Author POV
Awalnya Jessica sangat terkejut dengan apa yang dilakukan Damian. Tetapi dia bisa merasakan kelembutan dari pria yang saat ini menciumnya. Akhirnya dia memejamkan mata dan menikmati apa yang terjadi.
Ciuman Damian yang semula hanya menempelkan bibirnya perlahan mulai bergerak menyusuri setian Inci bibir Jessica. Jessica pun membalas ciuman manis yang Damian berikan padanya.
Ciuman itu begitu lembut dan manis. Bukan seperti ciuman panas yang penuh dengan nafsu. Ciuman mereka lebih seperti menyalurkan perasaan satu sama lain. Saling mencintai.
Gemuruh tepuk tangan dan siulan memenuhi aula kampus yang di jadikan tempat pesta ini. Menyadarkan dua Insan yang swdang menyalurkan perasaannya dan menghentikan kegiatan mereka.
******
Jessica POV
Aku benar-benar malu saat menyadari bahwa kegiatanku dengan Damian disaksikan oleh seluruh peserta pesta.
Kulihat Damian hanya tersenyum smirk menanggapi tepuk tangan dan siulan dari mereka. Sangan berbeda denganku, aku hanya bisa menunduk tersipu malu. Tak berani mengangkat wajahku sedikitpun.
Aku sangat malu, bahkan aku yakin kini wajahku sudah sangat merah. Andai aku membawa kantung belanja, aku ingin menutup wajahku dengan kantung itu.
Belum sempat rasa maluku berkurang, lagi-lagi Damian membuatku terkejut dan tersipu. Dia berlutut dihadapanku sambil memegang tangan kananku.
"Jessica, mungkin aku terdengar sangat egois. Tapi aku ingin semuanya jelas" dia menjeda uncapannya dan menatap lurus padaku. "Aku mau kau menjadi milikku. Menjadi wanitaku. Dan aku tak mau ada pria lain yang memilikimu. Hanya aku Jessica, hanya aku" ucapannya bagaikan mantra bagiku. Aku tak sadar bahwa aku telah menyetyjuinya dengan anggukan kepalaku.
Suara hiruk-pikuk tepuk tangan dan siulan semakin kencang diruangan ini. Dan tak sedikit juga yang berdecak tak suka dengan semua ini. Tentu saja merwka yang tergila-gila pada Damian.
******
Damian POV
Setelah mengantarnya kerumah sepulang pesta dansa tadi, aku melajukan mobilku pulang ke rumah. Aku berfikir entah kenapa aku melakukan hal semacam itu dipesta. Yang ku tahu aku hanya ingin memiliki Jessica hanya untukku.
Entah karna aku memang mencintainya atau aku tak rela membagi aromanya yang lezat itu dengan orang lain. Padahal aku tahu, hanya kami kaum Vampire yang dapat mencium aroma itu. Tapi aku tidak peduli. Yang pasti aku sudah kecanduan dengan aromanya.
Sesampainya dirumah aku membersihkan badanku dan berbaring diranjang. Ya walaupun Vampire tidak tidur, tapi ranjang bisa menjadi tempat istirahat yang sempurna.
Aku tak bisa berhenti memikirkannya. Kulihat jam dinakas menunjukkan pukul 2 dini hari. Aku benar-benar tak tahan kalau harus bersabar bertemu dengannya pagi hari.
Jadi aku memutuskan untuk pergi kerumahnya. Ehmm melih tepatnya ke kamarnya.
Seperti malam sebelumnya, aku menyelinap masuk lewat jendela kamarnya. Aku lihat dia sedang tertidur pulas. Perlahan aku mendekatinya. Menyentuh pipinya yang halus. Dan mengecup singkat bibirnya.
Aku sungguh mabuk karnanya. Sampai aku nekat melakukan ini. Aku pindah keatas ranjang di sebelahnya. Aku memeluk tubuhnya dari belakang. Dan ternyata dia justru berbalik kearahku.
Aku sangat terkejut, aku kira dia akan terbangun ternyata tidak. Tapi entah bagaimana dia merespon pelukanku ditubuhnya. Dan dia membalas pelukannya. Bahkan dia memindahkan kepalanya diatas dadaku.
******
Jessica POV
"Ahh ternyata hanya mimpi" desahku kecewa saat aku terbangun dengan memeluk guling.
Entah kenapa rasanya mimpi semalam begitu nyata. Saat Damian datang ke kamarku dan berbaring disampingku. Bahkan aku dan dia saling berpelukan dan aku menyandarkan kepalaku di dada nya.
Sudah laj Jessy itu hanya mimpi, dewi batinku mengingatkan. Yah itu hanya mimpi. Mana mungkin dia bisa masuk kekamarku yang berada di lantai dua.
Tiinn Tiinn kudengar klakson mobilnya saat aku selesai mandi. Aku percepan persiapan kuliahku dan sedikit berlari menghampirinya yang menungguku dihalaman rumahku.
Aku baru sadar kalau dia benar-benar sangat tampan. Dia mengenakan kaus hitam dan celana jeans panjang. Dia bersandar di mobil sportnya dengan tangan yang dia masukan kedalam saku celananya.
Dia berjalan mendekatiku membuat kia saling mendekat. Dia merengkuh pinggangku dan mencium bubirku singkat. Membuat pipiku merona. Oh sekarang aku terlihat seperti seorang remaja yang mabuk cinta.
"Kau cantik saat merona" dia tersenyum dan mencium pipiku.Dia menggandeng lenganku memasuki mobilnya dan kita berangkat ke kampus.
Sesampainya di kampus kami turun dari mobil. Dia mengantarku sampai depan kelas dengan tetap melingkarkan lengannya di pinggangku protektif.
Sebenarnya aku sedikit risih dengan tatapan mahasiswi lain. Aku melihat Damian sangat tenang, yang membuatku yakin bahwa semua akan baik-baik saja.
Setelah mengantarku kekelas, Damian kembali menuju kelas mata kuliahnya yang berbeda denganku. Akupun berjalan memasuki kelas dan duduk di sanping sahabatky Vanilla.
"Kenapa?" Tanya ku curiga saat melihat dia tersenyum menghadapku dengan bertopang dagu. "Jadi...kau masih tidak mau cerita padaku huh?" Dia mengangkat sebelah alisnya.
"Soal apa?"
"Kamu gak usah sok gak tau deh Jess. Damian Jess, bagaimana bisa kamu deket sama dia bahkan bisa bikin dia nembak kamu?" Tanya nya penasaran.
"Itu...aku juga gak tau. Pulang acara penyambutan aku gak sengaja ketemu dia. Dan dia bilang mau jadi temen aku. Ya aku sih terima aja. Tapi kalau masalah tadi malam, aku juga kaget" jelasku.
"Gila kamu, hebat bisa dapetin hatinya Damian yang dingin itu" ucapnya histeris.
"Aduh Vani pelan-pelan ngomongnya" lagi-aku harus memperingatinya. "Tapi kamu gak marah? Maksudku bakannya kamu juga suka sama dia?" Tanyaku takut-takut.
"Hahaha ya ampun Jess aku emang suka sama dia tapi karna wajahnya aja, aku gak serius mau jadiin dia pacar aku. Lagipula aku sudah pacaran sama Justin"
"Benarkah? Syukurlah" huh aku sungguh lega mendengarnya.
"Hmm kenapa? Kamu sungguh suka sama dia?" Tanya nya menyelidik.
"Hmm ya sepertinya begitu" aku akui aku tak bisa tahan dengan perlakuan manisnya padaku.
Vanilla tersenyum senang padaku membuat ku ikut tersenyum karnanya. Setelah semua mata kuliah aku ikuti, aku berjalan menuju tempat parkir dimana Damian sudah menungguku.
Aku melihat dia bersandar di mobilnya sambil terus tersenyum padaku yang mendekatinya. Setelah aku tepat di hadapannya lagi-lagi dia memeluk pinggangku dan mencium singkat bibirku.
"Ikut aku, aku akan membawamu kesuatu tempat" ucapnya yang sudah menuntunku memasuki mobilnya.
"Kita mau kemana?" Tanya ku penasaran saat mobil sudah berjalan menjauh dari kampus.
"Kerumahku. Aku akan memperkenalkan mu pada orang tua ku" jawab nya santai.
"Apa, kerumahmu? Tapi aku belum siap" ucapku panik.
"Memang kamu mau menyiapkan apa? Tidak usah repot-repot membawa sesuatu. Karna mereka hanya ingin bertemu denganmu" Tanyanya polos.
"Ya tapi setidaknya aku harus menyiapkan mental atau penampilanku. Bagaimana kalau mereka tak menyukaiku" aku semakin panik.
"Beginipun kau sudah cantik. Aku yakin mereka akan menyukai mu" dia membelai rambutku sayang.
----------
Maaf banyak typo yah...
Semoga suka sama part ini. Dan makasih banyak buat kalian yang udah kasih vote buat cerita ini ♥♥♥
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love My Vampire
Vampire"Aku benar-benar benci dengan makhluk bernama Vampire. Bagiku meraka hanya monster yang tak punya hati yang telah membunuh ayahku" ~Jessica Pears~