Aku sibuk memindahkan channel tv, tidak ada acara yang menarik perhatianku. Kulihat jam di dinding sudah menunjukkan pukul 11 malam. Kenapa ibu belum pulang? Apa ibu kerja lembur lagi.
Oh ya setelah kematian ayah ku, ibu harus bekerja untuk menghidupi kami -aku dan ibuku- karena uang peninggalan ayah tidak seberapa.
Cklek suara pintu dibuka. Aki melihat sosok yang kutunggu masuk kedalam rumah. Aku sangat khawatir dia kenapa-napa. Aku langsung berlari dan memeluk ibuku.
"Ibu kenapa malam sekali pulangnya? Ibu tahu aku sangat khawatir. Aku takut ibu diganggu oleh monster itu" ucapku tanpa henti sambil memeriksa leher ibu ku. Takut-takut ada bekas gigitan makhluk itu disana.
"Aduh Jes kamu masih aja percaya sama monster khayalan mu itu. Umurmu sudah 17 tahun, kau akan ditertawakan jika seperti ini terus" omel ibuku.
Huh bahkan sampai sekarang ibu tetap tidak percaya padaku. Menyebalkan.
"Aku tidak berkhayal ibu, monster penghisap darah itu memang ada. Dan dia telah membunuh ayah" aku berteriak agar ibu yang sedang berjalan kedapur dapat mendengar.
"Sudah jangan bahas ini lagi. Lebih baik kamu tidur karena ibu juga akan tidur. Dan lepas semua bawang ini. Kau tau ini sangat bau" omel ibu sambil menunjuk rangkaian bawang yang aku gantung.
"Tapi bu kalau aku lepas Vampire nya nanti bisa masuk" rengekku pada ibu.
"Sudah sana tidur sudah malam. Besok hari pertamamu kuliah kan, kamu harus berangkat pagi. Ibu juga sudah mengantuk" ibu masuk kekamarnya dan menutup pintu.
Aku menyerah berdebat dengan ibu, aku tak pernah menang. Akupun berjalan menaiki tangga menuju kamarku untuk tidur. Benar juga apa kata ibu, besok adalah hari pertamaku masuk kuliah. Ah rasanya sudah tidak sabar menuju hari esok.
******
Aku berlari menyusuri jalanan kota Rjakun. Ya aku tinggal di kota kecil yang jarang terkena sinar matahari ini. Kota ini terletak diantara dua gunung yang tinggi, menyebabkan kota kami tidak mendapat sinar matahari selama 6 bulan setiap tahunnya.
Aku berjalan menuju kampusku. Aku beruntung di terima di kampus yang tak jauh dari rumahku sehingga aku tidak perlu membuang uangku hanya untuk ongkos kuliah. Hanya perlu 15 menit berjalan kaki, tapi sialnya dihari pertamaku kuliah aku justru kesiangan.
Aku sampai di aula kampus tepat waktu. Hari ini merupakan hari penyambutan mahasiswa baru. Akan ada pidato dari beberapa petinggi kampus. Dan pidato dari mahasiswa baru yang mendapat nilai ujian masuk tertinggi. Sukurnya bukan aku. Karena aku demam panggung. Mungkin akan pingsan jika aku disuruh pidato di depan banyak orang.
"Kau beruntung acaranya belum di mulai" ucap seorang wanita yang duduk di sebelahku. Dia cantik dengan rambut berwarna emasnya yang kontras dengan kulitnya yang putih.
Berbeda denganku yang memiliki kulit agak gelap, karena ibuku keterunan Indonesia. Tapi aku bangga karna banyak orang yang bilang bahwa kulitku eksotis yang membuat ku terlihat sexy.
"Ya, aku berlari dari rumah kemari agar tidak telat" jawabku yang masih mengatur nafas.
"Hihihi kau lucu. Perkenalkan aku Vanilla Zuich, panggil saja Vani" dia mengulurkan tangannya dan tersenyum dengan manis.
"Hai Vani senang berkenalan denganmu. Aku Jessica Pears. Hhm panggil aku Jessy" aku menjabat tangan nya dan tersenyum tak kalah manis.
"Oh ya apa kau tahu mahasiswa baru yang akan berpidato nanti? Aku dengar dia memiliki wajah yang sangat tampan" tanya Vani antusias.
"Hmm maaf aku tidak tahu" jawabku mengangkat bahu.
"Yah sayang sekali" dia tertunduk lemas. "Tapi tak apa, toh nanti kita akan melihatnya saat dia berpidato" ucapnya antusias. Oh dia benar-benar lucu tadi dia terlihat sedih dan seketika dia kembali ceria. Aku rasa dia akan jadi teman yang baik dan menyenangkan.
Aku mulai mengantuk. Sudah beberapa petinggi kampus memberikan pidatonya yang membosankan. Aku lihat Vani bahkan sudah tertidur dalam posisi dusuknya. Oh kapan ini semua berakhir. Aku benar-benar bosan, akhirnya akupun mencoba memejamkan mataku. Tapi baru beberapa detik aku memejamkan mata, aku dikejutkan dengan teriakan mahasiswi lain. Aku dan Vani pun spontan menegakkan tubuh.
"Aduh ada apa sih, berisik sekali" gerutuku sambil menutup telingaku yang seperti mau pecah.
"AAAA itu dia Jes, dia benar-benar tampan. Andai dia sekelas dengan ku" Vanila berteriak juga saat mata nya menatap ke atas panggung.
OMG aku baru tahu ada pria setampan itu di dunia. Benar-benar tampan. Namun tatapan mata dan raut wajahnya terkesan dingin.
Kalau aku tidak salah dengar namanya Damian Lucifer. Nama yang cukup mengerikan untuk pria setampan dia.
Kulihat dia mengedarkan tatapannya. Dan berhenti saat tatapan kami bertemu. Tapi entah kenapa tubuhku kaku dan keringat dingin mengucur deras dari tubuhku, seakan aku takut padanya padahal baru kali ini kami bertemu.
Oh tuhan apa yang terjadi denganku. Kenapa aku merasa sangat takut padanya. Matanya seperti menusuk tubuhku. Aku merasa nyeri didadaku. Tapi aku tak dapat berhenti menatapnya. Jadi tolong berhenti menatapku seperti itu. Kumohon ...
----------
Haiiiii...
Gimana suka gak sama ceritanya???
Aku harap cerita ini gak ngebosenin yah...
Please vote sama comment nya biar ceritanya makin seru ♥♥♥
Oh ya cerita ini bakal aku mulai aku revisj. Baru sadar setelah di baca lagi ternyata banyak typo dan ada beberapa bagian yang gx pas. Jadi semoga setelah di revisi jadi lebih baik yah...
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love My Vampire
Vampire"Aku benar-benar benci dengan makhluk bernama Vampire. Bagiku meraka hanya monster yang tak punya hati yang telah membunuh ayahku" ~Jessica Pears~