sedikit jatuh cinta padanya. So sexy... dan jadi alasanku berduka banget saat dia akhirnya coming out (memang sih, duluuu banget Boni pernah bilang kalo Ricky Martin punya vibe sebelas-dua belas dengan George Michael yang juga gay, tapi dulu gue mana percaya. Fans yang jatuh cinta akan selalu menyangkal komentar negatif tentang idolanya).

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


And cut to this time of year, Lukas Parningotan Sitorus muncul di depan pintu ruanganku dengan vibe Ricky di videoklip "Livin' La Vida Loca." Dia mengenakan kaus hitam v-neck itu seperti kulit kedua—seolah-olah dicatkan langsung ke tubuhnya. Lengan kausnya terang-terangan memamerkan lekuk otot bisep dan trisepnya.

Lukas is so friggin' sexy today, I hate him even more.

"Ngapain lo kemari?" tanyaku setengah penasaran setengah nyolot, alih-alih mempersilakannya masuk dan membuatnya merasa nyaman berada di ruanganku ini. Aku nggak kepengen Ricky Martin jadi-jadian itu berlama-lama ada di sini.

"Resepsionis lo bukannya tadi udah bilang? Gue bawain lo makan siang."

Tatapanku teralih pada bungkusan plastik di tangan Lukas. "Nggak butuh. Gue biasa makan di deket-deket sini."

"Tapi kata Nantulang, lo keasyikan kerja sampe sering lupa makan. Beliau takut maag lo kambuh lagi."

Cowok itu duduk di sofa yang biasa dipakai untuk meladeni tamu atau undangan. Pemandangan itu langsung membuatku terusik dan menyipit nggak suka. Asal tahu aja, Lukas bukan tamu maupun undangan. In fact, pariban gangguku itu bisa dibilang adalah tamu yang nggak diundang. Sebelas dua belas sama jelangkung.

SWEET PARIBANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang