Five

15 0 0
                                    

Nit.nit.nit...

Suasana ruang oprasi mulai ramai. Sila terbaring di kasur yang tidak empuk itu, dengan darah yang berceceran kemana-mana.

Diruang tunggu, hanya ada bi Selly yang gelisah. Dari semua anggota keluarga yang Sila punya, hanya ada 1 orang yang datang.

***

Tingtongting.

"Aduh... Kok Sila nggak masuk sekolah ya?" tanya Bryant dengan muka gelisah.

"Bryant! Kenapa kamu masih diluar kelas!? Cepet masuk kelas!" ucap Bu Nancy.

"Eh! Iya Bu..." ucap Bryant sambil kaget.

Setelah Bryant duduk di kursinya, pelajarnpun dimulai. Tapi Bryant hanya duduk dengan tatapan kosong.

***

Tingtongting.

dengan cekatan, Bryant berlari ke rumah Sila.

Sesampainya di rumah Sila, Bryant menekan bel gerbang rumahnya. Tapi tidak ada yang membukakan gerbang itu.

Setelah beberapa menit kemudian, seorang satpam rumah itu datang membuka gerbangnya.

"Cari siapa ya?" tanya satpam itu.

"Saya mau cari Sila pak. Kira-kira, Sila ada di rumah nggak pak?" tanya Bryant dengan nada sopan.

"Oh... Non Silanya sekarang lagi dirawat di rumah sakit. Kira-kira ada perlu apa ya?"

"Oh... Gita ya pak? Makasih ya pak." ucap Bryant lemas.

"Sama-sama den." ucap satpam itu ramah.

Bryan pun masuk kedalam mobilnya, lalu dengan cepatnya menancap gas. Sekarang, pikiran Bryant hanya tertuju kepada Sila.

***

Sesampainya di rumah sakit, Bryant segera berlari ke ruang oprasi Sila. Bryant hanya bisa melihat bayangan Sila yang tertidur dengan berbagai macam alat di tubuhnya.

"Den Bryant?" tanya bi Selly.

"Bi Selly?" tanya Bryant kembali.

"Kok den Bryant ada di sini?"

"Tadi saya ke rumah... Terus pak satpamnya kasih tau kalo Sila ada di rumah sakit." ucap Bryant panjang lebar.

"..." bi Selly hanya terdiam.

Keadaan mulai hening di ruang tunggu. Tiba-tiba, keluarlah dokter dari tuang oprasi. Seketika saja, Bryant dan bi Selly berdiri lalu menunggu penjelasan dokter.

"Kalian masih beruntung, karna saudari Sila masih bisa menjalani hidupnya. Tapi sayangnya, saudari Sila hanya bisa menjalani hidupnya dengan kursi roda. Jadi, mohon bawa saudari Sila setiap minggunya ke ruang terapinya. Sekarang kalian bisa masuk ke kamar inap VVIP 4 untuk melihat keadaan saudari Sila." ucap sang dokter panjang lebar.

"Trima kasih dok." ucap Bryant.

Setelah itu, sang dokterpun pergih meninggalkan mereka berdua di ruang tunggu, sambil memindahkan Sila ke kamar inapnya. Bryant dan bi Selly mengikuti kemana Sila dibawa. Selama di bawa, Sila sama sekali tidak sadarkan diri.

Bryant hanya menatap Sila tak henti-hentinya, sampai-sampai dia menabrak orang sebanyak 3 kali tanpa sengaja.

"Den. Bibi nitip non Sila ya, bibi mau kabarin ke orang tuanya non Sila, kalo non Sila sekarang baik-baik saja." ucap bi Selly memecah tatapan kosong Bryant.

"Eh! Iya bi." ucap Bryant kaget.

Bi Selly pun pergih meninggalkan Bryant sendirian di depan pintu kamar inap Sila.

Beberapa saat kemudian, Bryant pun memberanikan diri untuk masuk kedalam kamar inap Sila.

Saat Bryant masuk kedalam kamar inap Sila, tiba-tiba mata Sila terbuka lebar dan tangannya mulai bergerak. Sila pun melihat Bryant, lalu dia langsung memaksakan dirinya untuk duduk dengan benar di kasurnya.

Bryant pun langsung berlari kearah Sila lalu menahan Sila agar tidak memaksakan diri untuk duduk dengan benar. Keadaan itulah yang membuat Sila bingung.

Dalam hati Sila, dia merasa ada yang aneh telah terjadi pada dirinya.

***

Note's :

Hola...
Apa kabar semua... Kali ini aku buat ceritanya panjang dikit. Biar nggak bosen nunggu cerita selanjutnya...

Semoga menikmati cerita ini...

Kalo udah baca... Bolehlah kasih aku Votemens & Commen yang banyak, biar seru nulis kelanjutannya...

Thx...




My Dream PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang