Damian POV
"Ada apa ayah memanggilku?" Sekarang aku berada di ruang kerja ayah. Tadi ibu bilang bahwa ayah menungguku di ruang kerjanya.
"Duduk dulu nak, ayah ingin menanyakan sesuatu yang penting" ayah menatapku serius. Akupun menuruti perintahnya.
"Apa yang akan ayah tanyakan?" Tanyaku penasaran.
"Ok ayah mau penjelasan darimu apakah benar kau memiliki hubungan asmara dengan salah satu gadis manusia di kampus mu?" Tanya ayahku to the poin.
"Hhm ya, nama nya Jessica. Dia satu angkatan denganku"
"Apa kau sungguh menyukainya? Maksudku kau tahu kan kita berbeda dengan mereka?" Nada bicara ayahku semakin tegas dan serius.
"Aku tahu itu ayah, sangat tahu. Tapi akupun belum yakin dengan perasaanku. Aromanya begitu lezat dan aku tidak mau dia dimiliki orang lain. Entah ini hanya obsesi atau aku sungguh mencintainya" jelasku pada ayah.
"Apa dia tahu makhluk apa kau sebenarnya?"
"Kurasa tidak" ya memang sepertinya dia belum tahu. Ayah menghembuskan nafas dengan kasar.
"Damian ayah tidak melarangmu menjalin hubungan dengan siapapun tapi kau harus tahu bahwa kita tak sama dengan manusia. Dan akan sangat berbahaya bagi kita jika manusia mengetahui keberadaan kita. Apalagi kalau kamu menjalin hubungan asmara dengan salah satu dari mareka. Kau tahu konsekuensinya?" Tatapan mata ayah sangat serius tapi penuh dengan kekhawatiran.
"Aku tahu ini semua sangat beresiko. Tapi aku akan mempertahankan hubungan ini sampai aku yakin dengan hatiku" aku meyakinkan ayah. Aku tak mau membuat dia khawatir.
"Bawa dia kemari. Ayah ingin melihat seberapa menariknya dia sampai kau sangat menginginkannya. Apalagi yang ayah tahu hampir 400 tahun ini kau tidak tertarik dengan hal semacam ini"
"Baik ayah besok aku akan memperkenalkan dia pada ayah dan ibu"
"Ayah harap kau tetap waspada" ayah menepuk bahuku. "Yasudah kau boleh keluar".
Dan hari ini aku sedang membawanya ke rumahku. Dan akan kuperkenalkan dia pada orang tuaku.
******
Jessica POVAku sampai di rumah Damian. Tapi aku merasa bahwa ini lebih mirip kastil di banding rumah.
Bangunan besar dengan gaya klasik eropa. Warna dinding yang didominasi warna abu-abu teelihat sangat suram. Entah mengapa aku sedikit merinding berada disini.
"Ini rumahmu?" Tanya ku pada Damian saat kami turun dari mobil.
"Ya, rumah ini turun temurun dari leluhurku" jelasnya. "Kau bisa lihat kan arsitekturnya yang sangat tua" tambahnya.
"Oh begitu. Ya aku bisa melihatnya dengan jelas" jawabku tanpa mengalihkan pandanganku dari bangunan itu. "Tapi ini lebih layak di sebut kastil dibanding rumah" tambahku yang beralih meliriknya.
"Ya sebenarnya dulu ini memang kastil. Tapi aku tidak suka jika aku menyebutnya kastil. Aku akan terdengar seperti orang jaman dulu" ucapnya santai.
Aku tak bisa menahan senyumku saat mendengar jawabannya. Seorang Damian takut dibilang orang jaman dulu karna menyebut rumahnya kastil. Hha sangat lucu.
"Ayo masuk, kurasa mereka sudah menunggu kita" dia menuntunku masuk rumahnya dengan tangannya yang melingkar di pinggangku.
Aku sungguh takjub saat memasuki bagian dalam kastil ini. Didalamnya banyak barang-barang antik. Bahkan ada beberapa pakaian baja ksatria yang di pajang disisi dinding.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love My Vampire
Vampire"Aku benar-benar benci dengan makhluk bernama Vampire. Bagiku meraka hanya monster yang tak punya hati yang telah membunuh ayahku" ~Jessica Pears~