Indra penciumannya menangkap aroma harum yang membuat perutnya bergerumuh. Gelak tawa dua anak kecil terdengar jauh namun cukup mengganggu tidurnya. Dijatuhkannya selimut putih yang menjadi satu-satunya teman semalam. Suhu pagi ini tak sedingin di malam hari.
Perlahan Niall membuka kedua matanya. Tubuhnya langsung berubah posisi menjadi duduk. Perutnya makin terasa terkocok ketika ia melakukan gerakan cepat dan tiba-tiba itu. Pandangannya kabur untuk sesaat. Lehernya terasa kaku karena berjam-jam bersender pada lengan sofa.
Semuanya bertambah buruk dengan bunga tidurnya semalam. Ia sampai terbangun sebanyak dua kali di tengah malam dengan cucuran keringat. Di mimpi itu Hazel dan kedua anaknya meninggalkannya, sebelum itu Hazel mengutarakan betapa bencinya ia terhadap Niall. Niall sadar betul itu hanyalah sebuah mimpi namun mimpi itu benar-benar membuatnya ketakutan. Dia bukanlah siapa-siapa jika orang-orang yang dicintainya pergi.
Menarik nafasnya dalam-dalam, Niall mencoba mengusik mimpi itu dari kepalanya. Jemarinya menekan pelan kelopak matanya yang tertutup.
Dia harus berubah. Istrinya benar; ia terlalu cuek dengan buah hatinya. Ia rela meninggalkan acara Alex dan Ava hanya demi pertemuan kecil antar pengusaha di kantornya. Meninggalkan hal yang paling berharga baginya. Bodoh. Apa intinya ia bekerja susah payah jika yang terjadi malah Hazel, Alex, dan Ava meninggalkannya? Jerih payahnya sia-sia. Mulai dari saat ini ia bertekad untuk meluangkan lebih banyak waktu untuk keluarganya.
Tubuh Niall limbung saat ia bangkit. Dua gelas kecil anggur bisa memberikan efek begitu besar. Setidaknya minuman itu membuatnya lebih tenang semalam. Wajahnya memerah. Niall kembali mengerjapkan matanya beberapa kali. Dengan bantuan benda-benda di sekitarnya, Niall berhasil sampai di dapur, sumber suara kebisingan yang mengganggunya. Aroma masakkan makin tajam tercium. Niall menebak-nebak apa yang dimasak Hazel pagi ini hingga aromanya membuat perutnya bergerumuh.
Niall masih sedikit ragu jika Hazel sudah memaafkannya. Dan ia belum menyiapkan satu hal pun jika berhadapan dengan Hazel. Semoga dirinya selamat pagi ini.
Alex dan Ava tengah duduk di meja makan. Mereka sudah rapih mengenakan seragam sekolah. Rambut cokelat Ava dikuncir satu. Pita merah muda yang diselipkan di rambutnya membuat penampilannya makin manis. Ia tertawa geli dengan kembarannya namun ketika matanya bertemu dengan milik Niall, tawanya mereda. Sebuah senyuman lebar milik Niall diacuhkan oleh Ava. Gadis kecil itu langsung membuang pandangannya, dan mengubah posisi duduknya. Ia bersungut di tempatnya.
Alex, yang sudah mengalungkan botol minum bergambar superhero menandakan jika ia benar-benar sudah siap untuk berangkat sekolah, mengikuti arah pandangan Ava sebelumnya. Senyumnya memudar digantikan oleh gertakkan gigi yang terdengar.
Sadar jika keadaan tiba-tiba senyap, Hazel meninggalkan sesaat telur di penggorengannya untuk memastikan apa yang terjadi. Bibirnya terbuka kecil, terperangah sesaat mendapati Niall sebelum kembali memasang wajah datarnya. Ia mengira Niall akan bangun lebih siang. Awalnya Hazel ingin buru-buru pergi dari rumah untuk menenangkan diri sebelum bertatap muka dengan Niall.
"Pagi," kata Hazel dingin. Ia kembali menyibukkan diri dengan masakkannya bahkan sebelum Niall menarik nafas untuk menjawab.
"Apa yang Dad lakukan di sini?" tanya Alex dengan tenang tapi menusuk.
Alis Niall tertaut. Cukup terkejut akan pertanyaan yang dilontarkan Alex. Sangat jelas di kalimat itu ada kode atas ketidaksukaan Alex atas kehadirannya di antara mereka. Alex mengusirnya dengan halus. Dan menjelaskan pula betapa marahnya ia dengan Niall.
"Dad mau sarapan dengan kalian," ucap Niall sambil menggaruk tengkuknya dan mengambil selangkah mendekati meja makan.
Alex mendengus kesal. Telur di piringnya makin tak berbentuk dikala garpunya mengoyak menjadi serpihan kecil. Kukunya memutih karena menggenggam garpunya terlalu keras. Bunyi dentingan garpunya makin lama terdengar mengilukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hold tight | njh✔️
FanfictionSemua yang indah belum tentu terus bertahan selamanya. Semua yang kau inginkan belum tentu akan terwujud. Namun setelah menatapmu aku yakin semuanya akan berjalan baik-baik saja. [Sequel of 'Thin Line'] Copyright © 2015 by Kryptonitexx