Rumahku, begitu sepi.Tidak terdengar suara apapun kecuali suara jam yang berdetik dan suara hembusan nafasku. Sudah terbiasa aku dengan kesunyian di rumah ini.
Aku tinggal berdua dengan Ayahku, namun Ayah jarang sekali berada dirumah. Pagi hari Ayah sudah meninggalkan rumah demi pekerjaannya dan akan kembali pada malam hari, bahkan bisa sampai pagi hari pula. Ayah benar-benar seorang yang gila kerja.
Meskipun Ayah berada dirumah, kami jarang berbicara. Kami hanya berbicara akan hal - hal penting saja.
Hari ini aku berangkat ke sekolah seperti biasa. Aku harus berangkat pagi sekali karena jarak rumahku ke sekolah cukup jauh. Aku berjalan ke luar rumah dan melewati rumah tetanggaku. Rumah disamping rumahku dihuni oleh seorang Nenek, nenek tua mungkin sekitar 75 tahun.
Namanya nenek Yonjin kami tidak banyak bicara namun nenek Yonjin adalah orang yang baik dan ceria. Oh ya, dia kerap kali memanggilku dengan sebutan"gadis manis", panggilan itu terkadang membuat pipiku merona merah di pagi hari.
Setiap pagi nenek Yonjin sudah duduk di kursi goyang halamannya untuk menikmati udara pagi. Ia selalu menyapa saat ku melewati rumahnya.
hari ini dia pun menyapaku "Hai gadis manis, semoga harimu indah. Mainlah ke rumah Nenek." ia berkata.
"Pagi nenek. Aku akan berkunjung jika aku sempat." aku menjawab dari depan pagar rumahnya sambil melambaikan tangan padanya.
Aku sebenarnya tidak terlalu dekat dengan Nenek Yonjin, aku hanya baru berkunjung kerumahnya sekitar 3 kali untuk mengantarkan makanan atau sesuatu dan kita tidak pernah banyak bicara. Namun nenek Yonjin adalah orang yang baik dan murah senyum.
Nenek Yonjin tinggal sendirian dan mengurus dirinya seorang diri, aku tidak tahu apakah dia masih punya anggota keluarga lain atau tidak, aku tak pernah melihat keluarganya berkunjung ke rumah. Aku pun tak enak hati bertanya padanya tentang hal ini.
Mungkin aku akan berkunjung kerumahnya segera mungkin.
🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿
Hari ini hari minggu, namun Ayah pergi . Entah ia pergi kemana hari ini.
Hari ini aku berniat untuk pergi berkunjung ke rumah Nenek Yonjin.
Sekarang pukul tujuh pagi, pasti nenek sudah duduk dibangku goyang teras rumahnya.
Aku berlari kecil ke arah depan rumah wanita tua itu. Aku dapat melihat nenek dari depan pagar yang lebih pendek dari tinggi badan ku.
"Pagi nenek." sapaku , tanganku berada di atas pagar rumahnya.
"Pagi manis, buka saja pagarnya." nenek berdiri dari kursinya.
" iya, nek." ku buka pagar rumahnya , berjalan menuju teras rumah nenek.
Rumah ini memang memiliki gaya rumah lama dan tidak modern namun rumah ini terasa sejuk dan nyaman. Banyak pohon dan bunga-bunga, di samping rumah pun ada pohon yang cukup besar dan kokoh melindungi rumah ini dari sinar matahari.
Aku duduk di samping bangku nenek dan tersenyum kearahnya. Aku dapat merasakan hilir angin yang menyentuh lembut kulit wajahku.
"Nenek apa kabar? maaf sudah lama tak menengok nenek."
"Ah tak apa, nenek tahu kalian anak muda pasti sibuk dengan sekolah, nenek baik-baik saja. Nenek sangat senang kamu ingin datang kesini." nenek tersenyum dan di elusnya pundakku.
"Apa kau ingin minum?" tanyanya. "Tidak nek, tidak perlu repot-repot."
Aku menatap ke arah depan melihat taman rumah nenek dan jalan setapak yang ada di depan pagar rumah nenek ini.
Sekarang aku tahu mengapa nenek sangat sering duduk disini pagi hari. Suasana yang indah, udara yang sejuk, dan halaman rumah yang penuh tanaman. Bagaimana nenek merawat rumah ini?bagaimana nenek merawat rumah ini hingga begitu terasa nyamannya, lebih nyaman dari pada rumahku.
"Kau sendirian dirumah?" tanyanya memecah keheningan. Pandangan nenek masih ke arah depan tak melihatku.
"Ia nek."
"Nenek melihat ayahmu keluar rumah. Pagi sekali sekitar jam 5, mungkin. Jika kau kesepian mampirlah kesini."
"Aku sudah biasa, sendirian dirumah, meskipun hari libur ia tetap akan pergi bekerja."
"Nenek juga sudah biasa dirumah sendirian, namun nenek sering merasa kesepian. Nenek tahu perasaanmu. Jadi jika kau merasa sendiri, datanglah kesini." mata nenek tetap tak melihatku, tetap mengarah ke depan taman rumahnya.
Aku merasa hatiku sedikit remuk mendengar perkataan nenek. Aku dirumah masih tersedia internet yang menemaniku dan tugas yang menumpuk, tapi tetap saja terkadang merasa kesepian . Bagaimana dengan nenek yang sendirian, tak ada keluarga, mungkin tidak terlalu tahu tentang kemajuan teknologi dan usianya sudah cukup tua. Aku merasa sedih. Aku harus sering sering berkunjung kesini pikirku.
"Nenek sudah mengenal keluarga ayahmu dan ibumu sebelum kau lahir. Ayahmu dulu sering bermain di rumah nenek saat anak nenek masih tinggal disini"
Nenek menyebutkan tentang ibuku, Ayah dan juga anak nenek. Apa aku harus menghindari topik pembicaraan ini?
Aku ingin menghindari topik tentang Ayah, Ibu,keluargaku, sungguh. Aku takut tidak kuat hati mendengar hal ini. Namun aku penasaran dengan keluarga nenek.
"Anak nenek sekarang tinggal dimana?" Tanyaku menghindari topik keluargaku.
"Dia tinggal di kota, tinggal bersama anaknya". Aku ingin bertanya mengapa anaknya tak pernah berkunjung kesini, belum sempat aku bertanya wanita tua itu meneruskan kalimatnya.
"Dia sibuk bekerja, hanya menelepon kesini sesekali, tidak sering. Istrinya juga sudah tak pernah menelepon kesini, ahh mantan istrinya." nenek membenarkan.
"Kemarin ia baru menelepon nenek, " nenek tersenyum kearahku. "Cucu nenek akan tinggal disini mungkin mulai minggu depan, Ayahnya sudah tidak sanggup merawat anak itu." Nenek tersenyum kecut.
"Mungkin kau bisa menjadi temannya selama dia tinggal disini."
Apa cucu nenek itu anak kecil yang sangat nakal? pikirku. Menjadi teman? mungkin dia seumuran denganku? pikirku kembali.
Lalu aku dan nenek berbincang tentang banyak hal menceritakan dari masa mudahnya hingga ia tua, ia menceritakan lelucon - lelucon juga.
Sangat senang berbincang dengan Nenek. Andai dari dulu aku lebih sering berkunjung ke rumah ini, mungkin benar aku tidak akan kesepian. Aku dan Nenek berbicara dengan asiknya, tak terasa hingga matahari pun berada di atas atap rumah ini.
-----------
AAA... Semoga suka :)
Mohon Kritik dan sarannya :)