Manda duduk di balkon rumahnya. Sambil menyeduh hangatnya teh, ditemani dengan tenangnya suasana malam. Baru kali ini suasana di kompleknya tidak seramai seperti biasanya. Tapi justru Manda menikmatinya.
Tiba tiba saja sosok Devan terlintas di pikirannya. Ia mengingat saat ia pertama kali mereka bertemu di koridor sekolah. Devan yang saat itu tampak terburu-buru tidak sengaja menabrak Manda yang sedang bingung mencari kelas barunya. Hanya satu kata yang terlontar dari Devan saat itu. 'Maaf'. Hanya itu. Bahkan ia tak sempat melihat ke arah Manda sedikitpun.
Manda yang saat itu mendengar ucapan maaf Devan hanya bisa mengangguk. Awalnya, Manda benar-benar tidak ada perasaan apapun untuk Devan.
Tapi entah kenapa, semakin bertambah hari, semakin sering juga mereka bertemu disekolah, dan semakin pula perasaan Manda muncul untuk Devan.Kadang ia tidak sengaja melihat Devan yang tengah tertawa bersama Rio, Abrian dan Erik. Dan ia sungguh menyukai itu.
Dan satu hal yang tidak pernah Manda lupa. Saat, Devan pertama kali tersenyum ke arahnya waktu mereka berpapasan kembali di koridor sekolah.Dan ia mengingat pula, saat mereka berkenalan di sosial media. Waktu diawal perkenalan mereka, Devan lah yang pertama kali mengiriminya chat, serta menggunakan bahasa Aku/Kamu.
Padahal notabene nya, Devan cenderung ke cowok yang tidak terlalu murah senyum kecuali kalau memang sudah saling kenal. dan Devan bukan tipikal cowok yang suka chat cewek duluan apalagi dengan embel embel Aku/Kamu. Teman cewek sekelasnya saja tidak pernah di chat duluan, apalagi cewek lain yang justru enggak sekelas atau enggak dikenal.
Tapi, makin lama Manda mengenal Devan. Ia merasa bingung dengan sikap Devan yang kadang menjauh lalu mendekat. Dan begitu terus.
Kadang, jika mereka berpapasan di sekolah. Manda selalu melirik ke arah Devan yang benar-benar seperti tidak mengenal Manda sebelumnya.Ah tapi, kali aja devan suka gue juga batinnya dan ia merebahkan tubuhnya ke kasur.
**"Ssst mann" bisik Kezia pelan yang berada di seberang Manda. "cabut yuk."
"ha?apa?" Manda ikut berbisik pelan menjawab pertanyaan Kezia.
Peraturan di pelajaran Bu Ningsih adalah, tidak boleh berbicara selama jam pelajaran. Jika ketahuan, silahkan keluar kelas dan nama dari murid tersebut akan diberi poin. Dan Manda, serta Kezia juga Luna sudah menjadi pelanggan poinnya sejak beberapa hari yang lalu.
"cabuut" Kezia berbisik lagi sambil menunjuk luar kelas.
Manda hanya mengangguk mengerti dan Kezia langsung berdiri menghampiri Bu Ningsih.
"Bu, saya izin ke kamar mandi sebentar ya" ucap Kezia.
"Dengan siapa?" jawab Bu Ningsih sambil menurunkan kacamatanya sekaligus dengan tatapan yang sinis.
"Lun, ntar abis gue sama kezia keluar. Lo trus nyusul, oke." Manda berbisik ke Luna yang duduk dibelakangnya.
"Sama manda bu, boleh ya bu. Udah kebelet banget saya"
"Yasudah, jangan lama lama." bu ningsih meng-iyakan. "dan jangan bohong" lanjutnya.
"Man, ayo" Kezia memanggil Manda. Diikuti dengan Manda yang langsung menepuk pelan meja Luna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Irresistible [EDITING]
Teen Fiction"Seharusnya aku sadar bila kenyataannya kamu masih bergantung pada masa lalu dan menganggapku satu dari seribu.." -M -10 juli 2016- [ON EDITING]