Delapan

934 166 34
                                    

Taehyung dan aku semakin dekat hari ke hari. Saat pulang sekolah sudah dua hari ini Taehyung menjemputku di halte bus dekat rumah kami dengan sepeda mini tua yang ia temukan digudang belakang rumah nenek .

Hari pertama Taehyung menjemputku, aku terkejut. Taehyung datang dengan sepeda mini berwarna ungu itu dengan kecepatan yang sangat tinggi. Aku selalu tertawa sendiri jika mengingat saat itu. Dia sangat terlihat lucu saat mengendarai sepeda mini bewarna ungu itu.

Sekarang aku sedang berada di bangku belakang sepeda mini milik nenek. Tanganku berpegangan pada sisi baju hitam pria kurus didepanku.

"Bagaimana sekolah hari ini?" Tanyanya seraya mengayuh sepedanya dengan semangat .

"Seperti biasa, belajar dan belajar karena aku akan segera lulus dan mengikuti ujian untuk masuk perguruan tinggi." Jawabku datar.

Taehyung memelankan laju sepedanya.

"Kau harus semangat, pasti bisa. Oh ya, tadi sore aku berkeliling daerah ini, ada sebuah taman dibelakang toko kelontong di jalan sebelah. Ayo kita kesana!" Ia menunjuk jalan arah taman berada.

"Aku tahu taman itu, aku sudah lama tidak kesana. Sejak aku kecil, aku rasa. Tapi sekarang sudah malam, Tae." Jawabku.

"Ayolah, pasti disana sangat tenang dan menyenangkan." Ia merengek padaku.

Aku tidak menjawabnya.

Udara malam yang dingin menembus jaketku yang tebal. Aku melihat punggung Taehyung yang berada di depanku.

"Kau saja tidak memakai jaket. Tidak, aku tidak ingin kesana." Aku mengelak dengan tegas.

"Bagaimana kalau kita pulang dulu dan mengambil jaketku?"

Tanpa menunggu jawabanku Taehyung menambah kecepatan laju sepedanya menuju rumah nenek.

"Taehyung aku lelah, aku harus belajar lagi." Aku memohon padanya.

"Hanya sebentar saja." Ia tetap mengayuh sepeda dengan semangat.

Saat sampai di depan rumah nenek, aku langsung turun dari bangku belakang sepeda. Aku mengambil handphone dan earphone dalam tas. Aku menitipkan tasku kepada Taehyung yang sudah bergegas memasuki rumah nenek.

Aku menunggunya sambil memegangi sepeda tua ini agar tetap berdiri.

Aku melihat rumahku dari depan rumah nenek. Gelap.
Mobil ayah belum terlihat didepan rumah. Ayah belum pulang dari kantornya.
Aku diam dan hanya menundukkan kepala.

"Ayo!" Suara Taehyung yang semangat terdengar nyaring ditelingaku.

"Bagaimana nenek?" Aku bertanya padanya.

"Nenek sudah tidur, beberapa hari ini dia tidur lebih cepat." Taehyung yang sudah mengenakan jaketnya mengambil alih sepeda yang sedari tadi kupengang.

"Ayo naik!" Dia sudah bersiap siap untuk menjalankan sepedanya.

Aku naik perlahan dan berpegangan pada sisi jaket Taehyung.

Tidak ada orang yang terlihat disekitar kami.

Kami sampai di taman, seperti bayanganku, taman begitu sepi tidak ada orang sama sekali.

Aku turun dari sepeda, Taehyung berjalan menuntun sepedanya dan menyandarkan sepeda itu di salah satu permainan. Taehyung berlari menuju ayunan gantung dan mendudukinya. Dia terlihat senang sekali. Dia terlihat seperti seorang bocah.

Aku duduk di salah satu bangku besi taman, dingin. Aku memasukan tanganku ke dalam kantong sweaterku. Aku menemukan earphone di dalam saku itu.

Aku mengeluarkan earphone dan handphoneku dari kantong baju.

Dia || k.t.hWhere stories live. Discover now