Malam ini pikiranku sangat kacau. Setelah membaca buku itu, aku selalu berfikir bagaimana jika ketakutanku itu nyata? Bagaimana jika Damian salah satu dari mereka? Apakah aku masih mencintainya?
Terttt...Terttt...getaran ponselku di nakas menyadarkanku dari lamunan.
From : Damian
Aku ada di depan rumah mu.Apa, Damian di depan rumahku? Aku sedikit tidak percaya. Jadi aku mengintip dari jendela kamarku yang menghadap langsung ke halaman rumah. Disana aku melihat Damian berdiri menghadap kamarku sambil melambaikan tangan.
Akupun bergegas menuruni tangga dan beelari ke pintu depan untuk menemuinya. Saat kubuka pintu, kulihat dia sudah ada di hadapanku dengan senyumnya yang memabukkan.
"Apa kau tidak bosan sendirian?" Tanya nya sambil melihat kesalam rumah.
"Bagaimana kau..."
"Tadi kau cerita padaku kalau ibu mu sesang keluar kota menjenguk nenek mu" dia memotong pembicaraanku.
Oh tuhan bahkan sekarang aku lupa kalau aku sudah cerita padanya. Apa sekacau ini pikiranku sekarang.
"Hmm maaf aku lupa" aku tertunduk malu atas kelakuanku.
"Tidak masalah. Apa kau punya camilan? Aku sudah bawa beberapa DVD untuk menghabiskan malam ini" dia mengangkat kantung yang dibawanya.
"Hmm maksud mu, kamu mau menemaniku malam ini?" Tanya ku ragu.
"Yup. Besok kita libur. Jadi kita bisa menonton beberapa film malam ini"
Hmm benar juga. Akupun mempersilahkan dia masuk dan duduk diruang tv yang berfungsi sebagai ruang tamu juga.
Aku membuatkannya coklat panas dan setelah itu aku kembali kedapur untuk membuat pop corn karna jujur aku sedang tidak ada persediaan camilan. Sementara dia sedang menyiapkan DVD untuk kita tonton malam ini.
"Kau sedang membuat apa?" Jantungku hampir loncat saat tiba-tiba dia sudah ada di belakangku sambil memelukku pinggangku dan menaruh kepalanya di pundakku.
"Pop corn, aku sedang tidak ada persediaan camilan" ucapku gugup. Jujur saja aku masih belum terbiasa dengan sikapnya yang seperti ini.
"Kau sungguh terlihat cantik saat sedang di dapur seperti ini" dia mempererat pelukannya dan mencium pelipisku.
Aku membalikkan tubuhku menghadap padanya. Sungguh dia sangat tampan saat dilihat dari dekat.
Entah siapa yang memulai kini aku sadar kami sedang berciuman. Tangan kirinya merangkul pinggangku dan tangan kanannya memegang tengkukku. Sementara tanganku sudah menggantung di lehernya.
Ciumannya perlahar berubah menjadi semakin menuntut. Aku yang juga hanyut dalam pesonanya dengan senang hati membalas ciumannya.
Tanganku naik meremas rambut coklatnya yang tebal saat kurasakan ciumannya turun di reherku. Menciumnya, menjilat dang menghisapnya cukup kuat membuatku merasa sakit dan nikmat bersamaan.
AAAA aku sedikit berteriak saat dia tiba-tiba mengangkatku dan mendudukkanku di meja pantry.
Kami melanjutkan ciuman kami dan kali ini lebih panas. Tangannya perlahan meremas payudaraku. Dan dia terus menciumi bibirku dengan rakus.
Dia melepas ciumannya. Dan tangannya perlahan mengangkat kaos yang aku pakai dan melepasnya. Dia kembali meremas payudaraku yang tidak mengenakan bra.
Aahhh desahanku lolos begitu saja dari mulutku saat dia mulai menciumi puncak payudaraku. Aku mulai meremas rambut nya kembali karna gairah yang semakin memuncak. Aku meremas dan mengacak rambutnya semakin abstrak karna kini dia mulai menghisap putingku yang mengeras.
"Aahhh Damian" racauku tidak karuan. Sungguh baru kali ini aku merasa kenikmatan seperti sekarang. Aku menekan kepalanya agar dia memperdalam isapannya.
"Sayang" dia melepas isapannya di payudaraku. "Apa kau mencium bau gosong?" Dia mengerutkan dahinya.
Oh My God, Pop corn ku. Aku bergegas turun dari meja pantry dan mematikan kompor. Kulihat kini pop corn ku sudah benar-benar hangus.
"Ya ampun" ucapnya polos sambil melihat wajan tempatku membuat pop corn.
"Ini semua gara-gara kamu. Pop corn nya gosong. Untung tadi sudah ada yang matang sebelum kau datang ke dapur" ucapku jengkel dan memberi tatapan horror padanya.
Bukannya merasa bersalah dia justru mencium bibiku dan berkata "kau yang salah. Kau membuatku tak tahan untuk tidak menyentuh mu".
Demi apapun pipiku panas saat mendengar ucapannya. Dan tatapannya yang sangat bergairah. Aku mengikuti tatapannya dan sasar ternyata aku masih bertelanjang dada. Dengan cepat aku memungut dan memakai kaos ku yang tadi dia lepas.
Akhirnya kami kembali keruang TV dan aku membawa setoples pop corn yang tadi sudah matang.
Kami memilih menonton DVD horror untuk malam ini. Dia duduk disebelahku sambil memeluk pinggang ku erat. Sungguh ini membuatku tidak fokus pada film nya.
Aku semakin tidak fokus saat tangannya mulai bergerilya di tubuh bagian depanku. Aku menggigit bibir bawah ku agar desahanku tidak lolos. Tapi itu sia-sia, dia mulai meremas dan memilin putingku.
Bukannya berhenti dia justru semakin semangat menggoda ku. Kini tangan satunya mulai turun dan menyusup di balik underwear ku. Jarinya mengusap klistorisku, membuat tubuhku merasakan gelenyar aneh namun nikmat memenuhi diriku.
Sungguh tubuhku lemas, bahkan untuk duduk tegak pun tak kuat. Aku menyenderkan badan ku padanya dan kepalaku aku taruh di bahunya.
Posisi ini justru dia manfaatkan untuk mencium bibir ku. Ciumannya membuat gelenyar pada diriku semakin kuat dan rasanya aku akan meledak.
"Aaahhh Damian" kurasakan ada cairan keluar dari intiku. Rasanya aneh tapi nikmat.
Dia mengeluarkan jarinya dari balik underwear ku dan menjilatnya.
"Kau nikmat sayang. Ternya kau mudah terangsang padahal aku belum memasukkan ini kedalam dirimu" ucapnya santai sambil terua menjilati jarinya.
Baru kali ini aku mendapat perlakuan ini. Dan aku senang bahwa Damian yang melakukannya. Aku tak sanggup lagi menahan untuk tidak menciumnya.
******
Author POVDamian dan Jessika kembali bercumbu dengan panas diatas sofa. Tapi mereka tidak menyadari bahwa ada sepasang mata yang memperhatikan mereka sedari tadi dengan tatapan membunuhnya.
__________
Maaf yah pendek banget part yang ini.
Authornya lagi buntu imajinasinya gara-gara sibuk banget minggu ini.
Buat para readers tinggalkan jejak kalian yah. Kasih vomment nya biar makin semangat nulis nya.
See you next part ♥♥♥
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love My Vampire
Vampire"Aku benar-benar benci dengan makhluk bernama Vampire. Bagiku meraka hanya monster yang tak punya hati yang telah membunuh ayahku" ~Jessica Pears~