Hari ini hari ujian untuk masuk ke Universitas.
Aku sangat gugup tetapi sejak kemarin ayah, nenek dan Taehyung selalu menyemangatiku.
Mereka yakin aku pasti lulus.
Aku berharap semoga saja ucapan dan doa dari mereka akan menjadi kenyataan.
Taehyung akan mengantarku untuk pergi ujian hari ini. Dengan naik bus aku pergi bersamanya.
Aku terlihat sangat gugup dan Dia menyadari itu. Saat di bus Taehyung menggengam tanganku erat dan selalu berkata semuanya akan baik - baik saja.Kita sampai di depan gedung, sudah ramai. Aku melihat siswa lain banyak yang diantar oleh orang tua mereka. Aku disini hanya bersama Taehyung, tapi ini sudah cukup untukku dari pada aku pergi sendiri.
"Semangat, semuanya akan baik-baik saja. Kamu pasti akan melakukan yang terbaik." Taehyung mengacak rambutku pelan.
"Doamu dan doa dari Nenek pasti menyertaiku." Aku tersenyum dan memeluknya.
Aku pergi masuk meninggalkan dia di depan gedung.
Aku tidak tahu, apakah Taehyung menungguku hingga selesai ujian atau dia pulang ke rumah.
Aku pulang kerumah sendirian, ternyata Taehyung tidak menungguku, sebenarnya aku sedikit kecewa tapi ujian berlangsung seharian tidak tega juga membiarkan dia sendirian menunggu lama.
Aku mengambil handphoneku di dalam tas dan menyalakannya.
7 panggilan tak terjawab
10 pesan masuk
Nomor tidak dikenal, siapa ini?
Hi, hello?
Kau teman Taehyung?
Siapapun kau, tolong beritahu dia untuk pulang.ini penting.
Aku berlari cepat menuju halte bus.
Dipikiranku hanya 'aku harus segera pulang dan bertemu dengan Taehyung.'Apa yang terjadi?
Aku rasa ini benar-benar pentingKakiku terus mengetuk lantai bus tak sabaran. Mengapa detak jantungku begitu cepat?
Aku khawatir.Dari halte bus aku berlari tergesa-gesa menuju rumah nenek.
"Taehyung, Taehyung."
Aku berteriak berlari menuju pintu rumah nenek.Taehyung dan nenek keluar bersamaan.
"Apa yang terjadi? Bagaiman ujianmu?"
Napasku tersengal-sengal karena berlari sepanjang jalan dari halte sampai ke rumah Nenek.
"Coba tenang sedikit." Ucap nenek padaku sambil menepuk pundakku.
Mataku tidak bisa terlepas dari Taehyung.
"Aku akan ambilkan air." Taehyung berkata seraya kakinya akan beranjak pergi kedapur.
Aku menahan pergelangan tanggannya agar tidak pergu, "Tidak, tidak usah."
Taehyung berhenti.
Aku mengeluarkan ponselku dari tas.
"Taehyung, kau harus pulang."
Taehyung terkejut dengan perkataanku. Nenek juga.Aku memberikan ponselku padanya.
"Hubungi dia." Pintaku.
Pria berambut coklat itu terlihat gemetar dan panik.
Aku, Taehyung dan Nenek berdiri didepan teras dengan keadaan hati yang cemas.
Nenek mengelus punggung Taehyung dan menatapnya dengan cemas.
Aku sungguh tidak tahu apa - apa. Aku memandang ke dua orang yang ada didepanku bergantian.
Aku meremas ujung jaketku.
Taehyung menempelkan handphoneku di telinganya. Tangan Nenek menggenggam tangan kiri Taehyung, menenangkannya.
"Hallo," ketakutan terpancar dari wajahnya.
"Jim," Taehyung mendengarkan temannya berbicara, aku tidak dapat mendengarkan apa pembicaraan mereka.
Matanya memerah, tangan nenek diremas dengan kuat olehnya. Dia akan menangis. Bahunya bergetar tak karuan. Matanya mulai memerah saat masih mendengarkan temannya berbicara di sebrang sana.
Dia tidak kuat lagi. Taehyung langsung saja memberikan kembali hanphoneku tanpa mengucapkan kalimat apapun pada temannya yang masih tersambung.
Taehyung memeluk nenek yang berada di sampingnya. Aku bisa mendengar suara tangisnya dalam pelukan Nenek. Nenek yang berusaha menenangkan Taehyung pun tak berdaya menahan setetes air mata yang jatuh pada pipinya.
Aku seperti berada dalam sebuah mimpi. Mimpi buruk.
Hembusan angin besar melewati kami, suara daun yang bergoyang terdengar dengan jelas meskipun tak sejelas tangis seorang pria yang berada di hadapanku.
Awan semakin gelap saat dia berkata, "Nenek, dia pergi. Semua karena Taehyung."
ㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡㅡ
Sudah lama aku menghilang dari dunia jeruk ini (;_;)/~~~Sampe lupa ini cerita gimana hahaha
-Derpina xx