"Becky, bangun. Banguuuuuuuun!"
Siapapun itu, kedengarannya sangat mengganggu. Tapi, aku masih tidak bergerak, berharap orang itu pergi saja. Lagipula ini kan minggu, tidak bisakah membiarkanku bangun agak siang hari ini?
Kulitku tiba - tiba terasa dingin ketika selimutku dibuka, membuatku menggigil. Aku mengerang frustasi dan menendang kakiku, seperti anak kecil. Mom mulai tertawa ketika dia menggelitik telapak kakiku.
"Becky, ponselmu berdering tanpa henti sejak tadi pagi. Bangun dan tolong telpon siapapun dia yang begitu frustasi untuk bicara kepadamu. Berhenti membuat orang menunggumu Be, cukup untuk kemarin malam saja kami semua menunggumu pulang dengan keadaan cemas"
Kenangan kemarin memasuki pikiranku dan eranganku bertambah. "Oke mom, terimakasih. Sekarang mom bisa kembali dengan pekerjaan mom"
Aku berguling dari ranjang hangatku dan berjalan menuju dapur tempat aku dengan marah membanting ponselku semalam. Seperti diberi tanda, ponsel mulai berdering ditanganku. Terpampang nomor yang tidak dikenal dilayarku. Aku mengerutkan dahi, menarik napas dalam - dalam dan mencoba mengangkatnya.
"Pertama, aku minta maaf soal kemarin Be, aku tidak bermaksud bersikap kejam kepadamu. Dan kemarin kau kenapa Be? Kenapa kau tiba - tiba pergi dari rumahku dengan menangis seperti itu? Aku tadinya ingin mengejarmu, namun Jacob menghadangku. Ada apa?" Semprot seseorang disebrang sana sebelum aku punya kesempatan untuk berkata halo.
Dari suaranya kuyakini itu Aaron, sepertinya Jacob telah memberikan nomorku kepadanya.
"Tak apa, aku sudah melupakan tindakan kejammu yang kemarin" jawabku, namun tidak menjawab pertanyaan Aaron yang selanjutnya.
Dia diam sejenak, namun mulai bicara kembali. "Well, aku bisa membuktikan bahwa aku tidak bermaksud begitu. Buka pintu, Becky."
Aku menutup telpon dengan tak percaya. Pastinya dia tidak ada diluar kan? Ini baru pukul delapan pagi!
Aku berjalan kepintu depan, merapikan rambutku yang liar dan membukanya lebar.Dia ada disana. Dengan rambut gelap dan mata intensnya. Aaron pelan - pelan mengangkat kepalanya dari bawah dan melihatku langsung. Dia yang biasanya nakal dan ceria, kali ini kelihatan bersalah dan aku bisa merasakan permohonannya untuk dimaafkan.
"Aku bertindak diluar batas. Aku tidak bermaksud membuatmu kecewa seperti ini"
"Aku..." Aku tidak bisa menyelesaikan kalimatku karena tidak yakin harus berkata apa. Aaron benar - benar menganggap ini serius, dia pikir aku sangat marah kepadanya, dan mungkin dia pikir aku pergi dengan air mata kemarin karena kesalahannya. Karena jelas, kemarin dia sedang menatap orang itu, dia tidak menatapku. Jadi, kemungkinan besar dia berfikir semua adalah kesalahannya.
"Maafkan aku" Aaron berbicara sebelum aku menemukan kata - kata.
Aku tertawa dengan gugup. "Kau sudah mengatakan itu" aku mengingatnya.
"Aku tau" dia tersenyum, memperlihatlan giginya yang sempurna. "Aku ingin meminta sesuatu" dia berbisik, melihat langsung ke mataku. Aku mencari - cari kesungguhan di wajahnya beberapa saat sebelum akhirnya mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
She know What She Doin' [A.C]
FanfictionCome on girl you know exactly what you gotta do If he don't love you like I can then you gotta move I know you scared cause he hurt you and broke your heart in two But not this time, the grass is greener on this side and Okay, your move It's all, on...