"Menangislah, sayangku
biarkan airmatamu mengalir
perlahan bersama puluhan anak sungai
jauh ke keluasan batinku"Cecep Syamsul Hari~ dalam 'Embun Pagi Hari'
____________________
Lagu Oasis - Wonderwall mengalun di telingaku. Suasana pagi yang sejuk dan menyegarkan menyambutku, matahari juga masih bersinar lembut. Angin semilir membuat rambutku bergoyang kesana kemari. Dengan semangat aku berjalan meninggalkan rumah untuk pergi ke sekolah.
Berangkat menuju kesekolah, melewati rumah Nenek seperti biasa. Aku melihat Nenek sedang duduk di bangku goyangnya. Sudah beberapa hari ini ia selalu ditemani oleh cucunya. Kim Taehyung.
Aku sering melihat mereka berdua tertawa, entah membicarakan apa. Nenek yang biasanya tak pernah lupa menyapaku kini menjadi jarang menyapaku karena mata nenek tidak pernah terlepas dari cucuknya yang berambut coklat gelap itu.
Hal itu tentu saja membuatku senang, Nenek pasti tidak merasakan kesepian lagi karena ada seseorang yang menemaninya.Sekolah hari ini berjalan dengan lancar, beberapa hari lagi akan banyak ujian dilaksanakan. Tentu saja aku harus belajar dengan giat, teman-teman sekelaspun sangat serius pada saat jam pelajaran.
Hari sudah gelap saat aku pulang dengan bus. Berada di tingkat akhir sekolah dan pulang malam cukup menyiksaku. Salah satu hal yang menyiksaku adalah pulang sendiri menuju rumah. Dari halte menuju rumahku, aku harus berjalan kaki sekitar 10 menit.
Dari jarak beberapa meter dari aku berjalan saat ini, aku melihat Kim Taehyung sedang berdiri di depan rumah nenek. Dengan jaket hitam, ia berdiri santai menyender pagar. Aku terus berjalan. Tentu saja akan melewatinya.
"Hei," Dia tersenyum, badannya masih menyender pada pagar besi rumah nenek.
"Oh, Hei." Aku berhenti sebentar di depannya dan bertanya . "Sedang apa diluar?"
"Menunggumu." Kemudian dia berdiri tegak dihadapanku.
Aku memutar bola mataku ke atas bertanya - tanya.
"Ingin meminjam Handphone ku?"
Ia tersenyum "Tidak. Kau sudah makan?"
"Belum." jawabku lesu.
"Ayo masuk!" Ia menarik sisi jaketku, aku mengikutinya berjalan masuk ke rumah nenek.
Rumah nenek begitu sepi. Kami berjalan melewati ruang tamu.
Dengan tangannya yang masih menarik sisi jaketku, aku mendengar ia berbicara."Ssstttt, nenek baru saja tidur." ia memberitahuku dengan suara pelan karena kami sedang berjalan melewati kamar nenek.
"Tadi siang, aku dan nenek membuat kue. Kau belum makan kan?" Ia menaikan sebelah alisnya melihatku.
"Hmm." aku bergumam mengiyakan.
Kami sudah berada di dapur, dapur yang sudah tak asing bagiku.
Ia menarik bahuku dan mengarahkanku pada bangku di depan meja makan, seperti waktu aku makan dirumah ini terakhir kali.Aku meletakan tas sekolahku di lantai dan aku pun duduk.
Pria berjaket hitam besar itu berjalan menuju lemari pendingin.
Dia mengeluarkan toples bening berisi kue kering dari dalam lemari pendingin putih itu.Dia berjalan kembali mendekati meja makan dan duduk didepanku.
dia membuka tutup toples kue yang tadi ia keluarkan dari kulkas."Aku yang mengadoni adonanya." Ia mengambil salah satu kue kering coklat itu dan memberikannya padaku.
Aku mengambilnya, kemudian mengamati kue kering kecil itu.
Sebuah tawa kecil keluar dari mulutku "Apa ini? Kau sebut ini kue?" Ledekku.
Ini memang kue kering coklat tapi bentuk nya tidak karuan. Tetapi aku tetap memakannya."Eh, lumayan enak, kok." Aku tersenyum simpul padanya.
"Jangan menilai sesuatu dari luarnya," menyindir kata-kataku tadi.
Taehyung memberikan toples bening itu padaku, tentu saja aku terima dengan tangan terbuka.
"Enak, aku makan banyak yaaa..." ucapku semangat.
Ia tersenyum bangga karena aku menyukai kue buatannya.
"kau boleh bawa pulang itu,"
aku menatapnya "Sungguh?"
"Iya, aku dan nenek bisa membuatnya lagi lain kali." jawabnya santai, tangannya dilipat menyilang diatas meja.
"Terima kasih, kau boleh meminjam ponselku kapan saja."
"Yes." tangannya mengepal dan bergerak ke keatas.
"Aku tahu, kau memberikan kue ini tidak gratis." sindirku
Dia hanya terkekeh.
Dia bangun dari tempat duduknya berjalan mengambilkanku makanan lainnya. Semangkuk nasi dan lagi lagi telur acak ia berikan padaku.
Aku makan dengan lahap, tidak menyisakan sebutir nasi di mangkuk ini.
Taehyung yang sedari tadi diam mengambil mangkuk dan gelas kosong itu dari hadapanku.
"Sudah kan? Sudah malam, kau pulang saja." Dia berjalan menuju tempat cuci piring yang berada di dekat rak penyimpanan piring.
Suara mangkuk dan gelas yang diletakan berbunyi nyaring. Dia memutar kran air dihadapannya, mulai menggulung naik lengan jaketnya yang kebesaran.
Aku berjalan menghampirinya.
"Biar aku yang lakukan, aku kan sudah menumpang makan." Aku mengambil piring yang ia mulai sabuni , ia meloncat terkejut kebelakang dengan tindakanku itu.
Dia meletakan piring yang ia pegang ke bak cucian piring, secara cepat dia menurunkan gulungan lengannya yang tadi naik sampai ke siku.
Sebelum dia menurunkan gulungan bajunya, aku dapat melihatnya. Sesuatu di tangannya.
Taehyung...
"Aku suruh kau pulang!'' Bentaknya. Aku kaget. Dia berdiri tegak didepanku. Ekspresi wajahnya bukanlah seorang Kim Taehyung yang beberapa menit lalu berbicara padaku dengan senyum diwajahnya.
Mataku melirik ke arah pergelangan tangannya yang sudah tertutupi jaketnya.
Aku menarik pergelangan tangan kirinya, dia mengelak. Aku menariknya dengan paksa. Menggulung lengan jaket hitamnya naik keatas.
Aku melihat wajahnya sambil mencengkram lengannya.
Dia membuang wajahnya kesamping, tidak berani melihatku."Taehyung..." ucapku lirih.
Matanya mulai berkilau karena genangan air mata yang mulai keluar dari sudut matanya.
"Taehyung..." Aku menyebutkan namanya pelan.
"Aku suruh kau pulang tadi." Suaranya bergetar, matanya masih tetap menghindariku.
"Aku akan tetap disini." Aku melepaskan cengkramanku pada pergelangan tangannya, dan menurunkan gulungan lengan jaketnya kembali seperti semula.
Setetes air matanya jatuh di pipinya.
Aku diam.
Aku baru mengenalnya tetapi aku sudah melihat dia seperti ini.
Aku memeluknya. Aku dapat mencium aroma sabun yang ia gunakan. Tangan kecilku menepuk punggunya pelan. Dia tak membalas pelukanku.
"Menangislah," tubuhnya bergetar.
"Tak apa, Tae."
Diapun membalas pelukanku, ia membungkukkan badan tingginya, kepalanya menyandar dipundak kiriku.Aku melihat nenek, wajah tuanya mengintip dibalik dinding pemisah antara dapur dan ruang tengah. Namun nenek hanya tersenyum ke arahku sambil mengangguk pelan dan kembali pergi.
Aku tetap memeluk Taehyung yang tidak tahu jika nenek melihatnya.
Aku tak tahu apa yang terjadi padamu.
Mengapa kau melukai dirimu sendiri?
Tak usah jelaskan padaku jika itu terlalu berat.
Tetaplah menangis.
-------
Maaf lama tak updateeeeeee
:'(